4-Siapa Dia

989 Words
"Ayo masuk!" Papanya berkata dengan dingin, lalu masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Disusul Darian, mamanya dan Arka. Di dalam rumah, orang tua Arka pun ternyata ada di sana. "Semua orang berkumpul di sini pasti ada hal penting yang ingin di bicarakan?" ucap Darian, sebenarnya dia sudah bisa menerka apa yang mau dibicarakan. "Apa tidak sebaiknya kita bicarakan besok saja, Darian pasti capek. Dia baru saja tiba," ujar Ayah Darian. "Tak apa, aku tidak lelah dan belum mengantuk," sahut Darian. "Tuh kan, Darian juga tidak sabar. Dia ingin tahu hal penting yang akan kita bicarakan." Mama Darian merasa di atas angin, dia sudah berdebat dengan suaminya sejak tadi. Memperdebatkan apakah sekarang atau besok untuk bicara hal penting ini kepada Darian. "Baik katakanlah, Sebelum aku berubah pikiran," tegas Darian, mulai jengah mendengar perdebatan yang tidak penting. "Jadi begini Darian, kami sepakat ingin menjodohkanmu dengan puteri salah satu kolega bisnis papa," ujar Ayahnya. Darian tersenyum kecut mendengar perkataan ayahnya itu. "Aku sudah tahu, setiap di panggil pulang ke sini pasti di suruh menikah. Apa tidak bosan menjodohkan ku? Huuh!" "Sayang, mama sangat sedih mendengar ocehan orang. Mereka bilang putera tampan mama ini seorang penyuka sesama jenis. Katakan itu tidakqlah benar bukan?" Mamanya memasang raut wajah sedih. "Mam, aku tidak peduli perkataan mereka semua. Jika mereka menganggapku begitu terserahlah!" berkata dengan dinginnya. "Tapi jika seperti ini terus bisa berdampak pada bisnis kita, para kolega bisnis banyak yang tidak suka mendengar gosip ini. Bahkan, beberapa dari mereka ingin menarik saham nya dari perusahaan kita," ujar papanya. " Ayolah jangan egois, besok kamu coba temui Puteri rekan bisnis papa itu. Berhasil atau tidaknya perjodohan ini, mama serahkan semuanya padamu." Mamanya memelas. "Huuh." Darian mendengus kesal. "Baiklah, demi kalian aku akan menemuinya besok!"kalian Darian pun pergi ke kamarnya, dia merasa jengah jika harus terus mendengarkan obrolan seluruh keluarganya. Arka yang mendengar obrolan ini merasa tidak suka. Dia ingin menjodohkan Darian dengan Mariam. "Semoga saja kakak menolaknya lagi," do'a Arka dalam hatinya. Sementara itu semua yang berada di ruang keluarga mengobrol hingga dini hari. Arka pun akhirnya menginap di rumah keluarga Darian, karena waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. ***** Paginya Mama Nita (mamanya Darian) dia sudah menyiapkan acara makan siang untuk menyambut Selfi, wanita yang akan di jodohkan dengan Darian. Mereka sudah duduk untuk sarapan. Suasana sarapan terasa hening tidak seperti biasanya. Karena kali ini ada Darian, dia tidak suka ada obrolan ketika sedang makan. Barulah usai sarapan, Mama Nita membuka suaranya. "Kamu jangan kemana-mana dulu ya, nanti kamu akan makan siang bersama Selfi. Mama yakin kamu akan menyukainya. Dia cantik dan sopan." Mama tampak antusias. "Baiklah." Darian pun pergi meninggalkan meja makan. "Mau kemana?" tanya mamanya. "Pulang sebentar, nanti aku akan kembali sebelum jam makan siang!" Suaranya rendah namun penuh penekanan, membuat semua yang mendengar nya paham. Dia kesal. Darian pun pergi membawa mobilnya yang ada di garasi rumah orang tuanya. Dia sengaja menyimpan satu mobilnya di sini, untuk di pakainya jika berada di rumah orang tuanya. "Okey, jangan lama ya!" Mama setengah berteriak. Mama Nita pun melanjutkan mempersiapkan acara makan siang untuk Darian dan Selfi di bantu mama Lia ibunya Arka. Sedangkan Arka segera pulang bersama papa Indra ayahnya. Mereka harus bersiap untuk ngantor. ******* Di perjalanan menuju ke rumahnya, Darian mampir ke sebuah minimarket. 'Brukkk' tiba-tiba saja seorang wanita tanpa sengaja menabraknya hingga hampir terjatuh. Jika Darian tidak cepat menariknya hingga jatuh kepelukannya. "Hei tuan jangan ambil kesempatan ya!" Wanita itu tampak kesal, karena pria yang tidak di kenalnya tiba-tiba saja memeluknya. "Maaf nona, seharusnya saya yang marah. Karena kamu sudah menabrak saya, dan seharusnya kamu bersyukur saya telah menolong mu sehingga tidak jatuh!" Perkataan Darian dingin, rendah namun penuh penekanan. Wanita itu tampak sedikit ciut, melihat Aura dingin dan sorot mata yang tajam dari Darian. Darian menatapnya tajam, sebuah tatapan yang sulit untuk di artikan. Wanita itu segera memalingkan wajahnya. Lalu mengambil keranjang belanjaannya. Dan pergi meninggalkan Darian. "Siapa dia? menarik." Darian menyeringai. Wanita itu berdiri di depan Kasir, lalu membayar semua belanjaannya dan pergi. Sedari tadi Darian terus menatapnya, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Dia begitu senang menatap wanita itu, hingga hilang dari pandangannya. "Siapa dia, Hemm." Darian tampak senang melihat wanita itu, yang menurutnya sangat cantik dan menarik. Darian hanya membeli sebungkus roko dan sebotol minuman soda, lalu pergi setelah membayarnya. Darian menjalankan kembali mobilnya, pulang ke rumahnya. ******* Mariam tidak bekerja hari ini, ini hari Sabtu. Kantor tempatnya bekerja libur. Dia pergi ke supermarket untuk membeli beberapa keperluannya. Dia sudah pulang dari supermarket, lalu duduk di ruang keluarga menonton acara TV kesukaannya. "Kak, aku ingin bicara sesuatu." Prisa duduk di samping Mariam. "Katakan ada apa?" Sebenarnya Mariam sudah tahu, dia tak sengaja menguping semalam. "Aku dan Arka berniat menjodohkan kakak dengan kakak sepupunya Arka, mau ya!" memasang wajah memelas. "Aku tidak tahu," Tanpa mengalihkan pandangannya dari TV. Prisa kesal, lalu dia mematikan tv nya. "Hei, kenapa tv nya di matikan," mariam mendengus kesal. "Kak dengerin aku ngomong dong!" rajuk Prisa, dia kesal. "Iya, kakak dengar." Mariam tersenyum sambil menatap wajah Prisa dengan lekat. "Jadi bagaimana?" Prisa antusias. "Bagaimana apa nya?" Mariam pura-pura tidak mengerti. "Perjodohan antara kakak sama kakak sepupu Arka." Kesal Prisa. "Aku ah!" Mariam meninggalkan prisa sendiri, dia memilih masuk ke kamarnya. Lalu mengunci pintu kamarnya. "Kak!" Prisa menggedor-gedor pintu kamar Mariam, namun Mariam tak meresponnya. Akhirnya Prisa pergi dengan hati dongkol, dia sangat kesal. Namun, prisa berjanji akan terus membujuk Mariam hingga berhasil. Mariam tampak merenung di kamarnya." Apa aku terima saja perjodohan ini, ya!" gumamnya. "Tapi orangnya seperti apa? Apa dia baik? Aaaaah, kenapa juga aku kepikiran, dasar bodoh!" Mariam hanya bisa memaki dirinya sendiri saja. ******* Darian sampai di rumahnya. Dia segera memasuki ruangan Jim pavoritnya. Dia berolah raga selama dua jam. Setelah itu, dia mandi dan merebahkan diri di kasurnya. Dia terlelap karena merasa lelah. Hingga tak terasa sudah hampir jam makan siang, saat dia terbangun. Dengan cepat Darian mandi, lalu bersiap. Dia segera pergi menuju rumah orang tuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD