Bab.11 Ada ibu yang menemani 2

1131 Words
Sepertinya saat ini sedang banyak orang yang sakit, suasana ruang tunggu dokter rumah sakit ini sangatlah ramai oleh pasien dan juga keluarga pasien yang mengantar, datang untuk berkonsultasi tentang keluhan sakit meraka pada dokter. Aku dan ibu duduk di barisan kursi paling depan, di barisan kursi tunggu dokter poli umum, di belakangku masih ada beberapa baris kursi panjang lagi yang semuanya sudah terisi penuh. Orang-orang yang tidak mendapatkan duduk ada yang memilih berdiri, tapi tidak sedikit juga yang duduk di anak-anak tangga yang berada tepat di belakang deretan kursi panjang. Untung saja kami datang lebih pagi tadi, sehingga kami mendapat nomer antrian awal. Semoga saja ini tidak memakan waktu yang terlalu lama, karena aku merasakan badan ini sudah mulai kelelahan. Sakit kali ini membuatku benar-benar lemas dan cepat merasakan lelah, ditambah suasana rumah sakit yang ramai sehingga kepalaku pun terasa sangat pening. "Kenapa kita tidak ke klinik biasa saja bu, rumah sakit umum sangat ramai." Tanyaku pada ibu. "Biar sekalian, mudah-mudahan sih nggak ada apa-apa! Tapi kalau nanti teteh diminta untuk melakukan beberapa test jadi sekalian aja nggak perlu pindah-pindah rumah sakit." Ucap ibu. "Iya sih, untung aja tadi datang lebih pagi, kalau kita datang siang sedikit saja sepertinya kita bisa dapat antrian terakhir bu." Ucapku. "Ya syukur, mudah-mudahan nggak terlalu lama kita bisa langsung pulang." Ucap ibu. "Oya teh, sepertinya pulang dari dari rumah sakit ibu harus pulang dulu, baru nanti ke kost teteh lagi. Kemarin kan ibu pergi nggak bawa baju ganti sama sekali, karena nggak ada niatan untuk nginep." Lanjut ibu. "Iya bu." sahutku. " Nn. Tari andhita.." Setelah menunggu beberapa saat terdengar suara suster memanggil namaku, sepertinya giliran aku untuk bertemu dokter. Lantas aku lekas berdiri dari posisi dudukku, dibantu ibu aku berjalan menuju ruangan dokter. Kumasukin ruangan berukuran 3x4m² itu, ruangan dengan cat berwarna ungu mudah dengan beberapa peralatan medis dan berkas-bekas yang tertata rapi di pinggirnya tepat di depan pintu masuk terdapat kursi dan meja tempat dokter dan pasien berkonsultasi, diatas meja terdapat papan nama bertuliskan "Dr. Ferial". Disamping meja kursi dengan jarak yang tidak begitu jauh terdapat ranjang yang sepertinya digunakan untuk memeriksa pasien. Ruangan dokter ini cukup nyaman dengan pendingin udara dan pencahayaan yg baik. "Silakan Nn. Tari." Ucap dokter mempersilahkan ku duduk. "Baik, terima kasih dokter." Jawabku Terlihat dokter wanita dengan penampilan yang cukup anggun dengan senyum ramah dibibirnya, nampaknya dokter wanita ini masih cukup muda. " Baik Nn Tari. eh, enaknya panggil mbak aja ya? "Mbak Tari" gimana?" Ucap dokter wanita tersebut dengan senyum. "Iya dokter apa juga boleh, asal jangan panggil mas atau bapak aja" jawabku dengan canda. "Hahaha..." Dr. Ferial tertawa kecil mendengar jawabanku. " Ya baik mbak Tari, boleh diceritakan apa keluhannya" ucap Dr. Ferial melanjutkan. Kujabarkan seterang-terangnya pada Dr. Ferial apa yang aku rasakan selama sakit dua hari ini, juga tentang batuk berdarah yang aku alami saat subuh tadi sebelum berangkat kerumah sakit. Aku cukup merasa nyaman saat berkonsultasi dengan Dr. Ferial, walaupun terlihat masih muda tetapi dia sangat berpengalaman dalam menghadapi pasien yang dia tangani. Caranya bicara juga reaksi yang dia tunjukan saat aku menceritakan semua keluhan yang aku rasakan, semuanya sangat membuat aku nyaman. Setelah mendengar semua keluhan tentang sakitku, dokter muda itu menyarankan aku untuk menemui dokter spesialis penyakit dalam, guna mengetahui lebih pasti tentang apa penyakit yang membuat tubuhku merasa seperti sekarang ini. "Ini saya beri rujukan ya mbak untuk ke dokter spesialis, nanti saat sudah bertemu dokter spesialis biar langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan mengikuti arahan dari dokter spesialisnya ya" ucap dokter Ferial. "Iya, terima kasih ya dokter" ucapku. Setelah semua urusan dirumah sakit selesai aku dan ibu segera pulang ke tempat kost, sesuai dengan apa yang sudah dibicarakan tadi, setelah selesai mengantarku pulang ibu akan pulang terlebih dahulu untuk menyiapkan segala kebutuhan diri selama menginap ditempat kostku. Selama dalam perjalanan pulang menuju tempat kost, tepatnya saat kita berada di dalam kendaraan umum aku dan ibu banyak berbincang untuk kedepannya baiknya seperti apa, karena menemui dokter spesialis dan melakukan berbagai cek kesehatan pastinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk segala kelancaran aku dan ibu mutuskan untuk menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah, walaupun prosedurnya nanti akan lebih rumit dibanding menggunakan uang pribadi tapi bagaimana pun itu sangat membantu bagi kita masyarakat dengan taraf ekonomi menengah kebawah karena biaya rumah sakit tidaklah murah. *** Malam ini demamku sudah hilang, hanya saja keringat dingin masih saja mengalir deras ditubuhku. Badan masih juga merasakan kelelahan walaupun aku hanya berbaring saja seharian, batuk juga mulai tak henti-henti datang membuat d**a terasa sakit dan sesak. Entah kapan aku mulai kuat untuk kembali bekerja semoga saja keadaanku bisa pulih dengan cepat, hanya saja untuk beberapa hari kedepan aku akan fokus untuk cek kesehatanku dirumah sakit semoga saja semua hasil test nanti menunjukan hasil yang positif. Kuambil gawai kepunyaanku yang sedari kemarin tidak sama sekali aku sentuh, sengaja kumatikan agar aku dapat beristirahat, lagi pula sejak kemarin aku sama sekali tidak berhasrat untuk memegang gawai, ditambah sudah ada ibu disampingku sehingga aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Aku nyalakan terlebih dahulu handphone yang sebelumnya dalam keadaana mati, saat sudah dalam keadaan hidup notifikasi pesan masuk berdatangan, banyak sekali chat yang masuk terutama dari Andi, ada juga beberapa chat w******p dari Rani, belum lagi pesan dari beberapa grup yang masuk secara bersamaan. Kubuka satu per satu, diawali dengan ku buka pesan yang datang dari Rani tepatnya itu adalah pesan dari ayah, [Assalamualaikum teteh] [Teteh sehat?] [Lagi apa sekarang?kenapa libur minggu ini ga pulang?kalau memang teteh lagi ga enak badan terus ga bisa pulang, biar nanti ayah yang jemput] Sedih rasanya membaca pesan dari ayah, pasti ayah sangat menghawatirkaku. Ku balas pesan dari ayah, [Maaf ayah, udah buat ayah khawatir karena teteh nggak pulang saat liburan minggu ini. Iya Kemarin teteh sempet ga enak badan sedikit, tapi nggak kenapa-kenapa kok cuma masuk angin biasa. Besok nggak pakai nunggu libur, kalau teteh sempet teteh langsung pulang kerumah] Maaf ayah, aku tidak bicara jujur sepenuhnya tentang keadaan aku saat ini, karena aku tidak ingin ayah menjadi tambah khawatir. lirihku dalam hati. Selain pesan dari ayah, k****a juga pesan yang masuk dari Andi. Diantara semua pesan yang masuk, pesan terbanyak memang datang dari Andi. Dari pesan yang awalnya bernada biasa sampai pesan yang bernada khawatir sangat banyak terkirim. Mungkin Andi khawatir karena pesannya padaku sedari kemarin tak kunjung terkirim apalagi terbalas, karena selama ini aku jarang sekali tidak mengaktifkan gawaiku. ditambah jarak yang cukup jauh mungkin saja menambah kekhawatiran dalam dirinya, karena tidak kunjung mendapat kepastian kabar dariku. Tak ingin membuat Andi terlalu lama dalam kekhawatiran aku bergegas membalas semua pesan yang masuk dari Andi, agar ia dapat cepat mengetahi keadaanku. Sambil memainkan gawai, sesekali aku perhatikan ibu yang sedang berbaring di depan televisi sambil memainkan gawainya juga, sepertinya ibu sedang berbalas pesan, entah dengan siapa ibu berbalas pesan tapi terdengar tawa kecil dari bibirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD