"Yah, teteh mau minta ijin dari ayah buat ngekost. Kira-kira ayah memberi izin tidak?" Ucapku pada ayah.
Di malam yang terasa sunyi ini. Aku dan ayah berbincang santai diteras depan rumah, berharap dapat menghilangkan kejenuhan.
"Kenapa? Kok, tiba-tiba teteh mempunyai keinginan untuk kost?" Tanya ayah.
"Tidak ada alasan khusus sih yah. Ingin saja belajar. Lagi pula, Andi bilang ke depannya dia tidak akan dapat anter jemput teteh seperti biasanya. Dia sedang banyak kerjaan katanya." Jawab ku memberi alasan pada ayah.
"Hmm, bagaimana ya? sebenernya tidak menjadi masalah buat ayah dan bisa saja ayah kasih ijin teteh untuk kost. Selama teteh berjanji untuk bisa jaga diri. Memang sudah ada rencana mau kost dimana?" Tanya ayah.
"Tadi nya ada rencana buat kost dekat tempat kerja saja yah, biar berangkat dan pulang kerja, teteh bisa jalan kaki." Jawab ku meyakinkan ayah.
"Ya sudah, ayah kasih ijin. Tapi ingat jaga diri ya. Kost sendiri, teteh harus benar-benar hati-hati." Ucap ayah.
"Iya yah, siap!." Ucap ku dengan senyum yang mengembang.
Keputusanku untuk nge-kost memang semakin membuatku terlihat seperti pecundang, seolah lari dari masalah, alih - alih mengahadapi keadaan yang terjadi. Bagaimana dengan ayah dan Rani jika aku memutuskan untuk kost? Dirumah, mereka pasti akan merasa semakin sepi. tapi aku benar - benar butuh suasana baru, aku perlu untuk menjernihkan pikiran dan menenangkan hati paling tidak untuk beberapa saat ke depan.
***
"Assalamualaikum." Ucap Andi diikuti dengan mencium punggung tangan ayah.
"Waallaikumsalam." Ucap ayah.
"Belum berangkat yah?" Ucap Andi.
"Baru mau jalan, nih abisin kopi dlu." Ucap ayah.
Saat bersiap didalam, dari luar terdengar suara Andi yang baru saja datang untuk menjemput, sepertinya ada sedikit berbincang antara Andi dengan ayah. Tapi tiba-tiba suasana mendadak sepi, seolah tidak ada obrolan sama sekali. Entah apa yang ayah dan Andi bicarakan. Aku pun segera bergegas, takut Andi terlalu lama menunggu.
"Yuk, ndi! Aku sudah siap." Ucap ku
"Oh, ok." Ucap Andi.
"aku berangkat ya yah." Ucap ku pada ayah.
"Iya hati - hati." Ucap ayah.
"Kami pamit dulu ya yah! Assalamualaikum." juga pamit Andi pada ayah.
"Waallaikumsalam." Jawab ayah.
Tidak lama setelah pergi meninggalkan rumah, diatas motor Andi membuka pembicaraan.
" Kamu baik - baik saja?" Tanya Andi tiba-tiba saja padaku.
"Loh kenapa tanyanya kok gitu? Aku baik-baik aja, diliat nya memang bagaimana?" Jawab ku sambil mengerutkan dahi tanda tak mengerti.
"Terus kenapa tiba-tiba punya ide buat kost?" Ucap Andi.
Seperti nya saat di teras tadi, ayah dengan Andi membicarakan tentang aku yang meminta ijin untuk kost pada ayah semalam.
"Tidak ada apa-apa kok, ingin saja kost. Biar hemat waktu sama tenaga juga. lagi pula aku kan jadi tidak merepotkan kamu terus buat anter jemput." Jawab ku sekenanya.
"Lain kali, jangan pernah bicara seperti itu lagi. Aku selama ini sama sekali tidak pernah merasa direpotkan untuk antar jemput kamu." Ucap Andi. Seperti nya Andi sedikit marah dengan ucapan ku tadi.
"Ya maaf, bukan seperti itu maksud ku. Aku hanya ingin mandiri saja. Biar suatu saat, bila kamu sedang tidak bisa membantuku, aku terbiasa." Ucap ku
"Ya sudah! Ayah sudah memberikan ijinnya kan?" Tanya Andi.
"Iya sudah, semalem aku bicara dengan ayah." Ucap ku.
"Lalu bagaimana? Sudah dapat tempat kost-nya? Kalau belum mau aku bantu cari?" Tanya Andi.
"Rencananya nanti aku baru akan bertanya dulu pada kawan-kawan, nanti aku kasih kabar kalau sudah dapat atau kalau aku butuh bantuanmu. Gimana?" Ucap ku.
"Ya sudah, Janji kamu akan selalu memberi aku kabar ya!" Ucap Andi.
"Tadi ayah meminta bantuanku, takut selama kamu nge-kost butuh bantuan, ayah berharap aku dapat membantu dan menjagamu." Ucap Andi melanjutkan.
Aku diam tak menjawab, aku tau Andi pasti akan selalu ada di sisiku selama aku membutuhkannya. Pandanganku jauh ku lempar ke atas langit tak searah dengan pikiran yang melayang entah kemana. Andi memang laki-laki yang baik, sebagai laki-laki dia sangat bisa diandalkan. Andi sangat mengetahui keadaan yang terjadi dalam keluargaku, tapi tidak semua yang yang ada dalam hatiku saat ini, aku ceritakan padanya. Bagaimana kecewanya aku, suasana rumah yang membuatku tak betah, aku pendam sendiri. Aku tak mau menambah beban pikirannya dengan masalah yang sedang aku alami. Karena aku sangat mengetahui, bahwa saat ini Andi sendiri pun sudah sangat banyak menanggung beban di pundaknya.
Andi adalah anak laki - laki tertua dalam keluarganya, dua adiknya masih duduk di bangku sekolah. Andi memiliki kakak perempuan yang sudah berumah tangga dan saat ini ikut dengan suaminya merantau ke kota lain. Ayah Andi adalah seorang karyawan swasta, sebenarnya keuangan keluarganya lebih baik dari pada keluargaku, tapi dua tahun lalu ayah Andi telah lebih dulu pulang kepada sang pemilik kehidupan. Sehingga secara otomatis segala beban keluarga berpindah menjadi tanggung jawabnya. Bisa dibilang saat ini aku dan Andi memiliki prioritas yang sama yaitu menyekolahkan adik-adik kami. Sehingga selama ini sepanjang hubungan kami berjalan, aku dan Andi belum pernah sekalipun membicarakan hubungan kearah yang lebih serius, bagi kami biarkan semua mengalir apa adanya.
***
"Kemarin aku dengar sih sebelah kamar aku mau keluar akhir minggu ini, kalau kamu mau nanti aku booking buat kamu." Ucap Asti.
"Boleh Ti, begitu kosong aku langsung pindah." Ucap ku.
"Oke, nanti sore sepulang kerja aku tanya, dan langsung aku kasih kamu kabar."
" Iya Ti, makasih yah." Ucapku.
Tadi saat istirahat makan siang aku sempat bertanya-tanya pada Asti. Ada atau tidak kamar yang kosong, ditempat ia kost saat ini.
Di daerah sekitaran tempat ku bekerja, memang tidak begitu sulit untuk mendapatkan tempat kost. Di sana banyak sekali tempat-tempat kost yang ditawarkan. Kebetulan juga tempat kost dimana Asti tinggal, banyak terdapat beberapa temanku yang juga kost di sana. Semoga saja setelah pindah nanti aku bisa mendapatkan suasana baru yang bisa membuat pikiranku menjadi lebih jernih, dan sedikit demi sedikit dapat menata kembali pikiran dan hatiku yang saat ini sedang berantakan. Rencanaku setelah kost nanti, mungkin aku akan pulang seminggu sekali disaat hari libur. sedangkan untuk saat ini, mungkin Rani dan ayah sangatlah berhak mendapat permohonan maaf dari aku karena lebih memilih meninggalkan rumah. kepergian aku dari rumah untuk kost dalam keadaan dan suasana saat sekarang, pastinya membuat rumah makin terasa sepi. Tapi untuk kali ini saja benar-benar meminta maaf, aku harus egois demi tetap menjaga kewarasan ku.