Bab 12

1220 Words
Rhea tidak tahu seberapa lama dirinya tertidur karena seharian ini yang Rhea lakukan hanyalah bermain ponsel hingga dia merasa sangat bosan. Menonton film di televisi raksasa milik Darel yang menempel di tembok indah itu, lalu tidur sepanjang waktu. Rhea tidak keluar kamar. Dia hanya diam di sana. Menikmati berbagai fasilitas menakjubkan yang dimiliki seorang Darel Aldebaran di dalam kamarnya. Benar-benar khas pria itu. Warna hitam yang bertebaran di mana-mana. Tapi justru warna itulah yang membuat Rhea merasa sangat betah tinggal di kamar luas ini. Seperti ada sesuatu yang terus menarik dirinya. Jujur saja Rhea sangat ingin mendatangi taman yang kemarin dia lihat. Taman indah dengan banyak bunga bermekaran. Atau turun ke bawah dan berenang di kolam raksasa yang terlihat sangat menyegarkan dari kaca besar di kamar ini. Darel sangat suka meletakkan kaca besar yang membuatnya bisa melihat hal di luar ruangan. Ya, pria itu memiliki selera yang lumayan juga. Rhea mulai merasa lapar karena dia belum menyentuh makan siangan. Tadi memang ada pelayan lagi yang mengetuk pintu dan masuk ke kamar ini untuk mengirimkan dia makan. Tapi Rhea tidak menyukai makanan itu. Rhea alergi makanan laut. Entah kenapa pelayan hanya membawakan menu makan yang berisi masakan laut. Akhirnya Rhea hanya bisa menahan lapar tanpa mau keluar dari kamar. Pelayan sialan itu juga tidak juga kembali. Rhea ingin meminta makanan lain. Dia lapar! Jam dinding dengan aksen emas yang berada di dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Darel belum pulang juga? Kemana pria itu? Bukankah kantor hanya buka sampai pukul 5? Rhea baru saja memikirkan Darel ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok Darel yang masih tampak menawan sekalipun dengan kemeja kusut dan dasi yang acak-acakan. Pria itu justru semakin terlihat menggoda di mata Rhea. Jadi, Rhea memutuskan untuk bangkit berdiri. Mendekati Darel yang sedang membuka sepatunya di sudut lain kamar ini. Bukankah Rhea sudah mengatakan jika kamar Darel sangat luas? “Kamu baru pulang?” Darel mengangkat kepalanya. Menggumam singkat ketika melihat Rhea sekarang duduk di sampingnya. Sungguh, hanya itu respon yang bisa dia berikan? Rhea jadi kesal sendiri. “Ada yang harus aku katakan padamu. Kamu ada waktu?” “Katakan.” Hanya itu yang keluar dari mulut Darel. Astaga, apa pria itu pengidap kepribadian ganda? Kadang dia terlihat sangat baik kadang juga terlihat sangat tidak peduli. “Kamu tahu kepalaku dihantam oleh istrimu?” Rhea sudah akan menaikkan suaranya ketika mengatakan kalimat itu. Ada rasa kesal yang menguasai dirinya ketika mengingat perbuatan Alea padanya tadi pagi. Wanita itu memang tidak akan bisa Rhea sakiti, apalagi fakta jika dia sedang hamil. Rhea tidak akan tega menyakitinya. Tadi Rhea juga akan tetap membuat pembalasan untuk wanita itu. “Tentu..” Tentu? Hanya itu yang dia katakan? Rhea mungkin memang melakukan kesalahan dengan tidak membaca kontrak itu dengan baik. Rhea hanya membaca sekilas dan menurutnya kontrak itu menguntungkan dirinya. Jadi Rhea asal memberikan tanda tangan. Lagi pula, tanpa dibayar mahal sekalipun Rhea akan tetap mau tinggal dengan Darel. Pria rupawan yang menjadi incarannya. Apalagi Darel menawarkan bayaran lumayan mahal yang akan masuk ke rekening pribadi Rhea. Ya, itu memang sudah Rhea atur sedemikian rupa. Lina hanya akan mendapat keuntungan di akhir. Sementara uang yang pria-pria yang menjadi korban berikan ketika Rhea masih menjadi selingkuhan mereka, semua itu boleh disimpan oleh Rhea. Dan melihat berapa banyak yang Darel tawarkan padanya, Rhea tentu tidak akan menolak. “Katakan padaku permainan apa yang sedang terjadi di sini! Aku tidak ingin menjadi korban kekerasan istrimu!” Kata Rhea dengan suara yang sedikit meninggi. Mendengar suaranya sendiri, Rhea jadi berdeham pelan. Mencoba menstabilkan dirinya lagi. Bagaimana mungkin dia membentak Darel? Oh, dia memang gila! “Kamu membaca kontrak itu dengan baik?” Darel balik bertanya membuat Rhea jadi kelabakan sendiri. Dia membaca.. tapi hanya sekilas saja. “Apa di sana ada perjanjian jika selama bekerja aku akan disakiti oleh istrimu?” Rhea bertanya sambil berharap dengan cemas. Semoga tidak ketahuan jika dirinya memang tidak membaca dengan benar. “Aku sudah mengirimkan ganti rugi untuk kejadian hari ini ke rekeningmu. Aku harap Alea tidak berbuat nekat lagi.. hal ini belum pernah terjadi sebelumnya” Wow.. Darel mengirimkan uang padanya? Rhea harus segera mengecek ponselnya. Melihat seberapa banyak yang Darel berikan untuk sebuah luka yang lumanyan nyeri hingga saat ini. Oh, luka itu pasti akan membiru untuk beberapa waktu ke depan. Sungguh, Rhea benci menjadi wanita jelek! “Kenapa aku harus berada di kamarmu, Tuan?” Rhea bertanya pelan sambil mendekatkan dirinya pada Darel. Berbisik tepat di telinga pria itu. Melihat bagaimana leher Darel terlihat dari balik kemeja hitamnya. Tampak sangat menawan. Menggoda untuk di kecup. Rhea berusaha untuk menguasai dirinya. Tidak, jika memang Darel tidak ingin menyentuhnya.. baiklah, Rhea hanya akan menggoda pria itu untuk sesaat. Masalah yang lainnya, Rhea akan mendapatkan itu semuanya dalam waktu dekat. Sekarang yang paling penting adalah mengetahui apapun yang terjadi. Rhea harus tahu masalah apa yang ada di sini sehingga dia bisa menentukan langkah selanjutnya. “Itu sudah ada di dalam kontak yang kamu tanda tangani” Darel menjawab itu sambil menengokkan kepalanya. Membuat pandangan mereka jadi sangat dekat. Bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Membuat Rhea bisa melihat wajah Darel dengan jelas. Melihat bagaimana indahnya mata Darel yang ternyata berwarna coklat terang. Begitu indah.. Rhea memang berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri. Tapi entah bagaimana, ada sesuatu yang menarik dirinya untuk mendekati Darel. Menyentuh bibir pria itu pelan. Menyusuri bibirnya yang masih terkatup sebelum.. sebelum Darel menarik dirinya menjauh. Membuat Rhea mengernyitkan dahinya. “Aku sudah menikah, Rhea. Aku harap kamu bisa menjaga sikapmu” Rhea tidak bisa mengontrol keterkejutannya. Tunggu dulu, apa yang dikatakan oleh Darel? Pria itu sedang membicarakan statusnya dengan Alea saat ini? “Tunggu dulu.. untuk apa aku ada di kamarmu Tuan Darel yang terhormat??” Tanya Rhea sambil bangkit berdiri. Mengikuti Darel yang mulai berjalan menuju kamar mandi. Rhea menghentikan langkahnya ketika Darel membalikkan tubuhnya. Membuat Rhea jadi sedikit terhuyung ketika berusaha berhenti dengan tiba-tiba. Tapi Darel segera meraih pinggangnya, membuat Rhea tidak jadi terjatuh.. malah sekarang dia berada di dalam dekapan Darel. Menatap pria itu dari sudut pandang yang lain. Mengagumi bagaimana Darel tetap terlihat sempurna meskipun dilihat dari bawah. Dia memang terlalu tampan sehingga dari sudut manapun, Darel tetap tanpan. Bagaimana bisa ada pria tampan dengan harta melimpah seperti Darel? Dia paduan yang sangat sempurna. Kehidpannya itu.. semua orang selalu mengharapkan bisa dapat keberuntungan seperti Darel. Bukan hanya kaya tapi juga sangat tampan. Apa Darel memiliki darah asing? Jika dilihat dari dekat Darel sebenarnya memiliki rambut yang sedikit kecoklatan. Meskipun dia tidak berkulit terlalu terang seperti orang bule pada umumnya, rasanya sangat aneh melihat pria dengan mata coklat yang jernih dan rambut coklat juga. Seperti memang benar, Darel memiliki darah asing yang tidak terlalu ketara dalam dirinya. Wow, pria itu memang paket lengkap! Jujur saja untuk sejenak Rhea jadi lupa apa tujuannya mengikuti Darel. Wanita itu lebih sibuk mengamati lekuk indah bibir dan hidung Darel. Oh jangan lupakan bulu mata lentik milik pria itu. Terlihat sangat indah meskipun tanpa penjepit bulu mata ataupun maskara seperti yang selama ini selalu Rhea gunakan. “Katakan padaku apa gunanya aku berada di kamar ini?” Rhea bertanya dengan pelan. Tangannya yang tadinya berhenti dan mencengkram kemeja Darel dengan kuat sekarang jadi bergerak pelan. Menyentuh d**a pria itu dan mengusapnya perlahan. Tapi dengan cepat Darel segera melepaskan dirinya. Menjauhkan diri dari Rhea. Hei, apa yang dilakukan oleh pria ini? Memangnya Rhea sesuatu yang harus dijauhi? “Aku masih memiliki salinan dokumen kontrak kita jika kamu memang ingin membacanya. Lihat saja di nakas nomor 3 dari atas” Kara Darel sambil berjalan meninggalkan Rhea begitu saja. Wanita itu semakin mengernyitkan dahinya. Apa ada yang salah? Tapi suara pintu kamar mandi yang tertutup dengan keras kembali membuat Rhea sadar. Bukan dia yang salah, sepertinya memang Darel saja yang aneh!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD