Matahari sudah hampir tenggelam saat Mumtaz menunggu datangnya Alif di pinggir kolam renang. Di tangannya Mumtaz membawa satu kantong berisi sandal, baju pantai dan beberapa pernak-pernik yang sengaja mereka beli sebelum pulang ke Garut kota. Tangan Mumtaz berkeringat dingin dia tidak sabar ingin sekali bertemu dengan Gia. Anak semata wayang Alif. Anak kecil lucu yang pernah dia temui di tempat kursus jahit milik ibunya. Intan tidak dapat mengingat bagaimana wajah anak kecil itu. Intan hanya ingat anak itu sangan lengket dengan ayahnya. Mungkin wajahnya memang cantik seperti ibunya, keturunan yang sempurna mengingat sang ayah juga berparas tampan. Mumtaz tiba-tiba muram membayangkan betapa serasinya pasangan itu, yang perempuan cantik seperti bidadari sedangkan yang laki-laki tampan sepe