bc

Haruskah ku benci ibu?

book_age12+
328
FOLLOW
1.4K
READ
drama
tragedy
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

.. ~ jangan lupa untuk follow dan tap love, please~..

Semenjak meminta berpisah dari ayah dengan alasan tak pernah bahagia. Aku mulai tidak memahami ibu. Semenjak itu ibu selalu memandang dan mengukur segalanya dengan uang. Memang kami ini bukan berasal dari keluarga berada. Tetapi aku bahagia dengan keluarga ini, aku menyayangi ibu dan ayah, sangat. Sayangnya ternyata tidak dengan ibu. Ibu merasa rumah tangganya dengan ayah adalah hal yang sangat menyiksanya, hingga akhirnya perceraian diantara keduanya pun terjadi.

Aku bahkan tak menyangka, bahwa ibu melibatkan aku dalam obsesinya untuk hidup menjadi orang kaya. Hingga akhirnya ibu memaksa, menjodohkan aku dengan Pak Doni, Duda muda dengan kehidupan mapan dalam segala hal. Pekerjaan yang bergengsi, finasial yang lebih dari cukup serta berasal dari keluarga yang terhormat. Sungguh menantu pria dambaan semua mertua. Tapi aku sungguh tidak bisa, ada Andi di sisi ku saat ini. Walaupun belum pernah ada pembicaraan ke arah yang lebih serius dengan Andi, tetapi aku telah membayangkan masa depan pernikahan dengannya. Sehingga meninggalkan Andi untuk menikah dengan Pak Doni pasti sungguh tidak bisa aku lakukan.

Tapi bisakah aku menolak keinginan ibu? Dapatkah aku mewujudkan impianku berumah tangga dengan Andi? Atau ternyata Pak Donilah jodoh yang dengan ikhlas harus aku terima.

chap-preview
Free preview
Bab.1 semua bermula
Malam ini, jalanan di kota terasa sangat tenang. Hujan deras yang baru saja berhenti membuat aspal jalan menjadi basah dan menyejukan udara, cahaya dari bola bola lampu jalan yang terang kekuningan menambah suasana romantis tercipta, tetes-tetes air sisa hujan yang terjatuh dari pepohonan jatuh satu persatu menambah keindahan malam saat terlihat dari sorotan cahaya lampu. Oh, betapa aku sangat merindukan suasana ini. Kota ini adalah kota kelahiran yang sangat aku cintai tetapi juga banyak mengingatkan aku pada semua hal menyakitkan. Kenangan buruk itu sudah jauh sekali aku tinggalkan, bersamaan dengan saat aku meninggalkan kota ini beberapa tahun yang lalu. Hari ini adalah hari pertama aku kembali setelah 10 tahun yang lalu dengan penuh tekad dan derai air mata. Aku menanggalkan semua kesakitan, melupakan semua hal buruk yang terjadi padaku untuk bisa membangun hidup yang lebih bahagia. Siluet-siluet pada masa itu memang sering kali datang dan pergi dalam ingatanku, tetapi saat ini semua itu sudah dapat aku terima sebagai rangkaian perjalanan hidup yang memang harus aku lalui dan aku jadi kan pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik serta bahagia pastinya. ––– Seperti biasanya pagi ini Andi sudah datang untuk menjemput. Setiap harinya, Andi pasti selalu menyempatkan terlebih dahulu mengantar aku berangkat ke tempat kerja sebelum dia berangkat bekerja. Kecuali bila ada urusan yang sangat penting sehingga membuat dia harus datang lebih awal dari biasanya. Sejauh ini aku merasa Andi selalu ada untukku. Hubungan aku dan Andi sudah berjalan lebih dari 2 tahun – akhir tahun ini memasukin tahun ke 3. Tahun ini aku sendiri akan memasuki usia yang ke 20 tahun sedangkan Andi memiliki selisih usia 3 tahun lebih tua dariku. Aku dan Andi bekerja ditempat yang berbeda. Aku sudah mengenal Laki-laki berkulit putih itu sejak masih duduk dibangku SMA, saat itu Andi sudah bekerja sebagai karyawan supermarket disalah satu mall besar di kota ini. Bisa bekerja ditempatku saat ini pun semua berkat Andi yang banyak membantu memberikan aku informasi. Kami berdua memang bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas aku tidak meneruskan pendidikan ke bangku kuliah, sama hal-nya begitu pula dengan Andi. Dapat langsung bekerja setelah lulus sekolah adalah prioritas aku saat itu, agar aku dapat membantu keuangan keluargaku. Ayahku hanyalah seorang sopir angkutan umum, pastinya pendapatan ia bekerja hanyalah cukup untuk memenuhi kebutuhan makan harian kami saja. Aku ingin membantu membiayai sekolah adikku dan juga memberikan sedikit kebahagian kepada orang tua dari hasil keringat aku sendiri. Aku ini memang dibesarkan dalam keluarga yang serba kekurangan, tetapi aku selalu merasa keluarga adalah segalanya bagiku. Aku sangat menyayangi kedua orang tuaku dan juga adik perempuanku satu - satunya. Entah mengapa? Belakangan ini kedua orang tuaku sering kali bertengkar, Sepertinya selalu saja ada hal kecil maupun hal besar yang menjadi penyebab keributan diantara mereka. Seperti hal yang terjadi di pagi hari ini, entah apa yang menjadi pemicunya kali ini. Tidak ingin mendengar pertengkaran terlalu lama. Aku memutuskan untuk segera bergegas menemui Andi yang sudah menunggu di depan rumah. "Sudah siap?" tanya Andi. "Sudah, cepat berangkat yuk!" jawabku dengan muka sedikit muram. Andi melemparkan senyumnya padaku, dia sangat tahu apa yang buat wajahku ini terlihat muram. "Sudah! jangan cemberut terus, nanti cantiknya hilang." ucap Andi sedikit menggoda. Aku spontan memukul pundak-nya, merasa malu akan godaan yang dia ucapkan – tanpa pamit pada ayah dan ibu aku berangkat kerja pagi itu. Saat kecil aku selalu merasa bahwa keluargaku ini sangatlah sempurna. Aku sangat bahagia dengan keluargaku, aku merasa sangat disayangi oleh ayah dan ibu. Tetapi berjalannya waktu, saat semakin dewasa dan mulai mengerti, aku menjadi semakin tahu dan melihat bahwa banyak kekurangan didalam keluargaku ini. Meskipun demikian, aku tetap sangat menyayangi mereka. Kedua orang tuaku memang memiliki sifat yang sangat berbeda. Ayah adalah pria dengan hati yang lebih halus, begitu pun sifat dan sikapnya. Sedangkan ibu memiliki hati yang lebih keras. Tetapi bukan berarti ayahku tidak memiliki kekurangan dan begitu pun dengan ibuku, bukan berarti ia tidak memiliki kelebihan. Berbanding lurus dengan sifatnya yang lembut, ayahku adalah orang yang tidak pernah berjuang keras untuk sesuatu hal, ayahku lebih sering pasrah atau menerima segala-nya tanpa berusaha lebih, padahal mungkin saja sesuatu itu bisa saja ia dapatkan dengan sedikit usaha lebihnya. Berbeda hal-nya dengan ibu, ibu adalah perempuan yang keras, dia selalu bertekad akan sesuatu yang sudah menjadi tujuannya. Begitu pun dengan kebutuhan ekonomi dalam keluarga kami. Selama ini uang pemberian dari ayah tentu banyak tidak cukupnya untuk menutupi semua kebutuhan rumah tangga ini dan tentunya ibu-lah yang selalu berusaha menutupi kekurangan itu dengan mengerjakan hal apapun yang bisa dia lakukan, ibu memanglah wanita yang kuat. Karena memang ayah tidak pernah berusaha lebih untuk itu, yang ayah kerjakan setiap hari dan yang beliau bawa pulang untuk rumah tangga kami selalu sama. Mungkin itulah terkadang yang menjadi pemicu pertengkaran antara kedua orang tua. Terkadang ibu berharap, ayah bisa mengusahakan lebih disaat kebutuhan keluarga kami semakin lama semakin besar. *** Mungkin karena ini tepatnya jam sibuk, bertepatan dengan orang-orang yang berangkat ke tempat kerja juga sekolah, membuat lalu lintas menjadi sangat padat. Dengan sangat hati-hati Andi mengendarai motor matic hitam kesayangannya. "Ayah sama ibu bertengkar lagi?" Andi membuka percakapan, memecah keheningan antara kami berdua sepanjang perjalanan. "Yah, begitulah, Di. Aku kurang mengerti kenapa belakangan ini ibu lebih mudah marah dengan hal-hal yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaan bagi ayah, walaupun mungkin memang kebiasaan yang kurang baik." Jawabku. "Jangan terlalu kamu pikirkan yah! Berdoa saja semoga ayah dan ibu bisa menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Beri mereka ruang untuk menyelesaikan masalah mereka sebagai suami istri, kita sebagai anak hanya bisa berharap dan berdoa yang terbaik buat mereka." ucap Andi berusaha menenangkan hatiku. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Terkadang sebenarnya aku tidak mengerti. Selama belasan tahun ini, ibu bisa bertahan dengan segala kekurangan dan kesulitan keluarga kami. Pernah tidak memiliki uang sama sekali atau bingung menutupi kebutuhan sekolah kami, anak-anaknya. Bahkan dihina keluarga lain yang lebih mampu karena kehidupan kami yang sulit. Selama ini, ibu melewatinya dan bertahan, tetapi mengapa belakangan ini ibu selalu mudah marah. Kadang penyebabnya hanya karena hal kecil yang sudah lama sering terjadi. Seperti ayah yang membawa uang tidak cukup untuk menetupi kebutuhan harian kami dan kebutuhan sekolah yang tidak bisa ayah penuhi. Padahal sebenarnya selama hampir 2 tahun ini, semua tidak sesulit saat aku masih sekolah. Saat ini aku sudah bekerja dan pendapatan bulananku semua, aku ikhlaskan untuk membantu keuangan keluarga ini, terutama sekolah adikku. Anehnya, belakangan ini ibu malah lebih sering mempermasalahkan uang yang ayah bawa, kenapa tidak dari dulu? kenapa baru belakangan? ini disitu kadang aku tidak mengerti, hanya saja aku sedang berusaha untuk memahami segalanya dari sisi ibu, mungkin saja saat ini ibu sedang merasa lelah atau mungkin jenuh karena tidak pernah adanya perubahan pada diri ayah. Tak terasa pikiran ku melayang, hingga tak menyadari motor Andi telah sampai dipintu karyawan, tempat aku bekerja. "Nanti sore kalo cape ga usah jemput, Di. Aku bisa pulang bareng Sarah, kebetulan hari ini aku 1 sif sama Sarah." Ucapku pada Andi. "Ya sudah, nanti jemput atau gak nya aku dikabarin lagi ya." Ucap Andi. "Ok, "jawab ku. "Aku berangkat ya, "pamit Andi. Andi pun berlalu. Melihat punggung Andi menghilang dalam kejauhan, pikiranku pun melayang. Andi adalah lelaki yang baik walaupun Andi bukan pria dengan keuangan yang mapan tetapi dia sangat perduli padaku. Anda juga sosok pria yang bertanggung jawab. Bagiku dengan penghasilan Andi di tempat kerjanya saat ini ditambah penghasilanku bekerja itu lebih dari cukup untuk membangun rumah tangga kami nanti. Ya, semoga saja kami memang berjodoh.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

23 VS 38

read
294.5K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
75.4K
bc

Akhir Pertama (Bahasa Indonesia) (TAMAT)

read
29.5K
bc

Kubalas Hinaan Kalian! (Rahasia Menantu Miskin yang Dituduh Mandul)

read
4.3K
bc

Istri yang Kutemukan

read
79.3K
bc

Azela

read
19.3K
bc

Growing Pains || Indonesia

read
34.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook