BAB 6

1051 Words
Selamat membaca  ****** Dua motor melaju membelah jalanan di sore hari. Alfin yang berada di depan motor Arfan berhenti. "Kenapa?" Tanya Arfan "Kita langsung pulang Fan, Alena tidak enak badan" kata Alfin "Oh oke" jawab Arfan "Lena sakit?" tanya Angrum " pulang masuk angin Rum, aku akan pulang sekarang, Arfan hati-hati. Jangan macam-macam pada Angrum" kata Alena dan Arfan hanya mengangguk. "Lena hati-hati" kata Angrum lagi yang tidak ingin lagi apa yang Alena katakan kepada Arfan "Iya Rum." Dan kami terpisah. Arfan kembali melajukan motornya. Membiarkan hanya diam sampai akhirnya Arfan membawa motornya lurus tanpa membelokan ke Arah Rumah. "Kenapa kesini?" "Lalu harus kemana?" Tanya Arfan "rumahku memang di sini" lanjutnya "Arfan jangan bercanda. Cepat putar Arah pertigaan menuju rumahku ada di belakang." Kata Angrum nadanya sedikit panik. "Siapa yang bercanda? Malam ini aku akan mengizinkanmu pergi. Tapi aku harus pulang dulu ke rumah untuk mengganti bajuku." Jelas Arfan "Tapi aku belum meminta izin untuk pulang lebih sakit" jawab Angrum "Jangan khawatir Alena sudah menyetujui itu." "Waaah bahkan Alena juga tau hal ini. Menyebalkan !." Kata Angrum Hingga akhirnya sampai di depan Rumah Arfan. Angrum masuk dan duduk diruangan tamu lalu seorang wanita melewati baya menghampiri Angrum "Temanya Arfan?" "Eh iya" jawab Angrum tersenyum "Saya Anih pembantu rumah tangga di rumah ini" lanjutnya memperkenalkan diri "Saya Angrum, ikut Arfan" kata Angrum "Baru pertama kesini ?" Tanyanya "Iya" Jawab Angrum "Berarti aku bukan salah. Karena biasanya kamu bukan yang sering kesini." "Oh memangnya Arfan sering membawa wanita ke rumah ini?" Tanya Angrum mulai penasaran "Dulu, sekitar dua tahun yang lalu Arfan memang sering membawa wanita yang sama ke rumah ini" jawab Bi Anih Tak perlu Angrum bertanya lagi karna Arfan datang. "Yasudah, saya ke dapur lagi" kata Anih dan Angrum hanya mengangguk "Makasih" kata Arfan pada Anih. "Ayo minum, tadi katanya haus" kata Arfan dan duduk di sebelah Angrum "Iya" jawab Angrum dan meminumnya "Nanti jam lima kamu antar pulang" kata Arfan yang menunggu Angrum yang minum "Sekarang saja. Ayo" kata Angrum "Nanti, aku masih cape " " Sekarang saja. Aku ingin pulang sekarang " " Yasudah, kamu bisa pergi sendiri " " Kamu memang menyebalkan "Ketus Angrum " Kenapa kamu marah-marah menerima? " Tanya Arfan, "Tidak, aku tidak marah-marah." Masih ketus "Kamu marah sama aku?" Tanya Arfan serius dan menatap Angrum lekat dengan jarak yang tidak terlalu jauh membuat Angrum diam. "Tidak" "Sekarang jujur menyetujui, kamu benar-benar marah? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi" "Ar" kata Angrum "Iya?" Tanya Arfan "Maafin aku kalau aku marah-marah padamu. Aku hanya ..." Arfan mengangkat alisnya meminta penjelasan lebih lanjut "Hanya?" Tanya Arfan dan semakin mendekati pertemuan. Jantung Angrum berdetak lebih kencang. "Ar mundur" kata Angrum dan Arfan hanya tersenyum tertahan melihat wajah Angrum yang memerah dan sedikit gelisah. "Jawab dulu. Nanti aku akan mundur" jawab Arfan "Hanya Ingin meminta jarak denganmu. Di hari kecelakaan itu paginya Aku ditampar Anita." "Maaf, aku mengatakan ini padamu. Aku tidak ingin membantah tentang ini. Tapi aku fikir aku harus jujur atas pertanyaan yang diajukan. Tapi kamu harus berjanji, kamu tidak akan mempermasalahkan ini. " Jelas Angrum masih tertunduk, “Kamu tidak perlu takut. Jawab Arfan bertingkah seperti menjadi pacar yang posesif. "Iya aku berjanji. Sekali lagi aku minta maaf" kata Angrum "Iya" jawab Arfan tersenyum dan Angrum pun tersenyum. "Emmh Kamar mandi di sebelah mana?" Tanya Angrum "Di sana" Kamar mandi dan kamar mandi tamu. Foto terus berjalan sambil melihat-lihat foto yang ada di dinding. Satu foto yang menarik perhatian Angrum. Foto dengan pigura besar ada Arfan Ada Meskipun kelihatannya foto itu di ambil sudah cukup lama. Angrum memperhatikannya menebak wanita yang ada di foto itu adalah Ibunya Arfan, kemudian laki-laki itu Ayahnya dan siapa gadis kecil yang berada di samping Arfan dan Angrum berfikir itu Adiknya Arfan. Keempatnya terlihat senang tersenyum dengan riang. "Aku kira fikir kamu pingsan di kamar mandi. Ternyata di sini" Suara itu tiba-tiba dan ikut berdiri di sebelah Angrum "Eh maaf aku sudah lancang melihat-lihat. Aku hanya tidak sengaja melihat." Kata Angrum enak tidak enak "Santai saja." Jawab Arfan dan ikut memperhatikan fotonya "Itu Ibu Ayah sama Adik kamu?" Tanya Angrum dan Arfan mengangguk "Lalu Adik kamu sekarang mana? Sekolah? Di mana? Cantik. Kayanya berumur gak jauh beda darimu" Kata Angrum sambil terus memperhatikan gadis yang ada di foto itu. "Namanya Aina Nisrin Gabriel berumur kami hanya selisih satu tahun. Dia tidak ada di sini dia pergi meninggalkanku, ibu dan ayah dua tahun yang lalu" jawab Arfan pelan "Dia sekolah di luar negeri?" Tanya Angrum dan Arfan diam, "Ibu kamu? Ayah kamu belum pulang?" Dan Arfan masih diam "Eh minta maaf aku sudah meminta banyak hal" lanjut Angrum yang mengaku tidak enak melihat diamnya Arfan. Suatu saat kamu akan jadi wanita pertama yang akan ku ajukan semuanya. Arfan berbicara di dalam ucapan. "Sudah jam lima, mau menginap di sini dan menemaniku?" Tanya Arfan "Tidak, aku ingin pulang, pulang" kata Angrum dan Arfan setuju. Angrum berjalan keluar setelah pamit ke Anih Motor Arfan berhenti di depan rumah Angrum. Dengan cepat Angrum naik dan segera berjalan kemudian dia membalikkan badannya dan melihat Arfan masih di atas motor. "Kenapa kamu masih di atas motor. Ayo, tanya kamu akan minta izin pada ibuku untuk pergi bersamaku malam ini?" Kata Angrum "Aku akan masuk. Tapi aku hanya akan mampir memanggil. Kita mau pergi malam ini, kamu pasti capek, jadi istirahat saja "jawab Arfan " Iya. " Jawab Angrum dan seluruhnya masuk. "Buuuu" panggil Angrum pada mama. "Eh sudah pulang? Kenapa kerja kelompoknya lama sekali?" Tanya izin dan Angrum hanya mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud dari kerja kelompok itu "Eh Arfan, ayo masuk" lanjut Ibu Angrum "Iya tante terimakasih" jawab Arfan lalu masuk dan duduk "Mau minum apa?" "Jangan repot-repot tante, aku hanya suka itupun karena dipaksa Angrum, katanya takut Tante marah dia pulang paling malam" jelas Arfan Sejak kapan dia bisa ngomong panjang lebar. biasanya dia hanya sedikit bicara. Kata Angrum di dalam emosi. "Tenang saja Angrum. Ibu tidak akan marah kalau soal pelajaran" Kata Ibu Angrum dan Angrum hanya tersenyum tidak jelas dan Arfan hanya memandang expresi Angrum yang sangat terlihat bingung. "Yasudah nak Arfan duduk dulu saja. Tante akan ambilkan minum." Dan Arfan Hanya mengangguk "Siapa Yang Bilang aku belajar Kelompok? Bohong Sekali. Aku diculik Bukan belajar Kelompok" Gerutu Angrum didepan Arfan "Alena Memang Luar Biasa" Arfan Tersenyum "Kalian Memang menyebalkan" Jawab Angrum Dan Arfan Hanya Tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD