Riana berjalan dengan penuh semangat menelusuri jalanan Kota di Singapura. Karena jarak apartemennya ke National University Of Singapore hanya kisaran tiga puluh menit dengan berjalan kaki, akhirnya dirinya memutuskan untuk berjalan kaki. Selain agar lebih hemat, juga agar dirinya bisa menikmati pemandangan kota sepanjang perjalanan.
Beberapa kali Riana terus menatap kagum melihat pemandangan kota di Singapura yang terlihat begitu maju. Selain itu selama berjalan ia sama sekali belum menemukan satu sampah pun yang berserakan di jalanan kota yang tengah ia lalui saat ini.
"Ternyata berita-berita tentang Singapura sebagai negara yang bersih bukan bualan doang. Bersih banget kotanya," ujar Riana takjub dan menatap kagum melihat sekitaran tempatnya berjalan saat ini.
Ia langsung tersenyum lebar begitu melihat pintu masuk ke National University Of Singapore atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan NUS.
Riana menatap kagum gerbang kampus barunya itu. Di tempat inilah dirinya akan memulai kembali meraih mimpi selanjutnya. Ia langsung mempercepat langkahnya masuk ke area kampusnya ini.
Sepanjang perjalanan Riana menelusuri area kampus tersebut, tidak henti-hentinya ia berdecak kagum melihat gedung-gedung megah yang ada di kampus tersebut. Riana mengehentikan langkahnya sambil menatap haru pada salah satu gedung yang bertuliskan NUS Business School.
Disitu adalah gedung tempatnya nanti akan belajar selama dua hingga tiga tahun di sini, dirinya melanjutkan pendidikan di sini dengan mengambil program studi Master of Business Administration.
Riana berjalan perlahan mendekati gedung tersebut, ia menaiki tangga menuju tulisan NUS Business School, ia kemudian mengeluarkan ponselnya lalu mengambil foto selfie untuk ia kirimkan pada Ibunya nanti.
Beberapa kali Riana mengambil gambar berbagai sudut di gedung tersebut sambil tersenyum bahagia. Walau kamera ponselnya tidak terlalu bagus, setidaknya ia masih bisa menunjukkan suasana kampusnya yang megah pada Ibunya nanti.
"Ibu pasti seneng liat foto ini nanti," gumam Riana bahagia.
Setelah puas memotret barulah Riana kembali meletakkan ponselnya ke dalam tas, ia lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga untuk masuk ke dalam gedung tersebut.
Sepanjang perjalanan Riana masih terus saja melihat kemegahan gedung yang akan ia masuki ini. Karena sibuk memperhatikan dan mengagumi keadaan sekitar ia jadi tidak begitu memperhatikan jalan yang ia lalui dan akhirnya tidak sengaja menabrak seseorang.
Buku dan beberapa kertas berhamburan ke lantai, membuat Riana segera berjongkok bersama orang yang ditabraknya untuk membantu orang tersebut.
"Sorry sorry," ujar Riana sambil mengangkat berbagai buku dan kertas di lantai. Ia tentu saja menjadi tidak enak dan takut dimarahi oleh orang yang ia tabrak.
Setelah semuanya sudah berada di tangannya Riana kembali berdiri lalu menyerahkan buku dan kertas di tangannya pada orang di hadapannya saat ini, yang adalah seorang gadis muda berambut pendek sebahu.
"Orang Indonesia ya?" Tanya gadis itu pada Riana sambil menerima buku dan kertas yang Riana kembalikan padanya.
Riana mengangguk sambil tersenyum pada gadis itu. Ia bernafas lega mendengar nada bicara gadis di hadapannya yang cukup ramah, menandakan bahwa ia tidak merasa kesal ataupun marah pada Riana yang menabrak dirinya tadi.
"Kenalin nama aku Salma, mahasiswa tingkat akhir program studi Management & Organisation," ujar gadis itu sambil mengulurkan tangannya pada Riana, tidak lupa ia memberikan senyuman ramah pada gadis di hadapannya ini.
Riana segera meraih tangan Salma untuk berjabat tangan. "Aku Riana, mahasiswa baru yang mau ngambil program studi Master of Business Administration," ucap Riana ikut memperkenalkan diri pada Salma dengan penuh semangat.
"Wow, kamu kelihatannya kaya masih muda tapi udah mau ngambil S2. Hebat banget dong," puji Salma sambil menatap takjub pada Riana.
Riana menggaruk belakang lehernya sambil tersenyum malu mendengar pujian yang dilontarkan gadis di hadapannya ini. "Kebetulan aja aku cukup beruntung karena langsung lolos beasiswa S2 begitu lulus kuliah," ujar Riana.
"Anak beasiswa?" Tanya Salma menatap kagum pada Riana. "Berarti bisa dibilang kamu jenius dong. Jadi hari ini udah mulai masuk kampus?"
Riana menggeleng. "Besok baru penerimaan Mahasiswa Baru. Hari ini cuma mau datang buat liat-liat lingkungan kampus aja. Siapa pas hari pertama masuk udah nggak bingung lagi," jawab Riana menjelaskan alasannya saat ini berada di lingkungan kampus
Salma mengangguk paham kemudian menatap Riana antusias.
"Gimana kalau aku temenin jalan-jalan keliling kampus? Aku sekalian bisa ngenalin berbagai tempat? Tapi kita anter buku-buku ini ke perpustakaan dulu. Mau nggak?" Ajak Salma menawarkan bantuan mengenalkan kampus pada Riana.
Tatapan Riana berubah tidak enak. "Nggak perlu repot-repot. Kamu mahasiswa tingkat akhir jadi pasti lagi sibuk-sibuknya sekarang. Kalau nemenin aku yang ada waktu kamu terbuang percuma nanti," ujar Riana menolak secara halus penawaran Salma karena tidak ingin mengganggunya yang mungkin saja sedang sibuk hari ini, apalagi ia adalah mahasiswa tingkat akhir.
Salma tersenyum mendengar Riana yang menolak ajakannya karena merasa tidak enak. "Aku nggak begitu sibuk hari ini jadi bisa nemenin kamu. Selain itu aku juga mau nanya-nanya soal program beasiswa kamu. Siapa tahu aku juga bisa ngelanjutin S2 lagi di sini nantinya."
Riana terdiam memikirkan perkataan Salma. "Beneran nggak pa pa?" Tanya Riana memastikan lagi.
Salma memberikan anggukan sambil menatap Riana penuh keyakinan.
Riana akhirnya mengangguk menyetujui ajakan Salma. "Kalau gitu makasih ya."
Salma tentu saja ikut tersenyum senang melihat Riana yang menerima tawarannya.
"Ayok. Kita ke perpustakaan dulu kalau gitu," ajak Salma. Ia pun berjalan bersama Riana turun tangga gedung untuk pergi ke NUS Central Library.
"Biar aku bantu," ujar Riana mengambil beberapa buku dari tangan Salma yang direspon senyuman oleh gadis itu. Keduanya pun berjalan bersama dengan penuh semangat.
Sepanjang perjalanan Salma terus saja menceritakan berbagai fasilitas yang ada di National University Of Singapore, membuat Riana yang mendengarnya terus berdecak kagum dan merasa begitu beruntung karena bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di tempat ini.
Sebenarnya ia bersyukur karena bisa menemukan teman pertama yang cukup ramah dan baik seperti Salma. Mereka baru bertemu beberapa menit, tapi Salma terlihat begitu luwes mengajaknya mengobrol dan membuat Riana sama sekali tidak merasakan perasaan canggung pada wanita itu.
"Kamu usianya berapa?" Tanya Salma penasaran.
"Dua puluh dua tahun, bentar lagi mau dua puluh tiga," jawab Riana.
Salma tentu saja terkejut mendengar jawaban Riana. "Berarti kita seumuran dong. Aku kemarin cuti setahun buat belajar sungguh-sungguh supaya lolos di sini," jelas Salma. "Terus kamu S1 kemarin lulusan dari kampus mana?" Tanya Salma lagi.
"Dari Universitas Indonesia jurusan Manajemen Bisnis."
Salma mengangguk dan semakin menatap takjub pada Riana. "Kamu kayanya bener-bener cewe pinter deh," puji Salma.
Riana tertawa mendengar perkataan dan pujian Salma untuknya yang sudah berkali-kali gadis itu lontarkan. "Aku nggak pintar kok, cuma ambisius aja."
Salma menggeleng. "Ambisius kalau nggak pinter juga nggak akan berhasil sampai sehebat kamu ini."
Riana mengangguk berusaha menerima saja pujian Salma untuknya ini.
Mereka berdua akhirnya tiba di gedung perpustakaan kampus NUS yang bertuliskan NUS Central Library. Riana tentu saja kembali menatap kagum melihat gedung perpustakaan yang begitu besar dan indah. Begitu melewati pintu kaca ia semakin terpesona melihat susunan rak-rak buku dna suasana perpustakaan yang begitu nyaman. Ada banyak meja untuk membaca serta secara individu bahkan sofa-sofa untuk membaca buku sambil berdiskusi dengan teman-teman dalam kelompok, ia yakin selama kuliah tempat ini akan menjadi tempat favoritnya.
"Aku ngebalikin buku dulu ya," ujar Salma kemudian mengambil buku yang ada di tangan Riana lalu berjalan menuju meja penjaga perpustakaan.
Sambil menunggu Salma yang masih mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya Riana memilih berjalan menuju beberapa rak buku yang ada di perpustakaan ini. Ia mengambil beberapa buku yang ada di dalam rak dan melihat-lihat isinya.
Begitu selesai dengan urusannya Salma segera berjalan menuju Riana sambil melihat ponselnya. "Ya ampun, pertandingannya udah mau mulai. Gimana kalau kita nonton pertandingan dulu?" ajak Salma sambil menatap Riana.
Begitu melihat kedatangan Salma, Riana langsung meletakkan kembali buku yang ada di tangannya ke dalam rak tempat ia mengambil benda itu tadi.
Salma segera meraih pergelangan tangan Riana dan menarik gadis itu untuk berjalan keluar dari perpustakaan dengan langkah yang cukup terburu-buru.
"Pertandingan apa?" Tanya Riana kebingungan, namun ia tetap mengikuti langkah Salma.
"Pertandingan basket antar gedung. Hari ini yang tanding mahasiswa NUS Business School lawan Mahasiswa dari gedung lain," jawab Salma yang saat ini terlihat begitu bersemangat.
*****
Begitu tiba di lapangan basket, tempat itu sudah ramai dengan berbagai mahasiswa yang datang untuk menonton pertandingan. Salma membawa Riana duduk di tribun paling depan yang berada di sudut dekat pintu masuk lapangan tersebut.
Terlihat seorang mahasiswa yang berdiri di tengah-tengah lapangan sambil memegang mic memandu acara pertandingan ini.
Setelah sepatah dua kata dari pemandu acara itu, ia mulai memanggil kedua tim yang akan bertanding untuk masuk ke dalam lapangan.
Begitu para pemain mulai berjalan masuk ke dalam lapangan, suara teriakan dan sorakan para mahasiswa yang menonton mulai terdengar. Beberapa mahasiswi ada yang menjerit histeris ketika melihat pemain basket yang menurut mereka cukup tampan.
"Itu pemain dari fakultas kita," ujar Salma bersemangat sambil menunjuk beberapa pemain yang mengenakan jersey tanpa lengan berwarna merah yang berjalan di hadapan mereka masuk ke dalam lapangan.
Riana terkejut begitu mendapati bahwa ia mengenali salah satu pemain yang ternyata adalah Rangga teman apartemennya. Saat pria itu muncul teriakan para mahasiswa terdengar semakin keras, ia sampai melongo saat mendengarkan beberapa wanita meneriaki nama pria itu dengan histeris.
Salma memegang lengan Riana sambil menunjuk ke arah Rangga. "Itu mahasiswa Internasional yang paling populer di kampus kita ini, dan yang membanggakan adalah dia orang Indonesia loh. Pokoknya dia itu kebanggaan NUS Business School."
Riana menatap ke arah yang ditunjuk Salma yaitu Rangga, ia terkejut saat pria itu ternyata juga menatapnya saat ini. Dengan cepat Riana segera menunduk untuk mengalihkan pandangannya, entah kenapa ia gugup karena ditatap pria itu.
"Ya ampun si Rangga ngelihat ke sini," jerit Salma histeris.
Bukan cuma Salma tentunya. Gadis-gadis yang berdiri di belakang mereka pun juga berteriak histeris karena arah pandang Rangga yang ke arah mereka saat ini.
"Emang dia terkenal banget ya?" Tanya Riana memastikannya pada Salma.
Salma mengangguk antusias pada Riana. "Banyak yang bilang dia itu mantan atlet yang pensiun dini, tapi aku nggak tahu atlet apa. Pokoknya setelah pensiun dia mutusin buat kuliah dan mengambil jurusan yang sama dengan aku, kami juga seangkatan di sini walaupun usia dia cukup jauh di atas aku. Tapi dia ini kebanggaan para dosen karena otaknya yang encer, selain itu dia juga jago berbagai olahraga seperti renang, futsal, tenis dan basket makanya banyak banget cewe yang ngidolain dia banget. Walaupun alasan paling besar kenapa dia diidolakan ya karena dia ganteng dan punya karisma yang bikin cewek bakal klepek-klepek" jelas Salma.
"Terlalu berlebihan nggak sih," ujar Riana menanggapi penjelasan Salma.
"Jangan ngomong gitu dulu say. Kamu belum ngelihat dia pas tanding soalnya. Kalau nanti kamu udah lihat dia pas tanding, kamu bakal ngerti karisma apa yang aku maksud."
Riana terdiam mendengar perkataan Salma yang entah kenapa malah membuatnya sedikit khawatir saat ini. Bagaimana jika ada orang yang tahu bahwa ia tinggal bersama Rangga? Pasti satu kampus akan sangat heboh, mengingat Rangga ternyata begitu terkenal di sini.
"Pertandingan udah mau dimulai," jerit Salma.
Teriakan para penonton semakin histeris begitu pertandingan akhirnya dimulai juga.
Tanpa disadari pandangan mata Riana terus saja tertuju pada pergerakan Rangga yang berlari mengejar bola dan melakukan Dribble yang begitu memukau dan ketika tiba di dekat Ring, dengan langkah pasti ia melompat dan melempar bola tersebut langsung masuk ke dalam ring.
Semua orang bersorak atas keberhasilan Rangga mencetak poin untuk timnya. Pria itu langsung berbalik dan menatap ke arah Riana, yang tentu saja membuat jantungnya entah kenapa langsung berdegup kencang. Riana melirik ke arah belakang memperhatikan apa mungkin sebenarnya Rangga bukan melihat dirinya tapi melihat orang lain, ia tidak mau merasa ge'er atas apa yang dilakukan Rangga saat ini.
Pertandingan terus berlangsung dan teriakan semakin terdengar begitu tim Rangga terus mencetak poin sehingga posisi mereka menjadi unggul saat ini. Riana sekarang mengerti mengapa pria itu begitu diidolakan di kampus ini setelah melihat beberapa menit pertandingan tersebut.
Rangga terlihat begitu memukau saat ini dengan rambutnya yang berantakan dan setengah basah, lalu wajah dan tubuhnya yang bercucuran keringat tapi entah kenapa malah terlihat begitu seksi, apalagi otot bisep di lengannya yang menonjol dan menambah pesonanya. Riana pun mengakui bahwa pria itu terlihat sangat tampan dan berkharisma saat bertanding ini.
"Gimana, yang aku bilang beneran?" bisik Salma mencondongkan tubuhnya pada Riana. "Rangga emang sememukau itu. Tapi jangan sampai naksir ya, soalnya saingan banyak nanti," lanjutnya memperingatkan Riana.
"Ya nggak lah. Baru juga ketemu hari ini, masa langsung naksir sama orangnya," jawab Riana yang entah kenapa merasa gugup.