BAB 12

1494 Words
Selamat membaca  ***** "Sudah ada kabar tentang kelompok Angrum?" Tanya Alwi untuk yang sama-sama pergi di hutan. "Belum" jawabnya "Ayo, cari yang benar" bentaknya "Ini juga semuanya mencari. Kamu tidak perlu marah-marah seperti itu. Memangnya siapa yang menginstal Arah sampai jadi salah begini. Kamu bukan?" Panitia teman wanita Alwi yang bernama Anisa terlihat kesal "Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan sekarang!" Kata Alwi. "Aku tau. Kamu khawatir tentang Angrum bukan? Aku sangat mengerti, tapi tidak suka ini. Kita hanya perlu mencari tidak perlu dengan log tapi dengan teruskan kaki" kata Anisa mengingatkan "Maaf Nisa. Aku sangat mendorong dengan keadaan ini." Kata Alwi. *** Semuanya terus mencari kelompok Arfan. Sampai akhirnya semuanya bertemu dan semuanya kembali ke tempat awal dengan Angrum yang terus meringis saat Arfan yang memapahnya. "Rum kamu kenapa?" Tanya Alwi nadanya terdengar sangat khawatir "Sekiranya akan membuat bahaya orang lain, acara seperti ini tidak perlu di agendakan" kata Arfan dan segera berhasil memapah Angrum ke posko kesehatan. Anisa pulih mengambil semua peralatan untuk menyembuhkan luka Angrum. "Apa yang terjadi?" Tanya Anisa pada Arfan "Jatuh tersandung akar pohon" jawab Arfan "Apakah perlu di jahit?" Tanya Arfan nyengir seperti orang kesulitan "Tiga sampai empat jaitan" jawab Anisa sambil menjaga luka Angrum. "Kenapa kamu jadi takut, yang akan di jahit aku, bukan kamu?" Tanya Angrum "Aku merasa takut saja. Kulit di jahit, biasanya juga baju yang di jahit" jawab Arfan. "Jangan nyasar-nyasar makanya kalian" kata Anisa "Panitia yang salah. Bikin tanda petunjuk arah tidak benar." Ketus Arfan "Bukan salah panitia Ar salah tandanya aja." Angrum ikut bicara "Sudah. Aku atas nama panitia minta maaf ini memang kesalahan panitia" jawab Anisa ** "Aku minta maaf" kata Alwi, siang itu di depan tenda Angrum di saksikan Ketiga sahabatnya yang menguping di balik tenda. dan di saksikan Arfan dan Alfin dari kejauhan. "Tidak apa-apa. Aku dan kelompok ku juga minta maaf sudah membuat repot dan membuat acara ini jadi tidak kondusif." "Iya Rum" kata Alwi Semuanya bersiap untuk pulang. Begitupun dengan Angrum dan ketiga sahabatnya bersiap untuk pulang. Angrum berdiri sambil memegang handphone nya untuk segera menghubungi ibunya, untuk menjemputnya. "Bisa naik motor?" Tanya Arfan tiba-tiba. "Tidak bisa, aku akan naik taxi atau di Jemput" jawab Angrum "Aku akan mencarikan mu taxi. Ayo kita jalan kedepan" kata Arfan dan Angrum mengangguk "Yang lain kemana?" Tanya Arfan "Sudah pulang masing-masing di jemput" lanjut Angrum Arfan menyetop taxi dan Angrum masuk. "Aku akan mengikuti mu dari belakang." Kata Arfan lagi memasukan kepalanya ke kaca taxi "Tidak perlu. Kamu juga harus pulang, harus istirahat" kata Angrum Tanpa menjawab lagi Arfan memundurkan kepalanya dan menuju motornya. Akhirnya mereka sampai di depan rumah Angrum. Arfan membukakan pintu taxi untuk Angrum. "Makasih Ar" kata Angrum dan berpegangan erat pada tangan Arfan. Ibu Angrum terpongoh-pongoh menghampiri Angrum yang terlihat dipapah Arfan. "Kamu kenapa? Apa yang terjadi" Tanya ibunya khawatir "Angrum terjatuh saat kegiatan, tapi sudah di obati dan akan segera membaik" Jawab Angrum "Kamu tidak hati-hati" "Iya. Dia ceroboh. Angrum tidak bisa diam. Dia terlalu suka melihat bunga di bandingkan melihat jalan yang dia lewati" kata Arfan "Iya dia memang tidak bisa diam jika sudah melihat bunga-bunga hutan. Dia sangat suka bunga Lion Lion itu " "Dandelion Ibu bukan Lion Lion" jawab Angrum "Iya itu. Yasudah, ibu akan ambilkan minum dan makanan dulu" kata Ibunya Angrum. "Tidak perlu repot. Aku akan pulang sekarang" kata Arfan "Kenapa pulang. Ibu udah memasak makanan sangat banyak untukmu dan Angrum." Kata Ibunya. "Arfan masih ada urusan lain yang tidak bisa Arfan tinggalkan." Kata Arfan "Oh begitu. Yasudah, kalau begitu tunggu sebentar kamu harus membawa makan yang sudah Ibu masak. Kamu harus memakannya. Jika dingin kamu bisa menghangatkan nya lagi. Tunggu disini" kata ibunya Angrum dan pergi ke dapur lalu kembali dengan tempat makan yang besar. Arfan merasa tidak enak. Tapi ibunya Angrum terus memaksa, jadi Arfan setuju untuk membawanya pulang. *** KenAngrum 'pulang sekolah mau.ikut ke toko buku? AryoArfanG 'ayo' KenAngrum 'aku senang' AryoArfanG 'aku akan menjemputmu ke kelas' KenAngrum 'kita akan bertemu di gerbang saja' AryoArfanG 'tidak mau' KenAngrum 'yasudah. Jangan buat aku menunggu lama. Alena Aluna dan Adelia akan pulang cepat hari ini' AryoArfanG ' iya Nona' Arfan melewati koridor panjang menuju kelas Angrum. "Mau tidur dikelas?" Tanya Arfan melihat Angrum yang menyimpan kepalanya di atas meja "Kamu sangat lama" kata Angrum ketus "Aku minta maaf. Sudah, ayo kita pergi" kata Arfan lagi dan Angrum berjalan disamping Arfan menuju parkiran dengan muka di tekuk. Arfan membukakan pintu mobilnya untuk Angrum. Hari ini dia membawa mobil ke sekolah karena motornya yang sedang dibengkel. Angrum hanya diam dengan muka masih di tekuk saat berada didalam mobil. Arfan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan lalu turun dan kembali dengan sebuket bunga mawar putih dan sebuket kecil bunga Dandelion yang membuat mata Angrum ingin mengambilnya namun dia kembali menekuk mukanya. Arfan yang merasa suka melihat Angrum marah hanya diam saja. "Rum?" "Hemh" jawab Angrum ketus "Ke toko buku mana?" "Gak jadi!" "Gak jadi ke toko buku?" "Iya" "Terus mau kemana?" "Terserah. Eh pulang aja!" Kata Angrum lagi masih ketus Arfan hanya tersenyum samar dan membelokan mobilnya ke arah yang lain bukan ke toko buku atau pulang ke rumah Angrum "Pertigaan ke Rumah aku ada di belakang Arfan." Arfan diam "Arfan!" Arfan masih diam "Arfan!" Angrum mulai kesal Arfan masih diam "Arfan sangat menyebalkan." bibir Angrum naik dan Arfan tersenyum melihat Angrum Arfan memarkirkan mobilnya di sebuah tempat parkir. "Ayo turun" kata Arfan tanpa menjawab Angrum langsung turun "Ko ke Tempat pemakaman umum, Mau ngapain?" Angrum heran dan tanpa menjawab Arfan berjalan sambil membawa sebuket bunga mawar putih yang tadi di belinya. Angrum yang sedikit Parno tentang kuburan dan sejenisnya berjalan disamping Arfan. Sampai akhirnya Arfan berhenti disebuah kuburan lalu jongkok dan menyimpan bunga itu di atas Batu nisan yang bertuliskan Aina N Gabriel binti Agung Gabriel. Angrum langsung menutup mulutnya mengingat nama itu adalan nama Adik perempuan Arfan yang pernah Angrum lihat fotonya dan Arfan menyebutkan namanya. Arfan mengangkat tangannya dan diakhiri dengan mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya. "Hai Na, maaf kakak baru kesini, Minggu-minggu ini kakak sibuk bersama orang yang spesial di hidup kakak sekarang. Na, Aku akan berubah demi kamu dan karena orang yang sedang bersama kakak sekarang." Arfan berbicara sendiri lalu dia menatap Angrum yang berada di sampingnya dan tersenyum "Kenalin Na, namanya Angrum Ken Nophelia dia Orang spesial di hidup kakak sekarang, dia yang membuat kakak sadar bahwa tidak seharusnya kakak larut dalam kesedihan tentang kamu, dia suka bunga Dandelion, bunga yang tidak kamu sukai tapi kamu selalu tertarik untuk meniupnya sampai habis" lanjutnya Angrum diam dengan mata yang mulai berkaca-kaca mendengar semua ucapan Arfan di depan batu nisan. Ada perasaan sedih yang bercampur bahagia saat Arfan mengatakan dirinya sebagai orang yang spesial dan berubah karena adanya dia. "Tepat dua tahun besok. Kakak janji akan mengikhlaskan semuanya mulai hari ini. Kamu harus berterimakasih kepada wanita ini. Dia memberikan semangat baru pada kakak untuk mengikhlaskan semuanya. Mamah baik Na, dia selalu berdoa yang terbaik untukmu." Lanjutnya serius kemudian menatap Angrum yang hanya diam "Kenapa menangis? Sudah, aku baik-baik saja." kata Arfan pelan melihat Air mata Angrum yang mulai berjatuhan tanpa Angrum sadari. Angrum cepat menghapusnya lalu tersenyum menatap Arfan "Aina Adek perempuan kamu?" Tanya Angrum nadanya sedikit bergetar. Arfan mengangguk "Dia meninggal dua tahun yang lalu tepat di hari aku lulus dari SMP. Dia meninggal jadi korban tabrak lari karena aku yang bodoh meninggalkan dia di sekolah. Dulu aku sangat berandalan Rum, aku selalu punya urusan dengan preman-preman dikota ini. Aku selalu bertengkar dengan mereka, emosi ku tidak terkontrol sampai akhirnya ada salah satu preman yang meninggal. bukan karena aku, tapi karena teman satu kelompoknya juga, dia kecelakaan motor tapi aku yang dituduh karena aku disangka sedang mengejar dia sampai dia tabarakan, sejak saat itu mereka dendam kepadaku, sampai suatu hari aku lulus dari SMP, dia masih kelas dua saat itu.  dia membeli  kado dan coklat untukku, tapi saat itu aku pergi karena ada acara lain dirumah temanku, sampai akhirnya Aina nelpon dan aku menyuruh nya untuk menunggu disekolah karena aku akan menjemputnya. tapi aku lupa dan ingat saat hari mulai gelap, aku langsung berangkat ke sekolah buat menjemput Aina dengan terburu-buru, sampai akhirnya sekolah sudah benar-benar sepi dan aku aku bertanya-tanya dimana Aina. Ternyata Aina baru saja pulang, mungkin saat itu dia merasa kebingungan karena handphone nya juga mati. Aku langsung putar balik sampai akhirnya aku menemukan sekumpulan orang yang sedang berkerumun ditengah jalan, Aina ada di antara kerumunan itu dia jadi korban tabrak lari dan penyebab utamanya dia dikejar-kejar preman yang menjadi musuhku, mereka tau dia adik ku, mungkin mereka gak ada maksud untuk membuat Aina sampai meninggal tapi penyebabnya tetap mereka." Cerita Arfan berakhir dan pertahanan untuk membentengi air matanya agar tidak turun hanya sia-sia. Arfan langsung memeluk Angrum dengan erat tangisnya pecah dipelukan Angrum. Tidak ada Canggung lagi untuk Angrum saat ini. Angrum ikut menangis pelan. dan mendesak menepuk-nepuk pundak Arfan pelan. Kini yang dilihat Angrum bukan gambar Arfan yang terlihat dingin. sekarang Arfan hanya laki-laki yang sedang menangis bak kecil yang diambil mainannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD