7- Membujuk

1063 Words
"Ck, seperti bicara dengan orang asing saja. Sama ayah sendiri kamu gugup." Ayah menggelengkan kepalanya. "Heheh." Mariam tertawa kecil mendengar perkataan ayahnya itu. Mama hanya diam, dia tidak ingin ikut campur. Semua terserah Mariam saja pikirnya. "Yah, bagaimana kalau aku menolak saja. Aku gak mau di jodoh-jodohkan seperti ini." Mariam memasang raut wajah memelasnya, berharap agar ayahnya mau membatalkan perjodohan ini. "Mariam, ini bukan perjodohan. Tapi, hanya perkenalan. Jika kamu tidak suka, kamu bisa menolaknya. Jadi, lebih baik temui dia dulu baru kamu membuat keputusan." Sang Ayah berkata dengan nada yang lembut. "Huuuh. Sama saja, ayaaah!" teriak Mariam, dalam hati tentunya. Mana berani dia membantah ayahnya. Dia adalah anak yang penurut. "Huuuh, " akhirya Mariam hanya mendesah kesal. "Ini semua ulah mu Prisa!" kesal Mariam. Dia menatap kesal kepada adiknya. Prisa hanya terkekeh. "Ikut denganku ke kamar! Aku ingin mendengarkan tentang pria itu!" Pergi meninggalkan ruang keluarga setelah pamit kepada orang tuanya. Kini Mariam dan prisa sudah duduk di atas kasur, di kamar Mariam. "Katakan seperti apa orangnya?" Mariam masih menatap prisa dengan sedikit kesal. "Ayolah kak, buka hatimu itu. Apa kakak mau menunggu terus orang yang tak pasti. Dia ada di hadapanmu saat ini. Terimalah dia." Prisa bergelayut manja di lengan kakaknya itu. "Di depan ku? Siapa? Aku bahkan belum bertemu dengannya," dengan ketusnya. "Namanya Darian, menurut Arka dia itu tampan dan gagah. Dia pengusaha sukses, dia termasuk orang yang sangat berpengaruh. Dia tinggal di Belanda selama ini, hanya sesekali pulang untuk urusan bisnisnya." Prisa menerangkan dengan sangat antusias. "Kalau dia tampan dan kaya, pasti banya perempuan yang menyukainya bukan? Kenapa harus aku segala," masih tetap dalam mode kesalnya. "Menurut Arka, dia itu selalu menolak setiap wanita yang mendekati nya. Sehingga...." Prisa tak melanjutkan perkataannya, dia bingung. "Sehingga apa? Katakan!" dengan sinisnya. "Kak, udah dong ngambeknya. Apa kakak tidak sayang padaku, kakak ingin membuatku menunggu pacarmu juga." Prisa memasang wajah sedih nya, matanya berkaca-kaca. "Prisa..." Mariam menatap sendu ke arah adiknya itu. Dia memeluk prisa. Sementara prisa menyeringai di pelukan kakak nya. "Maafkan aku kak, aku jadi berkata seperti ini," dalam hati prisa. "Maapkan kakak yang terlalu egois. Kakak akan menemui dia," meski berat hati. "Benarkah?" terimakasih kak, tersenyum lebar. "Tapi katakan, kamu mau bilang apa tadi," penasaran. Mariam dan Prisa sudah duduk Saling berhadapan. "Sebenarnya kata Arka, dia di gosipkan penyuka sesama jenis,"suaranya pelan. "Apa!" Mariam terkejut. "Lalu, kamu mau menjodohkan aku dengan seorang homo. Ck ck." Mariam berdecak kesal dan memekik tertahan, takut di dengar kedua orang tua mereka. "Kak, itu kan cuma rumor. Belum tentu juga kali." Prisa berusaha meyakinkan. "Tapi, kalau dia selalu menolak wanita. Bukan kah artinya rumor itu benar," kali ini Mariam menyeringai sinis. "Kak." Prisa tampak gelisah, takut kakaknya berubah pikiran. "Baiklah aku akan tetap menemuinya. Tapi, kalau dia menolak jangan kecewa ya," tersenyum. "Haaah, setidaknya aku menemuinya dulu. toh, pasti dia akan menolak ku," gumamnya. Dalam hati sebenarnya dia senang. ******* Sementara di tempat lain Arka sedang sibuk membujuk Darian, agar mau menemui Mariam. "Ayolah kak, temui dulu dia. Siapa tahu dia tipe mu." "Gak mau!" kesal Darian, Arka sudah membujuknya hampir dua jam lamanya. "Aku harus bagaimana lagi. Aah, aku tahu." menyeringai. Ting Sebuah pesan gambar masuk ke ponsel Darian. Darian membuka aplikasi pesannya. Dilihatnya pesan masuk dari nomor Arka. "Apa-apaan ini. Kamu masih belum menyerah juga," Lalu dengan malas, dia membuka pesan gambar itu. Matanya menatap foto wanita yang sedang duduk di sebuah sopa. Foto itu di ambil secara candid. Darian menatap foto itu dengan tatapan yang datar. "Baiklah, aku akan menemuinya. Tapi, hanya sebentar saja!" dengan nada dinginnya, lalu dia pergi meninggalkan Arka. Dia mau mandi. "Yes!" Arka sangat senang. Dia yakin Darian akan menerima Mariam, itu terbukti dari sikap Darian yang langsung berubah ingin menemuinya setelah melihat fotonya. Arka segera menghubungi prisa. "Hallo, gimana sayang apa berhasil membujuk kakakmu?" tanya Prisa. "Tentu saja aku berhasil, sepertinya semua akan berakhir baik. Kamu gimana?" jawab Arka sambil tersenyum lebar. Sayangnya prisa tidak bisa melihatnya. "Aku juga udah berhasil membujuk kak Mariam." dengan antusias. Senyuman lebar tersungging di bibirnya. "Kalau begitu malam ini jam tujuh ajak kakakmu ke restoran yang biasa kita datangi. Okey." Arka sudah tidak sabar ingin segera mempertemukan Darian dengan Mariam. "Okey," jawab Prisa, tak kalah antusiasnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. "Aku bisa secepatnya nikah dengan Arka! Yes!" Dia menati-nari di kamarnya saking senangnya. Mereka pun mengobrol cukup lama di sambungan telpon. ******* Sementara itu Darian sudah beres mandi dan bersiap. Dia berdiri di balkon sambil menatap ponselnya. Disentuhnya ponsel itu sesekali, dia tersenyum. "Mungkin kita memang berjodoh," ternyata dia sedang menatap foto Mariam. Darian tersenyum mengingat pertemuan pertamanya di supermarket, mereka tak sengaja bertabrakan. Mengingat pertemuan keduanya di sebuah kafe, Mariam tampak kesal padanya. "Nanti malam akan menjadi pertemuan ketiga kita, aku tak tahu bagaimana reaksimu," menyeringai, dia sudah memikirkan sesuatu. "Apa kamu seperti yang lain nya, atau tidak. Aku akan tahu nanti malam," gumamnya kembali, menutup ponselnya. Lalu berjalan keluar dari kamar. Tampak Arka masih sedang mengobrol di telpon nya. Arka segera mengakhiri panggilan nya saat melihat Darian menghampirinya. "Kak, kamu sudah siap?" Arka tampak heran, melihat jam di tangan nya yang menunjukkan pukul setengah enam sore. "Ayo kita temui gadis itu, sekarang!" dengan penuh penekanan. "Tapi aku sudah mengatakan jam tujuh malam kak!" tak percaya, Darian begitu seantusias itu. "Aku tak peduli, ayo kita jemput saja di rumah nya!" perkataan Darian begitu mengintimidasi. "Baiklah, tapi aku belum mandi." garuk-garuk kepalanya, bingung. "Yang mau kencan itu aku bukan kamu, jadi kamu gak mandi juga gak apa!" kembali mengintimidasi dengan nada bicara ketusnya. "Tetap saja, aku kan mau ketemu pujaan hatiku juga. Aku gak nyangka kakak bisa bersikap seperti ini. Baru suka wanita pertama kali, jadinya bertingkah memalukan seperti ini. Ck ck. " gerutu Arka, tak percaya tingkah konyol kakak sepupunya yang terkenal dingin itu. Akhirnya Arka mengalah. Dia ingin menghubungi Prisa, untuk memberitahukan perubahan rencananya. Tapi, Darian melarangnya. "Gak usah di beritahu biar jadi kejutan," kata Darian sambil menyeringai. "Hah, oke." Arka melongo kaget. "Senyumanmu itu aneh menurutku, bukannya terpesona gadis-gadis malahan bakal jadi takut." cibir Arka dalam hatinya. Mereka pun pergi dengan menggunakan dua mobil. Darian ingin hanya duduk berdua saja dengan Mariam nantinya. "Belum ketemu udah bucin gitu, gimana kalau udah ketemu. Ternyata kak Mariam mampu menaklukkan singa jantan itu. hehehe." Arka tertawa sendiri di dalam mobilnya. Sementara itu Darian mengemudi dengan santainya. Namun, mimik wajahnya nampak datar dan dingin. Sebenarnya, dia begitu tegang saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD