Marcell sudah berbaring di atas kasur, namun matanya enggan terpejam. Ay di sebelahnya--di ujung kasur sana--juga sudah berbaring memunggunginya, entah tidur atau belum, yang pasti tercipta jarak yang cukup jauh di antara mereka. Ingatannya kembali pada kejadian di kafe tadi, ia memang sengaja mengatur pertemuan dengan rekan bisnisnya di sana, karena ia tahu Agnez juga melakukan meeting di sana. Sesuai rencananya, triknya memancing kecemburuan Agnez mulai terlihat berhasil. Meski di sisi lain, ia harus menekan egonya sendiri tidak langsung merespon positif saat mantan istrinya itu menyentuhnya. Huh, sangat sulit dan berat. Bagaimana bisa ia melakukan itu dalam waktu lama? Ia bahkan selalu merindukan momen-momen bersama Agnez. Namun ketika momen itu datang, ia justru harus mengabaikannya.