Bab 13

1600 Words
Rhea memang menemukan dokumen itu, tapi dia tidak ingin membacanya sendiri. Rhea ingin dijelaskan langsung oleh Darel. Mendengarkan secara langsung apa yang pria itu inginkan. Membawanya ke kamar ini lalu membiarkan Rhea hanya duduk begitu saja di atas ranjang? Oh ya ampun, ini sangat tidak masuk akal. Rhea sudah menunggu lebih dari 15 menit. Tapi Darel tidak juga keluar dari kamar mandi. Sejak tadi memang tidak terdengar suara air bergemericik. Mungkin Darel sedang berendam. Ah, Rhea jadi ingat apa saja yang dia lakukan di kamar mandi indah milik Darel. Pria itu memang tidak main-main dalam mendekorasi rumahnya. Di saat orang lain lebih suka mendekorasi kamar mandi dengan warna putih atau coklat sehingga menampilkan kesan elegan dan hangat. Darel lagi-lagi lebih memilih warna hitam. Pria itu terlalu mencintai satu warna dan tidak bisa berhenti menggunakan warna yang sama. Ah, tapi memang kamar mandi itu tetap tampak sangat indah meskipun hanya menggunakan warna hitam. Masih untung Darel mau memasang lampu terang di seluruh ruangan. Bagaimana jika pria itu lebih memilih lampu berwarna hitam? Rumah ini bisa memiliki suasana yang sama dengan gua. Rhea bangkit berdiri ketika mendengar ada suara pintu yang di ketuk. Tangannya terulur untuk meraih seluruh rambutnya yang masih basah karena sebenarnya dia baru mandi ketika Darel datang tadi. Rhea juga mencuci rambutnya karena merasa rambut itu sudah kotor akibat dua hari tidak kunjung di cuci. Rhea juga sengaja membiarkan rambutnya kering dengan sendirinya sekalipun sebenarnya dia memiliki alat pengering rambut. Katanya, jika tidak sedang dalam kondisi penting dan mendesak, sebaiknya tidak perlu mengeringkan rambut dengan alat itu. Biarkan rambut mengering sendiri tanpa di sisir. Itu akan membuat rambut kita menjadi lebih baik. Dan karena memang Rhea tidak akan pergi kemanapun malam ini, dia jadi membiarkan begitu saja rambut panjangnya terurai dan meneteskan air. Rhea tidak bisa menahan senyumnya ketika membuka pintu dan mendapati alea sedang berdiri di depan sana dengan pandangan terkejut. Dengan sengaja Rhea mengambil beberapa helai rambutnya dan meraihnya ke depan. Menunjukkan pada Alea jika dia barus selesai mencuci rambut. Rhea tahu jika Alea bukan wanita bodoh yang tidak tahu apa maksud dari perbuatannya. “Di mana Darel?” Masih berusaha tenang, Alea bertanya pelan. Rhea tersenyum sambil mengangkat alisnya. Kebetulan sekali.. keadaan saat ini sangat tepat untuk memanaskan hati Alea. “Oh dia sedang mandi. Kamu tahu bukan jika dia baru pulang bekerja? Lihatlah, aku juga baru selesai mandi..” Katanya dengan santai. Rhea tahu jika apa yang dia lakukan membuat Alea semakin kesal. Wanita itu menatapnya dengan tajam. Penuh dengan aura permusuhan. Satu hal yang selalu Rhea lakukan dengan senang hati. Membuat orang lain kesal hingga selalu bermusuhan dengannya. Kehidupan yang Rhea miliki memang tidak mendukungnya menjadi manusia baik. Memang seperti inilah keadaannya. “Apa ada yang ingin kamu katakan? Aku bisa memberi tahunya nanti” Rhea mengerlingkan matanya. Membuat kemarahan Alea semakin meningkat. Padahal bekas luka di pelipisnya belum hilang. Bahkan sekarang jadi semakin membengkak. Tapi dia tidak takut sama sekali. Alea Brawijaya yang terhormat ini pasti jarang mendapatkan kekesalan seperti ini. kecuali jika memang Darel sering membawa wanita ke tempat ini. “Tidak ada yang perlu aku katakan pada jalang seperti dirimu” Rhea tersenyum sinis. Wanita ini, sekalipun dia sedang hamil tapi dia tidak menjaga ucapannya sama sekali. Rhea saja, yang sebenarnya seorang wanita tidak baik, dia selalu menjaga ucapannya ketika hamil. Rhea percaya jika bayi yang dia kandung bisa mendengarkan apa yang dia katakan meski masih bayi. Dan itu tidak akan baik untuk janinnya. Tapi lihatlah apa yang dikatakan oleh wanita berpendidikan di depannya ini. Dia sama sekali tidak bisa menguasai dirinya. “Kata orang, jangan mengatakan sesuatu yang buruk di depan wanita hamil. Tapi sekarang malah wanita hamil itu sendiri yang mengatakan­— Argh!“ Rhea memekik ketika sebuah tamparan keras mengenai dirinya. Dengan pandangan penuh kemarahan, Rhea menatap seorang wanita yang sedang berdiri di depannya. Sialan! Wanita ini memang sangat suka bermain kekerasan. Baiklah, tidak masalah. Rhea tidak akan membalas dengan kekerasan juga. Selain karena Rhea memang tidak suka memukul wanita, Rhea juga tidak tega menyakiti seorang wanita hamil. “Jaga ucapanmu, w************n! Kamu harus tahu jika tidak sembarang orang yang bisa berbicara denganku. Atau aku akan—“ “Akan melakukan apa, Alea?” Suara serak dari dalam kamar membuar Rhea menengokkan kepalanya. Melihat Darel yang berjalan keluar dari kamar mandi hanya dengan sebuah handuk hitam yang melilit pinggangnya. Memperlihatkan tubuh atasnya yang terpahat sempurna. Rhea tahu, dia pria yang menakjubkan. Tubuhnya sangat indah. Rhea tidak tahan untuk tidak mendaratkan tangannya ke d**a pria itu. Mengusapnya pelan dengan gerakan menggoda. Mengirimkan getaran menyenangkan yang akan mereka nikmati bersama. Semua hal yang ada di dalam diri Darel memang tercipta dengan sangat sempurna. Menggambarkan betapa menakjubkan pria itu. Dengan air yang sesekali masih menetes dari rambutnya yang basah, Darel berjalan mendekat ke arah pintu. Berdiri tepat di samping Rhea. Membuat aroma tubuh Darel jadi tercium dengan jelas. Mereka memang menggunakan sabun yang sama, tapi entah kenapa Rhea merasa aroma tubuh Darel jauh lebih memabukkan. Aroma sabun yang bercampur dengan aroma tubuh pria itu sendiri. Perpaduan yang sempurna. “Apa yang kamu lakukan pada wanitaku?” Darel merengkuh pinggangnya. Mendekatkan diri mereka sehingga ketika menengokkan kepala, Rhea bisa melihat dengan jelas d**a bidang Darel. Terbentuk dengan sempurna. Karena tidak tahan, Rhea meletakkan kepalanya ke d**a itu. Menyandarkan dirinya sambil memejamkan mata. Tangannya juga ikut bergerak. Menyentuh Darel dengan pelan. Membuat Darel menegang seketika. Ah, mungkin pria itu terkejut dengan perbuatan Rhea yang terlalu tiba-tiba. “Jauhkan dirimu dari suamiku!” Rhea mendengar suara Alea. Sangat jelas di telinganya ketika wanita itu menekankan kata ‘suami’. Tapi, bukankah Darel sendiri yang mendekatkan dirinya? Rhea hanya melakukan sesuatu untuk membalas pria itu. Mengusapkan tangannya semakin turun, menyentuh perut Darel yang terbentuk dengan idah. Otot-otot kuat yang memanjakan tangan Rhea. Membuatnya tidak bisa berhenti. Sial! Api ini membakar tubuh Rhea tanpa sisa. Membuat Rhea rela melakukan apapun untuk mendapatkan akses lebih ke tubuh yang ada di sampingnya. Tapi kecupan yang mendarat di atas kepalanya membuat Rheajadi berhenti bergerak. Merasakan bagaimana kecupan itu memberikan pengaruh besar pada dirinya yang sekarang bergerat. Mengharapkan sesuatu yang lebih. Sayangnya, mungkin jika tidak ada Alea di depannya, Darel juga tidak akan melakukan ini semua padanya. Pria itu seolah memainkan permainan di depan istrinya sendiri. Jadi karena Alea sedang ada di sini, mungkin tidak masalah jika Rhea sedikit memuaskan dirinya sendiri. Menyentuh Darel yang seakan memberikan akses padanya untuk melakukan apapun yang dia mau. “Apa yang kamu inginkan, Alea?” Suara Darel terdengar sangat dalam. Serak dan seksi. Menyenangkan untuk di dengar. Apalagi ketika tangan pria itu naik, menyentuh punggungnya yang terbuka karena pakaian yang dia gunakan memang membuat punggung Rhea terekspos hingga ke pinggangnya. Ini salah satu pakaian yang sangat dia sukai. Bersamaan dengan usapan itu, Rhea merasakan ada bibir dingin yang menyentuh lehernya. Mengecupnya sekilas tapi meninggalkan bekas yang luar biasa. Membuat Rhea jadi memejamkan matanya. Tapi sungguh, Rhea ingin melihat bagaimana ekspresi Alea ketika melihatnya bermesraan dengan suami wanita itu. Pasti dia sangat marah.. “Aku ingin bicara” Alea memang sudah mencoba mengalihkan tatapannya. Suara wanita itu juga bergetar seakan menahan tangis. Huh, Rhea jadi tidak tega jika seperti ini. Tapi mengingat perlakuan wanita itu padanya tadi, Rhea rasa ini memang cara yang paling tepat untuk membalas wanita itu. Menghancurkan harga diri yang dia miliki. “Maaf sekali, tapi sepertinya Rhea lebih membutuhkanku setelah ini” Bersama dengan itu, Rhea merasakan kembali satu kecupan di leher belakangnya. Membuat Rhea kembali mengerang. Darel tahu cara memperlakukan wanita dengan kepuasan. Tapi pria itu memang seperti.. seperti.. entahlah. Rhea sendiri bingung harus menyebutnya apa. “Hanya 5 menit” Hanya 5 menit? Istrinya memohon 5 menit untuk bicara sementara Rhea bisa merasakan hangatnya ranjang Darel sepanjang malam? Oh, itu sungguh perbandingan yang sangaat tidak adil. Tapi bukankah memang selalu begitu? Istri sah yang akan ternistakan dalam drama perselingkuhan. Sementara itu? Rhea jelas selalu menjadi sisi yang memenangkan segalanya. “Istrimu sepertinya memang membutuhkan bicara denganmu, Darel” Rhea berucap pelan sambil menyentuhkan bibirnya untuk mengecup rahang Darel. Hanya itu bagian yang bisa dia sentuh sekalipun dia sudah menjinjitkan kakinya. Darel sepertinya terlalu tinggi untuk seorang gadis dengan tinggi 178 cm seperti dirinya. Padahal selama ini Rhea rasa dia sudah cukup tinggi untuk kebanyakan wanita Indonesia. Tidak masalah. Mengecup rahang Darel juga tetap mengirimkan sensasi menyenangkan dalam dirinya. Membuat Darel jadi menundukkan kepalanya, seakan pria itu menyadari apa yang diinginkan oleh Rhea. Dengan pelan Darel meraih wajahnya, mencengkram pipinya dengan tangan besar dan kuat yang dia miliki. Mendekatkan diri mereka lalu melumat bibir Rhea dengan pelan. Untuk ukuran pria, Darel memang bukan seorang good kisser. Tapi lumatan pria itu sangat memabukkan. Pelan dan dalam. Membuat Rhea jadi memejamkan matanya padahal selama ini Rhea sangat malas memejamkan mata. Ciuman dengan mata terpejam terasa jauh menyenangkan, lebih intim, dan lebih terasa. Bibir pria itu menjauh hanya beberapa setelah itu. Membuat Rhea bisa kembali membuka matanya, menatap kilatan penuh gairah di mata coklat itu. Pria itu membuat Rhea mabuk hanya dengan ciuman singkat. “Darel..” Suara lirih yang terdengar menyedihkan itu membuat Rhea terpaksa memutus tatapannya dengan mata Darel. Kini melihat Alea yang berdiri dengan kaku di hadapan mereka. Oh, Rhea bahkan lupa jika dirinya melakukan ciuman di hadapan istri sah pria yang sedang mendekapnya ini. Baiklah, itu sama sekali bukan masalah besar. Rhea bahkan rela saja melakukan sesuatu yang lebih di tempat ini. sekarang juga. “Pergilah jika kamu tidak ingin melihat sesuatu yang lebih dari ini, Alea” Suara Darel terdengar sangat dalam. Berbicara dengan suara serak yang menggoda. Bagaimana jika suara itu terdengar di tengah pergulatan mereka? Menggeram rendah dan menyebut nama Rhea dengan pelan. Astaga, itu akan menjadi hal menakjubkan. Rhea tidak bisa menunggu lebih lama! “Hanya 5 menit” Wanita itu sedang hamil. Tapi lihatlah perlakuan Darel padanya. Oh, sejujurnya Rhea juga merasa tidak tega. Tapi tetap berada di dalam dekapan Darel memang terasa sangat menyenangkan. Rhea harap Alea tetap berdiri di sana sehingga Rhea tetap bisa merasakan dekapan Darel. Merasakan bagaimana tetesan air membasahi lengannya yang berada di dalam dekapan Darel. Merasakan bagaimana sempurnanya d**a pria itu untuk bersandar. Bukan hanya bersandar.. Rhea ingin lebih dari itu. “Baiklah. Masuklah ke kamarku, aku hanya bisa berbicara di dalam sana.. dengan Rhea yang berada di pangkuanku”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD