PERFECT MATE ~ 06
Seminggu setelah mimpi itu terus menghampiri Fairel, hari-harinya berjalan seperti orang yang kehilangan hawa nafsu. Ia sendiri tidak mengerti dengan dirinya. Padahal kalau mengingat rupa Zhaira itu sama sekali tidak masuk ke dalam tipikal gadis idamannya, apalagi dengan cara berpakaian gadis itu yang begitu minim.
Namun, ada yang berbeda pada gadis berambut panjang itu. Tapi ia sendiri tidak tahu itu apa, soal kecantikan memang Fairel akui dia sangat cantik, tapi ia rasa bukan itu penyebabnya Zhaira masuk terus kedalam pikiran serta mimpinya. Sejauh apapun ia berpikir, tetap saja tidak menemukan jawaban atas keanehan dirinya.
Fairel melangkah ke dinding kaca di samping meja kerjanya. Ia menatap hampa ke depan.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk," ucap Fairel tanpa mengalihkan pandangannya.
Seorang wanita berhijab kisaran usia dua puluh lima tahun melangkah masuk ke ruangan Fairel. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab Fairel seraya membalikan badannya. "Ada apa?"
"Lima belas menit lagi meeting akan dimulai, Pak."
Fairel mengangguk. "Saya akan segera ke sana."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab Faurel. Setelahnya, wanita berhijab itu melangkah keluar dari ruangan Fairel.
*****
Fairel menghembuskan napas lega saat akhirnya terbebas dari kemacetan jalanan Jakarta. Sore ini ia akan menjemput Rayna ke kampusnya.
Fairel memarkirkan mobilnya di tempat biasa ia menunggu Rayna. Selang beberapa menit kemudian, Rayna terlihat tengah melangkah ke arahnya dengan anggun.
"Assalamu'alaikum, Abangku tercinta," ucap Rayna dengan senyum mengembang begitu masuk ke dalam mobil.
Fairel mengulas senyum. "Wa'alaikumussalam, Adikku tercinta."
"Langsung pulang, Bang?" tanya Rayna saat Fairel mulai menjalankan mobilnya.
"Iya. Banyak kerjaan di kantor, bikin pusing kepala."
"Itu makanya, Bang. Cepetan nikah biar ada yang ngurusin. Kalau capek kan enak ada istri yang pijitin," ledek Rayna sembari bersandar menatap ke arah Fairel yang tengah fokus mengemudi.
Fairel terkekeh pelan, tangannya terulur mengusap puncak kepala Rayna yang tertutup hijab. "Belum ada yang cocok. Kalau udah ada juga pasti langsung Abang halalin."
"Abang mah terlalu pemilih orangnya. Kan banyak ustadzah di pondok pesantrennya Abi yang naruh hati sama Abang. Atau jangan-jangan, sebenarnya Abang masih belum bisa move on dari Ustadzah Aisyah, iya?" Rayna menatap curiga pada Fairel.
"Sok tahu kamu, Dek. Emang belum waktunya aja dipertemukan sama jodoh Abang," ucap Fairel sembari melirik sekilas pada Rayna.
Rayna menghembuskan napas panjang. Menatap kemacetan jalan Jakarta, apalagi saat ini jam pulang kantor.
Mata tajam Fairel menerawang ke depan. "Lagian Abang suka sama berbeda."
"Hm, maksudnya?" Rayna menoleh dengan alis menaut.
Fairel tersenyum penuh arti sembari mengangkat bahunya acuh. "Nggak tahu. Abang juga bingung."
"Dih, aneh."
Fairel tertawa sembari mencubit pipi chubby Rayna. Mobil berhenti saat lampu merah menyala. Seorang pengamen anak kecil menghampiri kaca mobil Fairel sembari membawa ukulele.
Fairel menurunkan kaca mobil saat anak itu mulai memainkan ukulelenya sembari menyanyi. Ia memberikan uang pada anak itu.
"Makasih, Kak," ucapnya sebelum akhirnya pergi ke mobil lain untuk mengamen.
Saat Fairel hendak menaikan kembali kaca mobilnya. Secara tiba-tiba, Fairel menangkap seseorang yang tak asing dimata tengah berjalan di trotoar.
"Lho, itukan cewek yang waktu di Maluku," gumam Fairel pelan.
Tak ingin kehilangan jejak, Fairel segera keluar dari dalam mobil dan berlari mengejar gadis itu, sampai teriakan Rayna diabaikan oleh Fairel.
"Bang, mau kemana?"
Fairel celingukan mencari gadis itu. Saat menemukannya, ia langsung berlari ke arahnya.
Tin! Tin!
Suara klakson mobil dari belakang terdengar saling bersahutan saat rambu lalu lintas berwarna hijau. Rayna berdecak kesal.
"Ish, Abang gimana sih main pergi aja," gerutu Rayna sembari berpindah tempat ke kursi kemudi.
Tin! Tin!
"Astagfirullah, ini orang nggak sabaran banget sih," kesal Rayna dan segera melajukan mobilnya.
Di lain tempat, Fairel mendesah kesal saat kehilangan jejak gadis itu. Ia mengacak rambut frustasi.
"Kemana lagi itu cewek? Cepet banget jalannya," ucap Fairel sembari celingukan ke sana kemari.
Fairel melangkah ke arah halte dan mendudukkan tubuhnya di sana. Ia menggaruk rahang kokohnya sembari menghela napas panjang.
"Tapi kalaupun gue ketemu sama cewek itu, gue mau ngomong apa ya? Terus juga tadi dia sendiri, nggak sama Zhaira, cewek yang terus masuk ke dalam mimpi gue."
Fairel menyisir rambut ke belakang. Menghembuskan napas panjang. "Gue harus sholat istikharah. Minta petunjuk sama Allah, kenapa Zhaira selalu gue mimpiin dan dalam mimpi itu selalu sama."
DDRRRTTTT
DDRRRTTTT
Fairel meronggoh saku celana dan mengeluarkan benda pipinya. Ia menepuk jidat saat melihat siapa yang menghubunginya. Ia lupa kalau tadi main pergi begitu saja tanpa ingat dengan Rayna.
"Halo, assalamu'alaikum, Dek. Kamu dimana?" tanya Fairel begitu panggilan terhubung.
"Wa'alaikumussalam, Bang. Ish, nyebelin banget sih! Abang yang dimana? Biar Rayna susulin ke sana," ucap Rayna diseberang sana dengan nada kesal.
"Ini Abang ada di halte. Dekat taman kota."
"Iya udah, Rayna ke sana sekarang. Abang jangan kemana-mana. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam," ucap Fairel lalu memutuskan panggilan telepon. Ia memasukan kembali posel ke dalam saku celananya.
*****
Satu bulan telah berlalu. Fairel semakin giat untuk sholat istikharah guna meminta petunjuk kepada Yang Maha Berkehendak perihal jodoh dunia dan akhiratnya. Dan nama Zhaira lah yang selalu Fairel sebut dalam diskusinya dengan Sang Khalik.
Selama itu pula, Fairel tidak lagi bertemu dengan Salsa, teman Zhaira yang dulu bertemu di Maluku.
Semenjak Fairel rajin melaksanakan sholat istikharah, hatinya semakin mantap untuk mencari pendamping hidup. Dan Zhaira, gadis yang tidak sengaja ia temui di Maluku, selalu mampir di pikirannya sehingga hanya dialah yang ia diskusikan dengan Sang Khalik. Apalagi saat mengingat Zhaira yang masuk dalam mimpinya.
Kalau sudah seperti ini, Fairel berpikir kalau Zhaira itu calon bidadari dunia dan akhiratnya. Mungkin saat di Maluku bulan lalu, itu adalah cara Allah dalam mempertemukannya dengan Zhaira. Wanita yang akan menemani sisa hidupnya, bahkan Fairel berharap akan kembali bersama di jannah-Nya.
Dalam gemingnya, Fairel selalu berpikir. Zhaira mempunyai wajah yang cantik dan fisik yang nyaris mendekati sempurna. Meski memang penampilan dan tutur katanya yang bahkan terkesan blak-blakan. Tapi, itu akan menjadi tantangan tersendiri untuk Fairel bisa merubah sisi buruk Zhaira. Bahkan dalam mimpinya pun Zhaira terlihat mengenakan hijab.
Ting!
Satu pesan baru masuk ke dalam w******p-nya. Ternyata dari Gibran.
Gibran
Bro, besok ikut gue bantuin pindahannya Silmi ya.
Mengenai Gibran dan Silmi, mereka akan segera menikah dua minggu lagi. Dan besok, Silmi akan berkemas untuk membawa barang-barangnya ke rumah yang akan ditempati bersama Gibran setelah menikah nanti.
Me
Siap, Bro.