06 - Setangkai Mawar

1227 Words
Dilain tempat seorang pria sibuk dengan kotak dihadapannya. Pria tersebut tersenyum setan kala memegang selembar foto seseorang yang ia kagumi. "Kamu cuma punyaku Raina. Sampai kapanpun gak ada yang bisa menghalangiku sekalipun kita berpisah sementara waktu," gumamnya lalu memasukkan foto yang berisi wajah Raina dan dirinya. Raina Edeline William, perempuan yang akan selalu menjadi pemilik hatinya. Tak peduli jika wanita itu saat ini sedang memiliki hubungan dengan orang lain karena dia akan menyingkirkan siapapun pengganggu nya.  "Aku kembali untuk kamu." *** Malam ini seluruh karyawan dari LC sedang melangsungkan acara pembukaan 'Gala bantuan pendidikan Fashion dalam rangka mengembangkan perekonomian desa' Itulah judul yang tertera di sebuah spanduk untuk memeriahkan acara selama 2 bulan kedepan. Julian selaku Manager Pusat memberikan wejangan untuk seluruh warga desa tersebut agar mengikuti serangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan oleh Lesan Company. Seluruh warga bertepuk tangan menyambut acara yang akan dimulai pada esok hari. Apalagi melihat seorang Julian menyampaikan pidato nya. Aura seorang bujang lapuk membuat para gadis desa kesulitan bernafas. Ganteng banget Pak Julian Pak boleh foto bareng gak? Astaga woi saya sesak nafas Pekikan para gadis dan emak-emak membuat suasana semakin ricuh. Raina yang mendapat panggilan sebagai penutup sambutan pun tersenyum "Saya Raina selaku Ketua dari Divisi Desain secara resmi membuka acara tahun ini." Para warga bersorak Mereka bahagia karena mendapatkan tim dari perusahaan yang tak memandang harta seperti mereka. Mereka tidak sabar menyambut acara esok hari yang pastinya berjalan sangat seru. *** Selasa pagi ini seluruh aktivitas karyawan LC yang mengikuti bakti di Desa Kanoman dimulai. Lala sendiri sudah selesai dengan aktivitas mandi nya. Wanita itu masih setia membungkus badannya dengan jaket karena merasa hawa pagi ini sangat dingin setelah semalaman hujan deras. Ting! Ting! Sebuah notifikasi dari dua ponsel berbeda membuatnya bangkit. Ia mengecek sebuah inbox dari surel nya. Lesancompany@yippo.co.id  Berikut adalah tim dari pengembangan minat bakat warga Desa Kanoman 1. Raina Edeline 2. Keyzala Lodrea 3. Rinjani Pitaloka 4. Odniel Alexandre 5. Pierre Simon Raina baru saja selesai dengan pakaian rapi nya namun terkesan santai karena ini di pedesaan. Tidak perlu terlalu formal asalkan sopan jika dipakai. "Woah Mama muda ini makin cantik aja," puji Mbak Lala menatap kagum Raina. Raina terkekeh geli "Oh ya kita dapet tim pengembangan minat bakat nih." Lanjutnya menunjukkan surel dari ponselnya. "Sama Mbak Rinjani?" tanya Raina memastikan. "Iya Dek." Raina mengangguk mengerti. Tak masalah meskipun ia sedikit tak sejalan dengan Rinjani karena wanita itu terkesan kasar terhadap siapapun. Dimohon untuk para pembimbing segera berkumpul dengan kelompok masing-masing Notice dari depan rumah sudah terdengar membuat Raina dan Mbak Lala segera bangkit dari ranjang nya. "Neng, ini Ibu bikinin nasi goreng. Dimakan ya," kata Bu Anggia sambil memberikan kotak bekal kepada kedua wanita yang berstatus sebagai tamu nya. "Ah makasih ya Bu maaf ngerepotin," kata Raina sungkan. "Makasih banyak Bu," ucap Mbak Lala lalu menyengir. "Samasama neng. Kalian gak ngerepotin. Ibu justru seneng ada kalian disini." Raina tersenyum lalu menyalami Bu Anggia diikuti oleh Mbak Lala. Keduanya berjalan keluar rumah menuju tempat sesuai dengan kelompok mereka. *** Kini kelompok yang diketuai oleh Pierre Simon itu sudah berkumpul di rumah kosong yang memang sudah disediakan oleh Pak Abdul, kades di tempat itu. Seluruh warga terlihat sangat antusias menikmati pelayanan kali ini. Karena dari sini mereka bisa mendapatkan banyak pelajaran yang nantinya berguna untuk mereka semua.  Ada sekitar 30 warga mulai dari anak-anak hingga dewasa mengikuti kegiatan tersebut. "Selamat pagi warga semuanya," sapa Pierre mengawali acara. "Pagi Tuan." Pierre terkekeh ringan "Jangan panggil saya Tuan. Cukup panggil saya Pak Pierre saja." Mereka semua bersorak sambil bertepuk tangan. Ternyata orang dari LC tidak se sombong yang mereka kira. Kali ini Raina naik keatas podium kecil dengan senyuman yang tak pernah surut "Halo semuanya. Panggil saya Kak Rain ya. Nanti saya yang akan membimbing semuanya untuk bagian pengembangan minat bakat bersama dengan Kak Lala dan Kak Rinjani," jelas Raina. Lala dan Rinjani berdiri disamping Raina. Mereka menatap para warga yang tak hentinya tersenyum. Segitu bahagianya kah mereka dalam acara ini? *** Nampak satu keluarga bahagia memasuki halaman sebuah Mansion yang sangat megah. Karena kesibukan sang suami membuatnya jarang memiliki waktu bertemu sang adik. Dari kejauhan nampak wanita berumur 40 an sedang mendorong stroller bayi sambil sesekali tergelak. "Ante," sapa salah satu dari tiga orang yang baru saja tiba. Wanita yang tadinya sibuk dengan bayi langsung menoleh. "LIA!!!" matanya melirik bayi laki-laki yang sedang menatapnya. "Halo cucu Omi." Rafra menjulurkan tangannya kearah Alena. "Ndong..Ndong." Alena langsung menggendong Rafra dengan sesekali mengecupi pipinya. Sementara Lia langsung menghampiri Baby G yang sedang terlentang menikmati panas di pagi hari. "Ayo masuk. Sudah lumayan panas ini." ajak Alena. Sementara Ramond langsung mendorong stroller tersebut. "Mimimi," panggil Chacha karena merasa diabaikan oleh Omi nya. "Iya sayang? Chacha mau apa?" tanya Alena lembut. "Bububu Mi." "Bunda pergi nak. Kangen sama Bunda ya? Besok minggu kesana hm?" Kening Lia mengernyit. "Raina kemana Nte?" "Di Jogja Li. Ada penataran 2 bulan," jelas Alena menurunkan Rafra dan Baby G ke karpet. Bahu Lia merosot "Padahal aku kangen Adek." Alena mengulas senyum tipisnya. "Minggu besok kami kesana. Mau ikut?" tawarnya. Lia menatap Ramond dengan wajah memohon. Ramond yang menjadi bucin dari Lia selama beberapa tahun pun akhirnya mengangguk membuat Ibu satu orang anak itu bersorak ria. *** Di dalam gedung perkantoran mewah, seorang pria menatap kearah jendela sambil memegang setangkai mawar merah. "Tuan, apa saja yang harus saya kirim kepada Nona?" tanya seorang pengawalnya membuat lamunannya buyar. Pria tersebut berbalik arah dan melemparkan mawar tersebut ke meja kerjanya. "Semua yang saya kirim kemarin, sampaikan langsung ke tangan pemiliknya." Pengawal tersebut menunduk sopan dan berpamitan "Raina Edeline, kamu hanya milikku. Jangan pernah mencoba pergi dari sisiku sampai kapanpun. Sesuai janjiku, aku akan kembali." ucapnya lalu mencium aroma mawar merah tersebut. "Siapkan mobil. Saya ada perlu." ucapnya melalui interkom. *** Saat ini para karyawan LC beristirahat di balai desa sembari menikmati acara makan siangnya. Berkumpul menjadi satu bersama para warga termasuk kesenangan bagi mereka semua. Sedari tadi Rinjani tak henti berdecak karena kepanasan. Wanita itu memang sedikit kemenyek jika berurusan dengan yang namanya panas. "Duduk Mbak Rin. Gak kotor kok lantainya," tegur Raina karena tak enak di lihatin warga. "Ibu gak ada tisu atau apa gitu buat bersihin lantainya?" tanya Rinjani dengan nada angkuh. Raina membuka tas nya berniat mengambilkan tisu untuk rekannya. "Awwwsshhhh..." Raina meringis saat tangannya berdarah karena tertusuk sesuatu. "Loh tangannya Bu," panik Odniel karena yang terluka adalah menantu bos nya. Bisa abis dia karena tidak bisa menjaga wanita itu. Rinjani mencoba mengambil sesuatu yang membuat tangan bos nya terluka. "Mawar?" bingung Rinjani saat melihat mawar didalam tas Raina. "Ibu ngapain bawa bunga berduri gini?" Lanjutnya semakin bingung. Sementara Mbak Lala dan Pierre sibuk mengobati tangannya, Raina melihat secarik kertas yang sudah terkena darah From: Mr Ke Bagaimana rasanya terluka karena tusukan mawar itu? Sakit bukan? Itu yang aku rasakan ketika tak dapat bersamamu Ini baru permulaan, sayang Kamu menghianati cintaku hm? Raina mengernyit setelah membaca surat itu. Siapa yang niat banget meneror dirinya seperti ini? "Ibu ada musuh ya?" tuding Rinjani skeptis. "Kamu apa-apaan sih Rin? Harusnya kita itu ngasih ketenangan. Bukan malah nyudutkan," tegur Mbak Lala tak suka. "Nggak papa Mbak. Bener kata Mbak Rinjani, sepertinya aku ada musuh," kata Raina lalu wajahnya menyendu. Dari kejauhan, sepasang mata memandang kearah satu orang yang sedang dikerumuni oleh rekannya. "Lapor. Nona sepertinya menerima sebuah kertas yang berisi teror dari seseorang." "..." "Baik bos. Akan saya awasi terus." TUT ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD