Siapa dia?

1221 Words
"Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama." "Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu. Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket. Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya. Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak yang tidak terlalu tebal. Dan, lipstik merah di bibirnya. Tidak lupa memberikan sedikit warna merah di pipi. Selesai make up. Vina memasukan semua alat make up ke dalam tas hitam yang berada di atas meja rias. Vina meraih tas itu. Meletakkan di atas pundak kirinya. Tangan kanan meraih sepatu high heels dan memakainya sembari berjalan keluar dari kamarnya. Vina sebagai naik taksi. Sabar tidak ada laki-laki yang terlalu memperhatikan tubuhnya. Hanya butuh waktu 30 menit perjalanan menuju ke tempat kerja. Vina bergegas ke ruang ganti. Meletakkan tas dan melepaskan jaket serta rok panjangnya. Meletakkan rok dan jaket miliknya itu di dalam loker. Dia terbiasa dengan pekerjaannya. Dan, Vina memang sangat profesional sekarang. Tidak pernah tertarik dengan laki-laki mes*m dalam club malam. "Vina, kamu baru datang?" Suara seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke ruang ganti. Sontak mengejutkan Vina. "Ada apa?" Tanya Vina. "Bos mencarimu. Katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan padamu," ucap seorang wanita sembari menghisap rokok dua jari telunjuk dan tengah, tangan kanannya. "Kebiasaan, rokokmu jangan terlalu dekat denganku." Vina menjauhkan tangan wanita itu dari hadapannya. Dia memang tidak suka ada yang merokok di dekatnya. Apalagi asap rokok itu baunya menyeruak menusuk hidupnya. "Apa dia dari tadi mencariku?" Tanya Vina. "Siapa? Maksud Kamu, bos?" Tanya Wanita itu memastikan. "Iya, lah bos siapa lagi. Aku tadi sudah telepon dia kalau telat. Katanya ya, udah. Tapi dia hanya bilang jika dirinya ada hal penting. Hadi harus segera datang." Kata Vina menjelaskan. "Kamu enak, Vin. Telat tidak ada potongan. Bos terlalu memanjakanmu. Aku kemarin telat potongan gaji setengah hari." Gerutu Cika sedikit kesal dengan bos. "Cik... kamu punya pacar kaya. Kamu bisa minta aja sama pacar kamu. Kenapa kamu masih bekerja disini? Padahal rumah sudah ada. Tinggal tempati saja." Gerutu Vina seolah iri dengan kehidupan Cika temannya itu. Dia punya laki-laki yang sangat kaya. Dia dulu adalah langganan Vina di club itu. Bahkan sering sekali 2 hari sekali datang. Cika punya segalanya. Barang-barang mewah, tas, baju, jam tangan, sepatu bahkan juga semua yang di pakai barang-barang branded. Dia juga di berikan uang perawatan sendiri oleh kekasihnya. Cika mematikan rokoknya. Membuang putung rokok ke dalam tempat sampah yang tepat di belakangnya. Cika tersenyum menatap ke arah Vina. Cika memegang kedua lengan Vina. Lalu berbisik pelan padanya. "Jadi aku tidaklah enak. Apalagi pacaran sama orang yang sudah punya istri. Aku harus bersembunyi dari istrinya." "Lebih baik, kamu cari pacar yang masih single. Jangan suami orang. Tidak bisa hidup tenang. Pacaran saja harus sembunyi-sembunyi. Tidak bisa memiliki dia seutuhnya!" Jelas Cika. Bersandar sandar di rak ganti tepat di belakangnya. "Kenapa kamu pacaran sama dia? Jika kamu tidak merasa nyaman." "Aku sudah terlanjur cinta. Dia juga sudah memberikan aku segalanya." "Ya, sudah! Aku keluar dulu." Vina menepuk pundak Cika. Dan, segera pergi dari ruang ganti. Semua mata tertuju pada Vina. Seperti biasa. Dia terlihat sangat cantik jika berdandan. Gaun yang begitu elegan sepatu high heels yang tinggi. Serta rok pendek di atas lutut. Sontak membuat Vina lebih elegan saat bekerja di malam hari. Rambut carly yang sengaja di gurai panjang sepunggung. "Vina, bawakan beberapa minuman untuk sang bos. Kamu harus bisa membuat dia senang. Jangan sampai bos marah." Pinta seorang manajer club itu. Vina menoleh. Dia hanya menganggukan kepalanya. "Baiklah!" Kata Vina. Vina penuh semangat berjalan menuju ke ruangan vvip sembari membawa dua botol minuman dan satu gelas kosong. "Hai, cantik!" Seorang laki-laki dengan tangan kanan memegang satu botol minuman memeluk pundak Vina. Membuat wanita itu kesal. Beberapa kali dia menggerakkan pundaknya berusaha melepaskan pelukan laki-laki kurang ajar itu. "Tolong, lepaskan! Saya masih ada kerjaan." "Kamu temani aku!" "Maaf, saya tidak bisa." "Kenapa? Aku akan bayar kamu mahal," ucap laki-laki itu dengan tatapan mata penuh dengan hawa nafsu. "Maaf, tapi saya akan pergi ke ruangan Vvip. Bos sudah menunggu saya." "Berapa dia membayarmu?" Vina berhasil melepaskan dirinya dari pelukan laki-laki itu. "Hey... tunggu dulu!" "Kamu buru-buru mau kemana?" Tanya laki-laki itu menarik kembali tangan Vina. "Aku akan bayar kamu lebih dari ini." Sang manajer yang melihat adegan itu. Dia segera menghampiri laki-laki itu. "Maaf, saya akan carikan wanita lain untuk menemani anda minum." "Tidak, aku mau dia." "Maaf, tapi dia tidak bisa. Ada tamu yang sudah memesannya." "Aku tidak peduli." Ucapan laki-laki itu begitu lantang.. Sang manajer memberikan kode kedipan mata untuk segera pergi dari sana. Sementara dia meminta dua pengawal sang bos untuk membereskan laki-laki itu keluar dari club. Dia lebih mementingkan kenyamanan sang bos dari pada harus di pecat. "Jangan pergi!" Teriak laki-laki itu seketika membuat kehebohan di club malam itu. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan bingung. "Aku akan menyesali dengan harga mahal." "Tidak, bisa. Dia sudah ada yang menyewa, tuan!" Manajer berusaha berbicara merendah. Namun tetap saja laki-laki itu malah mendorongnya kasar. Tidak terima, pengawal itu memegang kedua tangan laki-laki itu. Mencengkeramnya sangat kuat. Lalu menyeretnya keluar. "Kurang ajar, lepaskan aku!" Pekik laki-laki itu. Vina pergi begitu saja. Meskipun beberapa kaki laki-laki itu memanggilnya. Vina sembako menoleh ke belakang. Melihat laki-laki itu diseret keluar dengan pengawal berbadan kekar yang mengenakan setelan jas hitam dan baca mata hitam pekat. Vina menghela napasnya. Dia melanjutkan lagi langkahnya tanpa pedulikan laki-laki itu. Sampai di ruangan sang bos. Seorang sudah membukakan pintu mempersilahkan Vina untuk masuk. Lalu laki-laki itu keluar dari sana. "Maaf, apa anda menunggu terlalu lama?" Tanya Vina. Dia meletakkan dua botol minuman. Lalu satu gelas kosong di atas meja. Vina sekilas menatap aneh laki-laki yang memakai topeng di depannya. Dia tampak sangat aneh. Namun, Vina merasa pernah bertemu laki-laki itu. Siapa dan dimana? Entahlah! Laki-laki itu terlihat begitu agresif. Dia menarik tangan Vina. Hingga wanita itu duduk di pengakuannya. "Maaf, tolong jangan seperti ini." Vina berusaha untuk berdiri. Laki-laki itu tidak mengijinkan Vina berdiri. "Jangan bergerak!" Tangan kanan laki-laki itu mencengkram rahang Vina. Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. "Kamu turuti apa yang aku inginkan. Jangan menolak. Aku bisa pecat kamu kapan saja." Kata laki-laki itu. Vina menelan salivanya susah payah. Napasnya terasa begitu berat. "Sekarang, a-apa yang harus aku lakukan?" Tanya Vina gugup. "Ci*m, aku!" Pinta laki-laki itu. "Apa?" Vina sontak terkejut mendengar hal itu. Dia bahkan belum pernah berci*man dengan laki-laki sebelumnya. "Apa tidak ada hal lain?" Tanya Vina. "Tidur!" "Nggak!" Tegas Vina. Dia beranjak berdiri. Menolak permintaan laki-laki itu. "Anda memang bisa melakukan apa saja. Tolong jangan paksa aku. Aku tidak mau melakukannya." Tegas Vina meninggikan nada suaranya. Laki-laki itu tersenyum simpul. "Kamu yakin?" Dia mendongakkan kepalanya. Tatapan mata yang begitu tajam itu membuat Vina gemetar takut. Dia melangkah mundur ke belakang. menatap was-was laki-laki di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD