2-Prisa dan Arka

1197 Words
"Apa aku harus merubah penampilanku, Pakai make up dan menggerai rambut ku. Aaah, apa-apaan ini. Jika ada yang suka pada ku maka harus menyukaiku apa adanya, Bukan karena penampilan semata," gumamnya, lalu Mariam mulai menyisir rambutnya. Mariam menyandarkan diri di atas kasurnya sambil merenung. Tok tok, tiba-tiba saja terdengar suara seseorang mengetuk pintunya. Dengan cepat Mariam membuka pintu kamar nya. "Mama, ayo masuk mam," menggandeng tangan mamanya dengan senang. Mereka duduk berdua di sisi tempat tidur. "Maapkan perkataan papamu, dia hanya khawatir pada mu." Mama berkata dengan lembut sambil mengelus punggung nya. "Aku ngerti mam," menyandarkan kepala di bahu mamanya. "Ayo makan malam," ajak mama yang di balas anggukan oleh Mariam. Mereka makan malam dalam hening. Prisa tidak ada, berarti dia makan malam bersama Arka kekasihnya. "Hah, menyebalkan. Adikku saja punya kekasih tampan dan juga baik. Sedangkan aku, 'perawan tua' hehehe," batinnya memekik, kadang sebagai seorang perempuan normal ia merasa iri kepada Prisa adiknya. ******* Di Restoran X Tampak Prisa sedang duduk bersama seorang pria tampan berusia sekitar 25 tahunan. Dia adalah Arka kekasih prisa, mereka sudah berpacaran sejak SMU dan berniat menikahi prisa tahun ini, karena prisa sudah lulus kuliah. "Pris, kenapa diam saja? Sudah hampir 2 jam loh di sini, tapi kamu masih diam. Bahkan makanan saja belum kita pesan." Untung saja Arka adalah tipe pria yang penyabar, sehingga dia masih setia duduk di depan prisa tanpa menunjukkan raut kesal sekalipun. "Aku bingung mau mulai dari mana, huuh." Mendesah, hatinya sedang bimbang. Tangannya saling meremas di bawah meja. Arka yang menyadari perubahan raut wajah kekasih nya itu segera menarik kursinya dan menggeser nya menjadi di samping Prisa. Dia merengkuh bahu Prisa tanpa malu, ini di tempat umum. Prisa diam saja, karena merasa sangat nyaman dalam pelukan kekasihnya. "Apa ini tentang hubungan kita?" 'Deg' jantung Prisa berdegup kencang, sepertinya Arka bisa membaca pikiran nya. "I~ iya, Emm. orang tua ku masih belum bisa menikah kan kita jika...." Prisa menggantung perkataannya, dia merasa tak sanggup melanjutkannya takut Arka akan marah. "Jika kakak mu belum menikah!" dari nada suaranya terdengar jelas Arka sedang kecewa. "Maap," Prisa merasa tak enak hati. Dia memegang tangan Arka dengan erat. "Apa kamu yakin aku akan menunggumu lagi?" manik matanya menatap lekat ke arah Prisa. Prisa tertegun dengan perkataan Arka, dia takut Arka akan meninggalkan nya. Tiba-tiba saja buliran kristal jatuh membasahi pipi mulus cantiknya itu. "Kenapa menangis? Aku tak akan meninggalkanmu, sayang." Mengusap lembut pipi Prisa, lalu mengecup punggung lengannya dengan lembut. Ini yang sangat membuat Prisa nyaman dan jatuh cinta pada Arka, dia sangat perhatian dan lembut. "Apa itu arti nya kamu mau menunggu ku?" dengan suara terbata-bata, karena tidak yakin. "Siapa bilang," tersenyum jail. "Jadi?" matanya mulai berkaca-kaca lagi. "Kita akan cari solusi nya," menjepit hidung mancung Prisa dengan gemas. "Awww, sakiit," suaranya manja, membuat Arka semakin gemas. "Caranya?" Prisa sangat antusias. "Wah, kamu pingin cepat-cepat nikah ya. hehehe." goda Arma, membuat Prisa merona karena malu. "Emang sih, aku gak sabar ingin menikah dengan mu." Dalam hati Prisa, dia sangat mencintai Arka. "Bukan begitu, aku cuma mau tahu aja gimana cara kita membuat mama dan papa ku setuju menikah." Elak Prisa. "Emm." Arka tampak sedang berpikir. "Gimana? Apa ku menemukan caranya?" tak sabar ingin segera tahu. "Kakakmu harus menikah duluan," dengan senyuman yang tak bisa di artikan. "Kalau itu aku udah tahu!" kesal Prisa. "Masalah nya kak Mariam itu belum punya pacar, huuuh!" Prisa kesal kepada kakak nya yang masih betah menjomblo, membuatnya tak bisa cepat-cepat menikah. "Apa kamu yakin? Masa udah seusia nya belum pernah satu kali pun pacaran!" dengan nada tak percaya. "Pernah sih dulu. Seingat ku waktu kak Mariam SMA, dia punya pacar namanya Firza. Tapi mereka berpisah tanpa kata putus, karena Firza kuliah di luar negri." Prisa mengingat-ingat Mariam saat itu sangat bahagia, tak seperti sekarang yang lebih muram dan pendiam. "Apa mungkin kakakmu masih menunggunya?" jarinya mengetuk-ngetuk meja. "Bisa jadi, karena dia jadi pendiam seperti ini setelah kehilangan Firza," mendesah, dia tahu Mariam bucin pada Firza waktu itu. "Seperti apa orangnya?" Arka penasaran. "Hemmm, seingat ku Firza itu orang nya hangat, suka berkata manis pada kakak ku, perhatian dan dia idola di sekolah nya saat itu. Itu yang kak Mariam katakan padaku." Prisa tampak sedang mengingat-ingat wajah Firza, dia pernah beberapa kali bertemu dengan nya. "Apa dia tampan?" Arka semakin penasaran dengan sosok Firza. "Iya, aku pernah bertemu dengan nya beberapa kali saat mengunjungi kakak ku. Dia sedikit lebih tampan dari mu. heheh," nyengir kuda memperlihatkan deretan gigi putih rapinya. "Huuuh." Arka mendesah kesal. "Maap, tapi tetap saja cinta pertama dan terakhir ku adalah kamu. Sayang," menggenggam erat tangan Arka. "Iya iya," meski masih sedikit kesal. "Jadi gimana?" Prisa kembali bertanya. "Kita harus cari Firza," dari tatapan matanya tampak serius. "Apa kamu gila! Mereka sudah 10 tahun berpisah, bisa saja Firza sudah menikah sekarang," kesal dengan kebodohan Arka. "Benar juga," garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Jadi?" Prisa kembali bertanya. "Jadi sekarang kita...makan dulu, hehehe" Arka terkekeh, Prisa hanya memutar bola matanya malas dengan tingkah Arka. Pelayan sudah datang membawa pesanan mereka. Mereka pun makan dengan lahapnya. Selesai makan mereka kembali melanjutkan obrolan nya. Hingga dering telpon memecah keseriusan obrolan mereka. Kring kring, terdengar suara panggilan masuk ke ponsel Arka. Arka langsung menerima panggilannya di depan Prisa. "Halo mam, ada apa?" "Mama" bisiknya pada Prisa, dan Prisa hanya mengangguk. "Kakak sepupu mu datang dari belanda hari ini, kamu cepat jemput ya," ucap Mama Arka dari sebrang sana. "Oke, mam. Jam berapa?" tanya Arka. "Pesawatnya tiba jam sebelas malam," jawab Mama Arka. "Baiklah, Arka akan langsung pergi dari sini mam," ujar Arka. "Oke, jangan sampai telat. Kamu tahu kan gimana kakakmu itu," sahut Mama Arka kembali. "Siap bos!" di iringi tawanya. "Ya udah udah sana jemput kakakmu." Mama Arka geleng-geleng kepala dengan tingkah konyol puteranya itu. Prisa tersenyum melihat Arka." Dasar konyol, tapi aku cinta banget sama kamu, " dalam hati Prisa. "Pris, aku harus jemput kakak sepupuku ke bandara," menggenggam tangan Prisa. "Oke, aku bisa pulang naik taxi," tersenyum, meski sebenarnya dia ingin di antar pulang. ini sudah malam. "Kakak sepupumu yang tinggal di Belanda itu?" tanya Prisa. "Iya, " tiba-tiba saja Arka tersenyum senang. "Ada apa?" heran karena tiba tiba saja Arka Terlihat senang. "Aku berpikir bagaimana kalau kita jodohkan saja Kakak sepupuku dengan kakakmu, mungkin mereka mau," dengan Antusias. "Apa?" tak percaya dengan pemikiran Arka. "Bukannya kamu pernah bilang dia itu tidak pernah mau menerima wanita manapun saat di jodohkan! Dan ada kemungkinan dia itu seorang penyuka sesama jenis! Apa kamu gila!" kesal Prisa. "Kakak ku itu seperti berlian, dia sangat baik dan cantik. Aku gak sudi hanya untuk kebahagiaan ku harus membuat nya menderita," lanjutnya. "Hei jangan marah dong sayang, siapa tahu mereka berjodoh. Mungkin Kak Darian memang jodohnya kakakmu, sehingga mereka sama-sama menjomblo dalam waktu lama. Bagaimana kalau kita pertemukan mereka. Untuk urusan mau tidak mau, ya terserah mereka. Gimana?" Arka tampak antusias. Senyuman terbit di bibirnya dan wajahnya tampak berbinar bahagia. Prisa tampak berpikir. Setelah lebih dari sepuluh menit berpikir, akhirya dia setuju. Mereka sepakat untuk mempertemukan Mariam dan Darian. Prisa akan membujuk Mariam dan Arka akan membujuk Darian. Arka memesankan taxi untuk Prisa. Setelah memastikan Prisa naik taxi dan taxinya pergi, Arka segera mengendarai mobilnya menuju bandara untuk menjemput Darian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD