Bab 11

1219 Words
Hal pertama yang Rhea lihat setelah dirinya sadar adalah.. dia berada di kamar. Kamar Darel. Hanya saja setelah Rhea mengedarkan pandangannya, dia tidak menemukan sosok Darel sama sekali. Pria itu tidak ada? Rhea memang masih merasakan jika kepalanya yeri. Juga sebuah perban yang menempel tepat di pelipis kirinya. Tempat yang sama dengan yang dikecup oleh Darel. Huh, wanita sialan itu menghantam kepalanya? Lihat saja, Rhea memang sering diperlakukan buruk oleh para wanita. Tapi untuk yang kali ini, Rhea akan membalasnya dengan cara yang paling kejam. Rhea tidak suka ada yang merendahkan wanita sekalipun pelakunya juga adalah seorang wanita. Dia sadar jika dia memang jalang murahan yang menjadi parasit seriap rumah tangga. Hanya saja, mendengar sebuah hinaan yang menyakitkan juga tidak akan bisa diterima dengan mudah. Manusia terlalu banyak bicara. Menilai sesuka mereka. Huh, sial! Beberapa wanita hanya akan menamparnya atau mencakar tangannya. Oh, itu.. juga menarik rambutnya. Tapi lihat apa yang dilakukan oleh Alea Brawijaya padanya. Wanita itu menghantamkan sebuah gelas! Iya, gelas! Rhea akan membalasnya dengan cara yang paling menyakitkan. Karena dia sudah sadar dan di kamar ini sama sekali tidak ada orang, akhirnya Rhea memutuskan untuk keluar kamar. Dia tidak bekerja lagi hari ini. Darel pasti meninggalkannya ketika dia pingsan tadi pagi. Rhea baru akan membuka pintu kamar ketika seorang pelannya lebih dulu mendorongnya dri luar. “Oh..  Nona sudah bangun?” Tanya pelayan itu sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Rhea menatap pelayan itu tersenyum lalu meletakkan beberapa buah yang sudah dikupas dan dipotong dengan rapi. Juga segelas s**u putih dan beberapa butir obat. “Iya, aku baru saja bangun” Jawab Rhea sambil tersenyum. Perlu diperhatikan, Rhea tidak akan bersikap jahat pada orang yang tidak ada kaitannya dengan misinya. “Aku membawakan beberapa buah untuk Anda. Ada juga obat yang akan membuat nyeri di kepala Anda terasa lebih baik..” Rhea tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Apa perlu meminum obat hanya karena sebuah luka kecil itu? Pelayan itu segera berbalik dan berjalan keluar dari kamar setelah meletakkan nampan di atas nakas. “Em, kamu mau kemana?” Tanya Rhea. Dia membuat pelayan itu menghentikan langkahnya. Berbalik lalu menatapnya dengan pandangan terkejut. Apa ada yang salah jika Rhea memanggilnya? “Nona memanggil saya?” Pelayan itu melangkahkan kakinya untuk mendekati Rhea. “Apa kamu memiliki pekerjaan lain? Maksudku setelah mengantar buah ini, apa kamu memiliki pekerjaan lain?” Tanya Rhea sambil menarik tangan pelayan itu duduk di ranjang. Rhea mengambil piring berisi macam-macam buah untuk berada di pangkuannya. Memakannya satu dan merasakan air buah itu membawa kesegaran untuk dirinya. “Tidak, selain menyiapkan makan siang untuk Nyonya Alea, saya tidak memiliki pekerjaan penting untuk saat ini” Pelayan itu menjawab pelan. Menggelengkan kepalanya ketika Rhea menyodorkan sepiring buah. Menawarinya untuk ikut makan bersama dengan wanita itu. “Bisa menemaniku di kamar ini? Aku ingin bertanya beberapa hal, tapi sejak kemarin tidak ada yang bisa aku tanyai” Kata Rhea. Rhea kembali tertawa pelan ketika melihat raut terkejut dari pelayan itu. Entahlan, padahal Rhea rasa tidak ada yang salah dari pertanyaannya. Sama seperti Sarah kemarin, pelayan itu juga ikut terkejut. Ada apa dengan orang-orang ini? *** “Katakan padaku, kenapa aku merasa ada yang salah di rumah ini?” Rhea sepenuhnya sadar ketika menanyakan hal itu. Tatapannya juga serius sekalipun dia tetap menjejalkan beberapa potongan buah ke mulutnya. “Apa.. apa yang Anda katakan?” Pelayan itu terlihat kebingungan. Astaga, jika Darel tidak mau memberi tahu apa yang terjadi, bukankah Rhea harus bergerak dan mencari tahu informasi dari orang lain? Setidaknya pelayan ini pasti bukan orang baru yang tidak mengetahui apapun mengenai rumah ini. “Jangan terkejut seperti itu. Aku memang terlihat seperti wanita jahat yang merebut suami orang, tapi percayalah padaku.. aku sebenarnya tidak sejahat itu” Rhea baru saja menutup mulutnya ketika bayangan lain membuat kepalanya menggeleng dengan cepat. Beberapa malam yang dia habiskan dengan puluhan orang berbeda. Cipratan darah yang mengenai kulitnya. Juga detak jantung yang berhenti di depan matanya. Semua itu membuat kepala Rhea pening seketika. Dia jahat.. sangat jahat. Bagaimana mungkin ada kalimat munafik yang keluar dari bibirnya? Oh, sudahlah. Perkataan yang sudah keluar dari bibir tidak akan pernah bisa ditarik kembali. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati ketika akan berbicara. “Nona ini siapa? Satu bulan ini Tuan sudah membawa 3 wanita yang berbeda. Mereka semua tinggal di kamar ini” Rhea tahu jika saat ini ada denyutan tidak nyaman di jantungnya. Ada yang salah.. Tapi Rhea memang berusaha untuk tidak mempedulikan denyutan itu. Satu hal yang masih mengganggu pikirannya. Jika benar, maka ini adalah perkiraan yang tepat. Begini, setiap sekretaris yang bekerja dengan Darel ditawari kontrak konyol untuk tinggal dengannya, itulah alasan kenapa Darel mengatakan sekretarisnya yang sebelumnya memilih keluar begitu saja. Tapi.. tiga orang yang berbeda? Sekalipun itu bukan jumlah yang fantastis untuk seorang pria dalam satu bulan, tapi Rhea sungguh terkejut dengan fakta ini. Darel berselingkuh di depan istrinya dan para pelayan yang ada di rumah ini. Benarkah? Pria itu bahkan berganti hingga 3 kali? Sekali lagi Rhea tegaskan, dia memang sudah mengerti tabiat seorang pria. Hanya saja, selingkuh secara terang-terangan di depan istri tentu bukan hal yang wajar. Lagi pula, satu fakta lagi yang sedikit mengejutkan, Darel tidak menyentuhkan sama sekali sepanjang malam. Pria itu bahkan tidak berbicara dengannya selama di dalam kamar. Darel hanya akan berinteraksi dengannya ketika ada Alea. Sebenarnya, permainan apa yang sedang Darel lakukan? “Aku.. aku sebenarnya berteman dengan Darel. Dia memintaku untuk tinggal di kamar ini selama beberapa waktu ke depan.. sekarang katakan padaku, ada sesuatu penting yang kamu tahu?” Rhea kembali bertanya. Berharap kali ini ada satu saja informasi yang membuat dugaannya menguat. Rumah tangga ini tidak benar. Rhea tahu itu. Jujur saja dia tidak peduli, tapi.. Rhea ingin tahu. “Saya hanya pelayan. Seharusnya Anda bertanya langsung pada Tuan..” Pelayan itu menjawab dengan pelan. Rhea jelas tahu jika pelayan itu mulai tidak nyaman dengan pertanyaannya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan. Sesuatu yang sebenarnya sangat ingin diungkapkan tapi dia merasa takut. Takut kalau perkataannya bisa membuatnya berada di dalam bahaya. Well, Rhea justru semakin curiga dengan pelayan itu. Sudah banyak orang yang menyatakan kebencian padanya, tatapan permusuhan yang pelayan ini layangkan tidak ada apa-apanya. Rhea akan menganggap jika dia tidak melihatnya dan terus menanyakan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. “Itu dia masalahnya. Dia tidak ada di rumah saat ini. sementara itu Nyonya Alea bisa saja menyerangku kapanpun dia mau” Rhea masih tidak berhenti berusaha. Sebenarnya selain pelayan ini, masih ada satu orang yang mungkin tahu beberapa informasi mengenai Darel. Ya, sekalipun mungkin tidak sebanyak informasi yang diketahui pelayan ini, Sarah pasti tahu beberapa hal. Wanita itu juga kemungkinan tidak akan keberatan untuk memberitahu dirinya. Rhea harus menemui Sarah besok dan meminta waktu untuk berbicara dengannya. Dari pada pelayan ini, Sarah seperti lebih mau berbicara dengannya. “Saya tidak ingin ikut campur apa yang terjadi. Maaf, Nona..” Sial! Rhea memang sudah mengira jika pelayan ini tetap tidak akan mau membuka mulutnya. Andai saja dia juga membunuh wanita, Rhea bisa memastikan jika wanita ini akan habis di tangannya. Hanya saja, sejak dulu Rhea memegang prinsipnya. Dia tidak akan membunuh wanita meskipun wanita itu menyebalkan dan menyusahkan. Bahkan sejak dulu Rhea tidak pernah balas melukai ketika tangan-tangan istri dari korbannya melukai dirinya. Rhea membiarkan saja mereka menjambak, menampar, juga mencakar dirinya. Rhea diam saja.. Tapi Alea mungkin adalah pengecualian. Wanita itu melukainya dengan sangat kejam. Bagaimana mungkin seorang model anggun yang selalu tampil seperti malaikat berbuat sedemikian kejam padanya? Ya, meskipun Rhea juga sedikit menyadari kekesalan wanita itu. Dia istri sah Darel, tapi malah Rhea yang diperlakukan dengan sangat baik. Baiklah, Darel memang hanya memperlakukan dia dengan baik ketika di depan Alea. Itu fakta yang harus Rhea terima. Seperti memang dia sedang memainkan sandiwara besar di rumah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD