6-Orang Asing

1136 Words
"Jadi bagaimana dengan rencana menjodohkan kak Mariam dengan kak Darian?" Arka sangat antusias. "Aku belum berhasil membujuk kakak, huuuh." Prisa tampak kesal. "Eem, gimana kalau malam ini kita mempertemukan mereka?" Arka memberikan ide. "Aku gak yakin kakak mau," jawab prisa. "Untuk urusan itu biar ayah yang handel." Perkataan ayah membuat prisa dan Arka senang. "Terimakasih kasih ayah." Prisa memeluk ayahnya. "Tapi Mariam sedang di kafe sekarang?" sahut mama. "Nanti sore ayah akan suruh dia pulang,"sahut ayah, membuat semua orang tenang. Ayah melanjutkan pekerjaannya, mencuci motor. Ibu membuat cake untuk Arka, Arka sangat suka brownis. Sedangkan Prisa dan Arka mengobrol berdua di ruang tamu sambil membahas rencana untuk menjodohkan Mariam dengan Darian. ???1 Di kafe Sementara itu di dalam kafe, Mariam sudah duduk berdua dengan Susi. Mereka mengobrol saling curhat. "Hei, ada apa? Kenapa mukamu ditekuk begitu?" Susi bisa melihat wajah Mariam yang kusut. "Aah, apalagi kalau aku sudah sangat kesal mendengar cibiran tetangga," raut wajahnya tampak sendu. "Sabar, ya. Nanti kalau Firza udah balik, kamu pasti akan segera di pinang nya," goda Susi yang membuat Mariam menggerutu kesal. "Apaan sih, aku rasanya sudah akan mengakhiri penantian ku. Haaah," desah Mariam. "Apa? Kamu yakin?" Susi tak percaya, matanya melotot. "Hei, kenapa melotot padaku?" kesal Mariam. "Aku tahu seberapa besar rasa cintamu untuk dia. Bahkan, kamu sudah menantinya selama selama 10 tahun. Apa kamu yakin akan melupakannya?" Susi merasa sangat tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Hem. Aku yakin. Aku bosan mendengar tetangga yang terus menghinaku 'perawan tua'. Haah." kembali mendesah. "Iya juga sih. Tapi, apa gak ada kabar sama sekali dari dia?" "Nol besar. Sejak perpisahan itu, aku sudah tak bisa menghubunginya." Mariam kembali mendesah. Obrolan berhenti saat pelayan datang membawa makanan. Mereka makan dengan lahapnya. Selesai makan, mereka kembali mengobrol. Canda tawa tercipta dalam obrolan mereka. Mariam bisa melupakan sejenak, kesedihannya saat ini. "Aku ke toilet dulu sebentar," ujar Susi. "Oke," jawab Mariam. Tiba-tiba seseorang duduk di depan nya, setelah Susi pergi. "Maaf itu tempat duduk teman ku." Mariam tersenyum dengan sopannya. "Sepertinya, aku pernah melihat dia? Dimana ya?" Mariam tampak sedang berpikir. Pria itu tersenyum. "Tapi sekarang kosong?" Menatap dalam kearah Mariam. 'Deg' entah kenapa jantung Mariam berdetak sangat kencang. Dia gugup dan merasa canggung. Mariam memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Dia salah tingkah, ditatap seperti itu oleh pria yang tak di kenalnya. "Temanku sedang ke toilet! Sebentar lagi datang." Mariam masih sopan. Pria itu tersenyum kembali, bukannya pergi dia memanggil pelayan. "Tolong bersihkan meja ini!" perintahnya, saat pelayan tiba. "Baik tuan." Pelayan itu tampak hormat. "Siapa dia? Tapi, sepertinya dia orang yang berkuasa," pikir Mariam. Meja sudah bersih. "Tuan, bahkan anda sudah membuang minuman punya teman ku yang masih belum habis." Mariam mulai kesal, nada bicaranya sedikit ketus. "Benarkah. Aku akan menggantinya." Pria itu menyeringai. Lalu memanggil pelayan kembali. Dia memesan minuman untuknya dan untuk Susi. Setelah minuman datang, pria itu meminumnya. "Cara minumnya begitu elegan, dia pasti orang berpengaruh." Mariam menilik penampilan pria di depannya. Tampan, gagah dan semua yang di pakainya barang branded. Dia bisa menyimpulkan, kalau pria ini pasti orang kaya. 'Deg' tiba-tiba saja hatinya berdenyut nyeri. Garis wajah pria itu, sedikit mirip dengan Firza. "Kenapa? Apa kamu menyukaiku, sampai menatap ku sedalam itu?" Pria itu seperti sedang menggoda Mariam. menakutkan bagi Mariam. Dia berkata dengan dingin dan ekspresi yang datar. Aura yang di timbulkan nya juga terasa seperti di kutub utara. Dingin dan mencekam. Itulah yang di rasakan oleh Mariam saat ini. "Jangan sok, kepedean."Mariam menyeruput minumannya Sampai habis dalam sekali tegukkan, Dia gugup. "Susi lama banget, cepat datang! Kamu harus menyelamatkan ku dari pria asing ini." dalam hati Mariam. Mariam sesekali menunduk, dia merasa pria di depan nya sedang memperhatikan nya. Dia merasa risih. "Ada apa di bawah? Kenapa matamu selalu melihat kebawah?" Pertanyaan pria itu membuat Mariam kesal. "Sabar Mariam sabar," teriak Mariam dalam hatinya. "Tidak ada. Tapi aku tidak suka di lihatin pria asing seperti mu," jawab Mariam dengan lembut, namun penuh penekanan. "Heh." Pria itu terlihat tersenyum kecut, lalu menyeringai sinis. Dia memanggil pelayan menanyakan bil nya, lalu pergi meninggalkan Mariam. "Huuuh. Dasar pria aneh. Untunglah dia sudah pergi sekarang," gerutu Mariam. Tidak lama kemudian, Susi kembali dari toilet. " Kenapa lama sekali!" Mariam sangat kesal pada Susi. "Kenapa marah?" Susi merasa kebingungan, karena tiba-tiba saja Mariam terlihat kesal padanya. "Huuh. Tadi ada seorang pria duduk di tempat mu. Dia pria yang aneh!" kesal Mariam. "Lalu, mana dia sekarang?" "Sudah ku usir!" jawab Mariam, membuat Susi tak percaya. "Kau bilang mau membuka hati untuk pria lain. Tapi nyatanya, kamu seperti itu. Huh," kesal Susi. Mariam hanya tersenyum getir dan garuk-garuk kepala. "Iya juga, heheh " Mariam terkekeh geli pada sikapnya sendiri. Sementara itu, pria itu memperhatikan Mariam dari kejauhan. Dia tersenyum, " Manis dan menarik. Sepertinya aku menyukai nya. Huuh." Mendesah, lalu pergi meninggalkan kafe. Tak terasa waktu sudah sore, terdengar suara nada dering dari ponsel Mariam. "Telpon dari ayah," bisik Mariam kepada Susi. "Hallo, yah?" "Pulang sekarang! Tut...tut..." hanya itu yang keluar dari mulut ayahnya, dia langsung menutup panggilannya. "Huuh." Desah Mariam. "Apa kata ayah mu?" tanya Susi, dia penasaran, karena raut wajah Mariam terlihat kesal. "Ayah menyuruhku pulang. Yok, kita pulang." Mariam berdiri dan meminta bil kepada pelayan. "Maap nona, semua sudah di bayar," jawab pelayan, dengan sopan. "Sudah di bayar?" Susi dan Mariam bersamaan. "Iya nona," jawab pelayan kembali. "Siapa yang membayar?" Mariam dan Susi kembali bersamaan bertanya. "Tuan Darian nona," jawab pelayan. "Tuan Darian siapa?" Mariam tak merasa punya teman bernama Darian, dia menatap Susi. "Apa dia temanmu?" tanya Mariam dengan penasaran. "Tidak. Mungkin pria yang kau ceritakan tadi," jawaban Susi membuat Mariam semskin penasaran. "Emangnya kenapa dia membayarkan pesanan kita." Mariam sedikit tidak suka. Mereka pun melenggang keluar dari kafe. "Mungkin dia menyukaimu," jawab Susi, dia merasa senang. "Apaan sih!" Mariam menjawab dengan ketus. Mariam dan Susi menaiki taxi online yang berbeda. Mereka, mempunyai tempat tinggal yang tidak searah. ********** Mariam sudah sampai di rumah. Arka sudah tidak ada, dia sudah pulang. "Assalamualaikum." Mariam mengucapkan salam, yang dibalas seluruh anggota keluarga. Mereka duduk di ruang keluarga. Ayah membuka obrolan. "Mariam, apa kamu mau mengabulkan permintaan ayah?" tanya ayahnya dengan tatapan yang lembut. "Tentu, jika itu bisa membuat ayah senang." "Semoga saja bukan tentang perjodohan, huuh!" dalam hati Mariam. Dia sangat tegang saat ini, jemarinya saling meremas saking gelisahnya. "Ayolah kak. Kenapa gugup begitu." Prisa pindah tempat duduk di samping Mariam. Prisa memeluk kakak nya agar tidak terlalu gugup. "Ck, seperti bicara dengan orang asing saja. Sama ayah sendiri kamu gugup." Ayah menggelengkan kepalanya. "Heheh" Mariam tertawa kecil mendengar perkataan ayahnya. Mama hanya diam, dia tidak ingin ikut campur. Semua terserah Mariam saja pikirnya. "Datanglah malam ini bersama prisa untuk berkenalan dengan calon jodoh mu!" berkata dengan suara rendah, namun penuh penekanan. "Apa?" Mariam terkejut mendengar perkataan ayah nya. Dia ingin menolak, tapi dia sudah berjanji akan mengikuti perkataan ayahnya tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD