Bab 10

1363 Words
Rhea masih duduk di atas sofa yang lagi-lagi berwarna hitam. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tapi Darel tidak juga terlihat akan kembali ke kamar ini. Apa yang dilakukan oleh pria itu? Sekalipun tidak diminta untuk menunggu, Rhea jelas sangat penasaran sehingga dia memutuskan untuk berbaring di sofa ini. Memakai kaca mata lalu mulai memainkan beberapa permainan yang ada di ponselnya. Menghabiskan waktu dengan menghibur dirinya. Tapi Darel tidak juga datang. Pria itu seolah menghilang begitu saja. Oh ya ampun, jadi apa gunanya Rhea datang ke tempat ini kalau Darel sama sekali belum memakainya sejak tadi? Rhea baru akan meletakkan ponselnya ketika suara pintu terdengar. Terbuka pelan dan menampilkan Darel dengan ekspresi lelahnya yang ketara. Jika sudah lelah, kenapa tidak istirahat sejak tadi? Rhea baru akan menyapa ketika pria itu malah berbaring dengan santai di atas ranjang. Menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu mematikan lampu dengan remote khusus yang berada di atas nakas. Astaga, apa yang pria itu lakukan? Rhea benar-benar tidak tahu harus melakukan apa ketika suara napas teratur mulai terdengar. Darel.. dia tidur begitu saja tanpa meliriknya? Oh sial! Pria itu membuat emosi Rhea naik seketika. Tapi apa yang bisa dia lakukan selain ikut tidur di sampingnya? Ini sudah lewat tengah malam. Rhea harus segera tidur karena besok pagi masih ada banyak hal yang harus dia lakukan. Ya, tidak masalah. Untuk malam ini mereka hanya akan tidur bersama tanpa melakukan apapun. Hanya tidur.. *** Rhea memang tidak mendengar suara bising seperti yang biasa dia dengar di rumah b****l ketika pagi hari. Suara langkah kaki yang saling bersahutan seakan mencoba membangunkan semua orang. Dan teriakan-teriakan di pagi hari yang sangat  mengganggu. Tidak, Rhea tidak mendengar itu semua. Ranjang tempatnya berbaring terasa semakin nyaman ketika pagi tiba. Rhea sadar jika ini sudah pagi, tapi rasanya masih sangat malas untuk bangkit. Ranjang ini seakan menahan dirinya. Memanjakan setiap bagian tubuhnya. Astaga, dia memang akan menjerat orang kaya. Lihatlah bagaimana ranjang ini terasa sangat nyaman. Apa mungkin ranjang orang kaya akan senyaman ini? Rhea pikir dia akan menghabiskan beberapa menit lagi untuk menggelung dirinya di dalam selimut tebal. Tapi sebuah suara asing yang tiba-tiba masuk ke dalam telinganya, membuat Rhea membuka mata dengan cepat. Menatap sosok yang saat ini sedang berada di depan kaca, mengikat dasi dengan tangan kekarnya. Membuat Rhea tidak bisa mengalihkan tatapannya dari sosok sempurna yang lagi-lagi berdiri membelakanginya. Dari belakang saja terlihat sangat jelas bagaimana Darel memiliki tubuh sempurna bak seorang model pria yang seksi. Apa untuk mengimbangi tubuh istrinya, Darel juga membentuk dirinya seindah itu? Sial, pagi hari adalah hal yang sangat sulit Rhea tahan. Dirinya kepanasan hanya dengan melihat punggung Darel. “Kamu tetap menjadi sekretarisku jika kamu lupa. Jadi segeralah bersiap karena aku tidak suka datang terlambat ke kantor” Suara itu terdengar berkali-kali di kepala Rhea padahal sudah beberapa menit lalu Darel mengatakannya. Huh, akhirnya.. ketika Darel mulai melangkah keluar dari kamar, yang bisa Rhea lakukan adalah menghela napas. Sambil bangkit berdiri untuk segera bersiap. Benar, dia memang adalah sekretaris Darel. Tapi, pria itu juga membuat dirinya berada di tempat ini. Tidur satu ranjang dengannya. Kenapa Darel sama sekali tidak menyentuh dirinya? Sial! Mungkin memang dia yang tidak membaca kontrak mereka dengan benar. Darel bahkan tidak meliriknya sama sekali. Apa benar dia seorang pria? Bagaimana jika Darel Aldebaran yang adalah suami dari seorang model terkenal itu ternyata adalah seorang gay? Well, siapa yang tahu?? *** Sama seperti tadi malam, makanan yang tersedia untuk sarapan juga memenuhi meja. Apa orang kaya memang kebingungan akan menghabiskan uang mereka? Makanan ini lebih dari cukup untuk dihabiskan oleh 20 orang! Tapi Rhea tentu tidak mempermasalahkan hal itu. Dia mengambil beberapa lembar roti lalu mengolehkannya dengan mentega. Hanya itu yang selama ini dia makan untuk sarapan. Rhea belum ingin mencoba makanan lain karena jika tidak cocok, biasanya Rhea akan merasa mual. Selain roti, mungkin Rhea juga akan meminum jus untuk mengawali hari. Oh ya ampun, lihatlah betapa menyenangkannya menjadi orang kaya. Bisanya Rhea hanya akan meminum segelas air putih ketika sedang sarapan di rumah b****l, tapi sekarang? Rhea bisa memilih dari mulai berbagai jenis jus buah yang tersedia hingga s**u putih dan s**u coklat. Jangan lupakan beberapa jenis kopi yang juga tersedia di samping gelas air. Gila! Mereka memang sanggat gila! Yang Rhea ambil kali ini adalah jus jeruk. Mungkin besok dia bisa mengambil jus melon.. atau jus apel. Ya, dia bisa meminum apapun yang dia mau selama di rumah ini. Makan di meja yang sama dengan Nyonya Alea yang terhormat. Seorang nyonya yang hanya bisa duduk dengan kaku ketika suaminya justru lebih memilih berbincang dengan Rhea. Sejujurnya Rhea memang mulai mengerti dengan apa yang terjadi. Hanya saja Rhea ingin tahu secara langsung dari mulut Darel. Ingin membuat pria itu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena menerka-nerka seperti ini tentu bukan keahlian Rhea. “Kamu makan terlalu sedikit, Rhea. Apa tidak ingin menambah sup?” Rhea tersenyum mendengar kalimat itu. Darel memang berbicara sambil menatapnya. Tapi Rhea tahu jika pria itu tidak benar-benar menatapnya. Darel membuat sebuah sandiwara apik yang sampai saat ini belum Rhea ketahui apa tujuannya. Rhea sedikit tahu apa yang terjadi.. tapi dia belum tahu apa tujuannya. “Tidak. Ini sudah cukup. Aku akan makan banyak ketika makan siang nanti..” Jawab Rhea sambil tersenyum. Jari tangannya terulur untuk menyentuh sudut bibir Darel. Mengusapnya sekilas ketika dia melihat ada noda makanan yang menempel di sana. Rhea tersenyum kecil ketika melihat Darel tersentak akibat perbuatan kecil yang dia lakukan. Mungkin Rhea memang sering melakukan hal yang lebih, tapi hanya dengan menyentuh sudut bibir Darel saja Rhea sudah merasakan ada getaran menyenangkan yang bergerak ke seluruh tubuhnya. “Ah, terima kasih. Kamu sangat perhatian, Rhea..” Kata Darel sambil tersenyum singkat. Pria itu bangkit berdiri setelah menghabiskan segelas air putih. Menenteng jas hitam miliknya yang tadi dia letakkan begitu saja di sandaran kursi. Berjalan mendekati Rhea lalu mengecup pelipisnya sekilas. Membuat Rhea ganti menegangkan punggungnya. Merasakan bibir Darel bertengger di pelipisnya meskipun tidak sampai satu detik. Sial! Pria itu membuat Rhea menginginkan hal yang lebih. “Aku akan menunggumu di mobil. Selesaikan dulu sarapanmu..” Kata Darel sambil berjalan meninggalkannya begitu saja. Meninggalkan Rhea yang masih terkejut dengan perbuatannya yang tiba-tiba. Untuk sejenak, Rhea menengokkan kepalanya pada Alea yang masih menikmati makanannya dengan tenang di sudut terjauh. Wanita itu jelas melihat interaksinya dengan Darel. Tapi.. kenapa dia hanya diam saja? Bukankah dia istrinya Darel? Rumah tangga ini sudah rumit jauh sebelum Rhea datang. Tapi sekarang Rhea akan membuat kerumitan yang lain. Yang tidak akan pernah bisa diluruskan sampai kapanpun. Karena memang untuk itulah Rhea datang. Menjadi orang asing yang selalu merusak hubungan. Membuat dosa dan mengulanginya lagi.. “Jauhi suamiku dan aku akan memberikan uang yang lebih besar dari yang kamu dapatkan..” suara lembut itu terdengar pelan seringan hembusan angin. Menengokkan kepalanya pelan, Rhea melihat Alea menatapnya tajam. Wow, wanita itu marah? Jujur saja Rhea sudah sering menghadapi kemarahan wanita yang jauh lebih menyeramkan dari ini. Jadi, tatapan Alea sama sekali tidak menggentarkan dirinya. Rhea meraih jus jeruknya. Menyesapnya sejenak sebelum bersiap untuk menjawab kalimat Alea. “Aku tidak membutuhkan uangmu. Aku ingin suamimu..” Jawab Rhea dengan pelan. Seakan tersulut emosi, Alea melemparkan gelas kaca ke meja makan. Membuat suara memekakkan telinga dan kekacauan yang lumayan parah. Beberapa gelas minuman jadi tumpah. Wanita ini tidak sama dengan yang sering ditampilkan oleh publik. Dia seorang wanita yang mudah tersulut emosi. Tapi tidak masalah, Rhea sudah banyak melihat jika kehidupan nyata seorang yang terkenal memang tidak sama dengan apa yang selama ini mereka tampilkan. Tidak masalah.. itu masih menjadi hal yang wajar. “Aku tahu apa yang diinginkan seorang jalan sepertimu! Aku tahu itu!” Rhea tersenyum sekilas. Wanita yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian itu, dia adalah wanita cantik yang berpendidikan. Tidak mudah mengalahkan debat seorang wanita pandai. Tapi Rhea jelas sudah jauh lebih berpengalaman dibanding dengan Alea jika di bidang ini. Alea bisa saja lebih pandai.. tapi pengalaman akan tetap mengalahkan segalanya. “Kata orang kamu tidak akan tahu apa yang terjadi jika kamu tidak pernah merasakannya secara langsung. Well, apa kamu juga pernah menjadi seorang jalang?” Rhea memang awalnya tertawa ketika mengucapkan kalimatnya, tapi begitu mendapati sebuah gelas melayang dan membentur kepalanya. Tawa itu menghilang begitu saja. Rhea merasakan ada kegelapan yang sebentar lagi akan merenggut dirinya. Sial! Alea tidak bisa dia remehkan begitu saja. Lihatlah perbuatan nekat wanita itu. Hal terakhir yang Rhea bisa ingat adalah tatapan khawatir yang dilayangkan oleh beberapa orang wanita berseragam sama. Mereka mungkin pelayan. Dan satu lagi, yang bisa dilihat Rhea dengan jelas. Tatapan kesedihan mendalam yang ditampilkan oleh Alea Brawijaya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD