Terganggu

1093 Words
Gio berjalan menghampiri Ayuna saat melihat gadis muda di hadapannya itu hanya terdiam, wajahnya sudah tidak pucat lagi sehingga rona merah yang terpancar dari wajahnya membuatnya terlihat sangat cantik, Gio menatapnya tak berkedip. Melihat pria yang ada di hadapannya bergerak menuju ke arahnya, Ayuna melangkah mundur ke belakang secara refleks. Jantungnya berdegup kencang. “Jawab pertanyaanku, kenapa semalam kau menabrakkan dirimu di mobilku, apa kau hendak bunuh diri?” tatapan tajam Gio seolah menusuk jantung Ayuna, membuat gadis itu semakin gugup. “Ah..sa..saya tidak bermaksud. Maaf.” jawabnya terbata. “Itu bukan jawaban yang kuinginkan.” Bantah Gio semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Ayuna. Ada perasan aneh yang menjalar di dalam hatinya. Perasaan sakit dan sesak tiba-tiba menyeruak di dalam hatinya, tapi Gio tidak mengerti kenapa dia bisa sampai merasakan hal itu sesaat setelah melihat gadis muda yang ada di hadapannya ini. “Maafkan saya tuan tapi izinkan saya pergi dari sini.” Lagi-lagi jawaban gadis itu membuatnya tidak puas. Sungguh Gio tidak akan membiarkan gadis itu melangkah meninggalkan tempatnya sebelum dia benar-benar mengetahui siapa gadis itu dan kenapa dia bisa sampai ingin membunuh dirinya. “Sebaiknya kau jawab saja pertanyaanku dengan jujur, karena sudah pasti kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku tahu kau siapa dan kenapa kau membuatku membawamu kemari. Oya, satu hal lagi, aku bukan orang yang penyabar. Jadi bersikap bijaklah.” Ucap Gio sedikit memberikan tekanan. Dia sebenarnya tidak suka membuang-buang waktu hanya untuk mengetahui tentang gadis ini, tapi perasaannya seakan memaksa dirinya untuk tetap berada di sekitarnya. Melihat aura pria yang ada di hadapannya itu mulai berubah, Ayuna terpaksa berbicara. “Saya melarikan diri dari kejaran orang-orang yang akan memaksaku menikah, karena ketakutan dan tergesa-gesa, saya tidak sempat memperhatikan apa pun lagi termasuk mobil anda tuan. Maafkan saya.” Akhirnya Ayuna menceritakan masalah yang menimpanya. Entah kenapa perasaannya sangat lega, dia merasa sangat benar menceritakan keluhannya kepada pria itu. Dan beruntung baginya karena rupanya Gio tidak mengenalinya sehingga sepertinya tidak akan ada masalah di tempat kerjanya nanti. “Hmm jadi seperti itu rupanya, siapa namamu?” Ayuna tersentak mendengar Gio menanyakan namanya. Apakah sangat sulit bagi pria ini untuk menyuruhnya pergi saja? kenapa dia harus mengetahui namanya segala? kalau dia sampai tahu nama sebenarnya, dia bisa terkena masalah di tempat kerjanya. “Gina tuan, nama saya Gina.” Jawabnya berbohong. Ayuna masih tidak berani menatap langsung tatapan tajam menyelidik Gio. Semoga pria itu bisa melepasnya kali ini. “Kau punya orang tua?” Ayuna mengangguk. “Ibu saya yang memaksa saya menikah, tuan saya sudah menjawab pertanyaanmu jadi saya mohon biarkan saya pergi dari sini.” Ucapnya Ayuna kemudian. Gio tidak segera menjawab, melihat gadis itu ingin segera meninggalkan tempatnya membuatnya semakin penasaran dan ingin mengetahuinya lebih banyak lagi. Dia juga tidak mengerti kenapa hatinya bisa merasakan sakit dan nyaman di saat yang bersamaan? Namun, saat melihat mata Ayuna yang mulai berkaca-kaca, Gio hanya bisa mengangguk. Lagi pula, gadis itu tampaknya sudah baik-baik saja dan sangat ingin pergi dari sini. Dia juga tidak ingin menambah beban pikirannya dengan hal-hal tidak penting seperti itu. Meskipun dia mengakui gadis muda itu sangat cantik, tapi dia masih polos untuk dia jadikan permainan. Sebaiknya dia biarkan saja gadis itu pergi. Entah kenapa hatinya sangat baik saat ini. “Baiklah kau pergi saja, tapi pastikan kau jangan menampakkan wajahmu di hadapanku lagi atau kau tidak akan bisa lepas dariku.” ucap Gio kemudian melangkah meninggalkan Ayuna yang masig berdiri mematung. Setelah Gio menghilang dari balik pintu, Ayuna menghembuskan napas lega. Dia masih berusaha menormalkan detak jantungnya. Tidak ingin membuang waktu berlama-lama, dia kemudian bergegas melangkah dengan cepat meninggalkan tempat itu. Tapi baru beberapa langkah, dia kembali di kejutkan oleh suara berat yang berasal dari arah belakang. Ayuna menghentikan langkahnya dan menoleh kearah sumber suara, dia kembali melihat pria itu berdiri sambil melipat tangan ke dadanya yang bidang.  “Sebaiknya kau makan dulu sebelum pergi dari sini.” Ucap pria itu lagi tapi serta merta di tolak oleh Ayuna. “Terima kasih atas tawarannya tuan, tapi saya tidak apa-apa. Saya bisa makan di luar nanti.” Ucapnya lalu melangahkan kakinya kembali. “Tapi saya ingin melihatmu makan dan saya tidak pernah menerima penolakan sebelumnya.” Langkah Ayuna kembali berhenti. Sebenarnya apa masalah pria ini? kenapa dia tidak membiarkannya saja pergi dari sini. Tapi jika menolaknya, bisa-bisa masalah baru akan muncul dan dia benar-benar tidak bisa pergi dari sini. Sebaiknya dia menuruti pria itu saja. Ayuna kemudian melangkah mengikuti Gio menuju kearah meja makan. Sepanjang langkahnya, dia melihat betapa mewah dan luasnya rumah ini. dia tidak pernah melihat ruangan mewah seperti ini sebelumnya. Sesampainya di ruangan makan, Ayuna kembali dibuat takjub dengan hidangan yang ada di meja makan. Semua makanan yang terkadang hanya bisa dia lihat di layar televisi kini seakan menjelma menjadi nyata tepat di hadapannya.  “Kau jangan berdiri di situ saja, Ayo mendekatlah, Gina. Kau pasti sudah lapar” Ayuna tersadar dari lamunannya, wajahnya memerah karena malu ketahuan menatap makanan dia tas meja. Terlebih saat melihat senyum miring di bibir Gio yang mungkin menandakan jika dia sangat tahu jika memang dirinya sangat kelaparan setelah melihat hidangan mewah yang ada di atas meja. Ayuna melangkah dengan ragu dan memilih tempat duduk sejauh mungkin dengan Gio. “Makanlah.” Ucap Gio sambil mengambil makanan untuk dirinya kemudian mulai menyantapnya. Tangan Ayuna perlahan terulur untuk mengambil nasi dan lobster balado yang sepertinya sangat menggiurkan. Seolah terhipnotis, Ayuna langsung melahapnya tanpa memakai sendok. Dia pun larut dalam nikmatnya makanan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Sementara Gio, hanya bisa terpaku melihat cara makan Ayuna yang membuatnya hanya bisa melihat gadis itu tanpa kedip. Rasa sedih dan sakit yang selama ini sudah terkubur dalam-dalam seakan kembali menyeruak dan mengganggu perasaannya. Kenapa dia tiba-tiba mengingat Diana setelah sekian lama mendiang istrinya itu tidak pernah lagi mengganggu hari-harinya? entah kenapa setelah melihat gadis yang ada di hadapannya ini, cara dia menyantap lobster balado yang merupakan makanan kesukaan Diana, begitu sangat mirip dengan cara Diana melahap makanan itu. Kenapa di saat semuanya sudah kembali bejalan dengan normal, dia kembali tiba-tiba merasakan sakit dan sesak sesaat setelah menyaksikan gadis itu menyantap makanan kesukaan istrinya? Ini memang hanya sebuah kebetulan, tapi dia merasa sangat terganggu. Gio tiba-tiba berdiri dari tempatnya, perasaannya menjadi kacau. Seakan seluruh kesedihan yang sudah bertahun-tahun lenyap, kembali menimpanya dan itu membuatnya kembali merasakan sakit di bagian d**a. Ada apa dengan dirinya? Gio menatap tajam kearah Ayuna yang sedang menyantap makanannya tanpa tahu apa yang terjadi.  “Habiskan makananmu dan pergi secepatnya dari sini, aku tidak ingin melihatmu lagi. mengerti..!!?” bentaknya tiba-tiba lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD