"Hei ayah!" Kedua perempuan itu bertimpu di atas makam. Tampak, tanah di sana sudah ditumbuhi banyak rumput kasar. Seketika rasa bersalah menyergap hati. Selamat empat tahun kematiannya, mereka baru hadir untuk berkunjung. "Ayah aku sudah memiliki putri yang sangat cantik. Itu semua karena kebodohanku hehe ... tapi, bukankah dia tidak bersalah? Maaf ayah, dia terlahir dari darah daging seseorang yang telah membuatmu berada di bawah sana!" racau Berlyn. Bona saat itu sibuk mencabuti rumput-rumput sembari memasang telinga untuk menyimak ocehan sahabatnya. "Aku tidak bisa mewujudkan keinginanmu untuk menjadi dokter. Aku gagal ayah, tapi setidaknya ada bebanmu yang esok akan menjadi pramugari!" Seketika mata Bona berputar, menghentikan tangannya yang berjibaku. Namun ia masih bisu, b