3-Darian

1009 Words
Prisa tampak berpikir. Setelah lebih dari sepuluh menit berpikir akhirnya dia setuju. Mereka sepakat untuk mempertemukan Mariam dan Darian. Prisa akan membujuk Mariam dan Arka akan membujuk Darian. Arka memesankan taxi untuk Prisa. Setelah memastikan Prisa naik taxi dan taxi nya pergi, Arka segera mengendarai mobil nya menuju bandara untuk menjemput Darian. ******* Rumah Danu Prisa sudah sampai di rumahnya. Tampak Danu ayahnya dan Irma ibunya sedang duduk di teras, mereka menunggunya. "Ayah, ibu maaf." Prisa sadar diri, dia pulang terlalu malam. "Masuk!" Pak Danu berkata dengan ketusnya. Mamanya dengan cepat menggandeng prisa masuk ke ruang tengah. Kini mereka bertiga sudah duduk di ruang keluarga. "Kamu kenapa baru pulang? Padahal Pergi dari sore!" Ayah Danu berkata dengan datar dan sorot mata yang sedikit tajam. Memperlihatkan kalau dia tidak suka. "Maafkan aku yah, mah. Tapi aku ada kabar baik untuk kalian," raut wajah yang tadinya takut berubah sedikit ceria. "Apa?" Ayah masih dengan ketus, dan ibu tampak sangat penasaran ingin tahu. "Hari ini aku ketemu Arka, dan kami membicarakan tentang hubungan kami. Arka menemukan solusinya, tapi..." Prisa tidak melanjutkan perkataannya, dia menghela napasnya dalam-dalam. "Tapi apa?" Mama Irma makin penasaran, dan ayah menatapnya dengan penuh tanya. "Tapi ini tergantung pada ayah, ibu dan kak Mariam setuju atau tidak dengan rencana ini," suara prisa berubah pelan, dia takut orangtuanya tidak setuju. "Katakan gak usah bertele-tele," ujar ayah Danu. "Hari ini kakak sepupu Arka yang tinggal di Belanda akan pulang, Arka sedang menjemputnya saat ini itulah sebabnya dia tidak mengantarku." "Lalu?" Ibu antusias, dan ayah hanya menatapnya dingin. "Arka ingin menjodohkan kakak sepupunya dengan kak Mariam, siapa tahu mereka berjodoh," dengan ragu. "Huuuh." Ayah menghela napas, dan tampak berpikir. "Jadi menurut ayah bagaimana?" Prisa penasaran dengan keputusan ayahnya. "Sebenarnya ini semua tergantung kakak mu sendiri, dia mau atau tidak. Kamu tahu sendirikan, dia selalu menolak untuk di jodohkan." Ayah berkata dengan tegas. "Jadi ayah setuju?" Prisa semringah. "Ya, apalagi kalau kakakmu mau. Ayah sudah malu dengan tetangga dan teman kantor ayah yang sering membicarakannya." Ayah tampak sedikit sedih. "Ibu juga begitu, ibu setuju. Yang penting orang nya baik dan tentu saja tidak pengangguran. Hehehe, kan untuk makan butuh uang." Ibu terkekeh dengan perkataannya sendiri. Prisa tampak antusias dan senang. Mereka bertiga akhirya mengobrol sampai larut, membicarakan tentang rencana perjodohan Mariam. Mereka tidak tahu kalau Mariam mendengar semua obrolan mereka di balik pintu. "Aku sungguh membuat ayah dan mama malu. Firza andai kamu segera datang." Mariam memejamkan matanya, dia berdiri di sisi tembok di dekat pintu ruang keluarga. Dia selalu ingat perkataan terakhir Firza kekasih yang sangat di cintainya di masa SMU. "Tunggulah aku sampai pulang, aku akan selalu menyimpan namamu di hatiku," itulah ucapan terakhir Firza sebelum kepergiannya ke luar negri, disertai ciuman pertamanya. Ciuman pertama nya itu begitu dalam, sehingga membuat Mariam selalu ingat Firza dan tak mau membuka hatinya untuk pria lain. "Apakah ini harus jadi akhir penantian ku untuk Firza? Aku sangat egois jika demi penantian ku, prisa harus ikut menanti juga," kembali memejamkan matanya, lalu pergi masuk ke kamarnya. Dia berniat untuk menemui Prisa, namun tidak jadi. Karena terlanjur kepikiran dengan obrolan orang tuanya dengan Prisa. Mariam membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil terus memikirkan perkataan prisa yang ingin menjodohkan nya dengan kakak sepupu Arka. Hingga akhirya dia tertidur. ********** Bandara Arka sudah berdiri dan melihat ke arah orang-orang yang turun dari pesawat. Dia sangat senang ketika melihat sosok yang di nantikannya terlihat. Arka sangat antusias sekali, karena dia akan membuatnya bisa menikahi prisa jika setuju untuk di jodohkan dengan Mariam. "Namun, apa dia akan mau? Aaah, aku harus bisa membujuknya apapun yang terjadi. Kak Mariam itu kan wanita sempurna menurut ku, hanya pria bodoh saja yang menolaknya," pikir Arka. "Halo kak, apa kabar?" memeluk erat dengan senang hati kakak sepupunya itu. "Baik," jawab nya dingin, lalu melepas pelukan Arka. "Aihhh, sikapmu tetap sama, angkuh dan dingin," cibir Arka pelan, wajahnya terlihat kesal. "Apa kau mengatakan sesuatu?" melirik sekilas ke arah Arka, sebelum pergi meninggalkan Arka. "Tidak, aku hanya bercanda heheh," berjalan dengan cepat mengejar kakak sepupunya itu. Mereka kini sudah duduk di dalam mobil. "Kapan kamu akan membawa pacarmu kemari? Kenal kan dong pada ku?" tanya Arka. Sebenarnya Arka ingin mencari tahu, apakah kakak sepupunya itu sudah punya pacar atau belum. "Aku gak punya pacar, kau sudah tahu itu. Kenapa tanya lagi?" tanpa melirik sedikit pun ke arah Arka. "Yes!" dalam hati Arka, dia senang karena ingin menjodohkan nya dengan Mariam. "Ada apa? Kamu terlihat senang aku jomblo," melirik sedikit, lalu Pokus lagi ke depan. "Aaaaah, kamu itu curiga sekali pada ku," kilah Arka, padahal dalam hatinya mengiyakan. "Tapi kalau kakak mau, aku ada seorang wanita cantik. Kakak bisa menjadikannya istri, namanya Mariam usia nya 28 tahun. Orangnya sangat cantik, baik dan mandiri." Arka menceritakan tentang Mariam dengan antusias. "Kalau begitu kenapa bukan untukmu saja." Darian berkata dengan tanpa ekspresi. "Aku kan sudah punya pacar, ya untukmu saja." Arka sedikit kesal. "Aku gak minat," jawabnya datar. "Jangan-jangan gosip itu benar. Kalau kamu penyuka sesama jenis. Iiih!" Arka bergidik geli. "Terserah gimana pemikiran mu, aku gak peduli." Darian tampak acuh tak menghiraukan Arka, membuat Arka kesal. Mereka pun tak membahas apapun lagi. Arka sibuk nyetir dan Darian menatap lurus ke depan. "Dasar robot," gumam Arka dengan sedikit kesal. Darian menoleh, "Kau mengatakan sesuatu?" "Kau salah dengar!" Arka menjawaBnya dengan dingin. Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam, mereka sampai di rumah keluarga Darian. Sebenarnya Darian punya rumah sendiri di negara ini, tapi mama nya telah meminta nya untuk pulang ke rumah. Ada hal penting yang ingin di bicarakan. Di depan pintu tampak orangtuanya sudah menunggu. "Akhirnya putra mama pulang juga." Mamanya memeluk senang puteranya itu. "Mam aku sudah dewasa, jangan seperti ini." Darian sedikit kesal, dia tidak suka selalu di perlakukan seperti anak kecil. "Ayo masuk!" Papanya berkata dengan dingin, lalu masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Disusul Darian, mamanya dan Arka. Di dalam rumah, orang tua Arka pun ternyata ada di sana. "Semua orang berkumpul di sini pasti ada hal penting yang ingin di bicarakan?" ucap Darian, sebenarnya dia sudah bisa menerka apa yang mau dibicarakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD