BAB 13

1269 Words
Arfan bangun dari pelukan Angrum dan tersenyum menatap Angrum. "Maaf" ucapnya pelan dan Angrum hanya mengangguk tersenyum dan berjinjit karena mengusap Air mata Arfan dengan kedua telapak tangan diaktifkan secara langsung. Arfan hanya diam dan menatapnya tersenyum. Jangan nangis. Nanti aku terluka juga. Kata Angrum di dalam kemenangan. Membahas berjalan menuju mobil. "Nih" Arfan menyodorkan buket bunga dandelion yang dia beli "Untuk aku?" Tanya Angrum dan Arfan mengangguk "terima kasih" lanjut Angrum dan Arfan hanya diam menjalankan mobilnya. "Langsung pulang?" Tanya Arfan "Terserah" jawab Angrum "Mau makan dulu?" "Aku masih kenyang" "Kalau begitu kita pulang saja" dan Angrum mengangguk setuju, "bunga nya jangan ditutup-tutup nanti saat terbang." Lanjut Arfan "Takdir bunga dandelion itu untuk di tiup, biarkan dia terbang terbawa angin sampai akhirnya dia berhenti dan berlabuh di tempat yang tepat dan hidup kembali, tetapi dia berlabuh di tempat yang gersang dia akan tetap hidup dan tumbuh dengan baik. Aku suka bunga dandelion, filosofi nya aku harus suka bunga ini, yang bebas terbang kemanapun terbawa angin semilir dan kapan saja aku akan berlabuh di mana saja aku harus tetap hidup sesuai dengan keadaan yang mungkin tidak baik. bunga ini punya arti buat aku setiap jengkal bunga itu sementara arfan selalu menatapnya. "Aina bilang bunga dandelion itu lemah, dia pergi kemana angin membawanya. filosofi nya seperti orang yang selalu terbawa arus orang lain." Kata Arfan. "Setiap orang punya persepsi berbeda-beda Ar" kata Angrum tersenyum. Keduanya Sampai didepan sebuah rumah. itu rumah Angrum. "Mampir dulu?" Tanya Angrum "Tidak aku harus pulang. Salam untuk ibumu" "Iya nanti aku akan mengatakannya pada Ibu . Kamu jangan menangis" goda Angrum "Tadi aku hanya kelilipan saja" jawab Arfan "Haha alasan!" "Yasudah aku akan pergi sekarang' "Oke hati-hati. Kabari aku" "Iya" kata Arfan dan masuk kedalam mobilnya dan melajukannya setelah Angrum melambaikan tangannya. Angrum tetap diam melihat mobil Arfan sampai hilang tapi hanya berjarak beberapa meter mobilnya terlihat mundur dan berhenti disamping Angrum. "Kenapa?" Tanya Angrum dan menghampiri kaca mobil Arfan yang terbuka "Terimakasih untuk hari ini" ucapnya lembut "Sama-sama" jawab Angrum dan membalas senyumnya dan Arfan mencubit pipi Angrum gemas. "Awwww" Pekik Angrum dan memundurkan kepalanya "Arfaaaaaan" pekik Angrum dan Arfan hanya memamerkan sederet gigi putihnya lalu pergi dengan senang. *** "Sudah pulang" sapa Anih menyapa Arfan. "Iya. Ayah pulang?" Tanya Arfan "Iya" "Dengan siapa?" "Saya tidak tau, tapi dengan perempuan" "Oh, saya masuk dulu" lanjut Arfan dan pergi setelah Anih mengangguk. Arfan berjalan ke ruang tengah. Ayah Arfan sedang duduk dan menghisap rokok di samping seorang perempuan. "Kamu sudah pulang Fan?" Tanya Agung. Ayah Arfan. Arfan hanya diam tidak menjawab "duduk dulu disini" lanjutnya lagi dan Arfan masih diam dengan mata yang fokus ke hpnya "Arfan kamu tidak bisa mendengar ayah bicara padamu?" Tanya Agung. Nadanya sedikit tinggi. "Cckk" Arfan lalu duduk "Kenalin April. Ini anak saya, namanya Aryo Arfan. Arfan kenalin, ini Tante April dia calon mamah baru kamu." Kata Agung yang membuat Arfan sangat kesal dan menatap Ayahnya dengan sorot mata tajam. "Ayah tidak punya hati?" Tanya Arfan langsung berdiri "Apa maksud kamu?." "Ayah, Mamah sedang berjuang untuk memperjuangkan hidupnya melawan penyakitnya. Lalu ayah dengan mudahnya cari pengganti Mamah?" Kata Arfan nadanya cukup tinggi "Maksud ayah tidak seperti iyu. Ayah mencari istri, supaya ada yang bisa mengurus mu, memperhatikan kamu." Jelasnya "Ayah! Mamah sakit sekarang, itu semua gara-gara ayah. Arfan tidak mau diurus oleh orang asing. Arfan bisa urus diri Arfan sendiri, ada Anih yang urusin Arfan. Ayah! Ayah seharusnya sadar Ayah dari dulu hanya menyia-nyiakan Mamah dan Arfan, sekarang apa lagi yang ayah lakukan? Ayah! Uang saja tidak cukup untuk membeli segalanya, Arfan tidak butuh uang, Arfan butuh Ayah yang bisa sayang sama Mamah. Mamah sedang sakit Ayah!" Kata Arfan nadanya memang sangat tinggi emosinya sudah sampai di ubun-ubun. "Ayah sayang sama kamu, makanya Ayah mencari ibu buat kamu. Supaya bisa ngurus kamu. Keadaan Mamah kamu sekarang sudah tidak bisa diharapkan lagi, semua orang tau penyakit itu tidak ada obatnya." Nada Agung tak kalah tinggi Tanpa berkata apa-apa lagi Arfan langsung pergi sesaat setelah menjatuhkan vas bunga yang ada di meja dengan sengaja sebagai bukti kemarahannya. "Shiiit" ucap Arfan meremas rambutnya lalu menjatuhkan badannya ketempat tidur. KenAngrum 'Ar?' AryoArfanG 'aku sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu' KenAngrum 'oke' *** Hp Angrum berbunyi dimeja belajarnya. Vidio call. "Selamat pagi nona" "Pagi Ar. Ada apa?" "Jadi jalan kan?" "Iya" "Sudah mandi?" "Sudah" "Setengah jam lagi aku jemput" "Oke" dan Arfan hanya tersenyum dan menutup nya. Angrum bersiap-siap entah bagaimana rasanya hari ini dia ingin terlihat lebih cantik. "Kamu mau kemana? Kenapa memakai make up setebal iti?" Tanya Arsya yang melihat Angrum berjalan melewatinya yang sedang duduk di depan tv "Hah? Benarkah? Make up aku terlalu tebal?" "Iya" "Aduh" Angrum celingukan mencari kaca untuk mengeceknya. "Haha sebenernya tidak terlalu tebal. Tapi tidak seperti biasanya saja. Memangnya kamu mau kemana?" Tanya Arsya. "Pergi jalan" "Sama Arfan?" Tanya Arsya. Arsya tau siapa Arfan karena beberapa kali dia sudah bertemu setelah ibunya yang menceritakan bahwa Angrum membawa teman laki-laki ke rumah. "Iya, tapi sama yang lain juga. sama Adelia sama Aluna sama Alena." "Sama Adelia?" "Iya, kenapa?" "Tidak apa-apa" "Kenapa? Sepertinya ada sesuatu" Goda Angrum "Sudah, tuh mobil Arfan sudah sampai" kata Arsya dan benar saja Arfan masuk dan langsung menyapa Arsya. "Sudah siap?" Tanya Arfan dan Angrum mengangguk. "Kak aku izin untuk membawa Angrum sebentar." kata Arfan sopan "Oke, jangan pulang larut malam" "Oke" jawab Arfan "Kalau Ibu pulang, katakan aku pergi bersama Arfan dan teman-teman ku yang lain" kata Angrum "Iya" jawab Arsya ** "Ibumu kemana lagi?" Tanya Arfan sesaat setelah berada di dalam mobil Arfan "Pergi, ada urusan" "Oh" "Aku akan memutar lagu. Apakah tidak masalah?" kata Angrum "Tentu saja. Silahkan Nona" Seketika lagu 'Anji' terdengar memenuhi mobil "Sampai habis umurku, sampai habis usia, maukah dirimu jadi teman hidupku" Angrum ikut bernyanyi Arfan hanya diam tersenyum samar sesekali melihat Angrum yang ikut bernyanyi menggoyangkan  kepalanya  ke kanan kiri dan mengetuk-ngetuk jari telunjuk kepahanya. Sampai habis umurku sampai habis usia pokonya Lo harus tetep jadi temen hidup gue. Kata Arfan di dalam hati. Keenam remaja itu sampai disebuah mall semuanya terlihat sangat senang termasuk Angrum yang tidak mau diam melihat-lihat semua yang ada disana. "Lucu banget si" kata Angrum berdiri disebuah tempat kacamata "Mau?" Tanya Arfan "Eh, lucu nggak?" "Lucu" "Iya emang lucu, Minggu depan deh kisini lagi. Gak boleh ada yang beli" kata Angrum entah melarang kepada siapa yang jelas dia langsung pergi menuju tempat sweater berjejer. "Jadinya beli apa Rum?" Tanya Aluna menghampiri Angrum yang berada di depan kasir. "Beli sweater aja, mumpung sale soalnya hihi" "Shoping sama Angrum pasti beli sweater" protes Alena "diakan Alergi dingin yang dibeli pasti sweater lah yang akan membuat dia hangat" kata Adelia terkekeh "Haha tepat" "Beli apa Fan?" Tanya Alfin "Kacamata" "Oh" "Yuk ah makan" ajak Aluna Dan semuanya setuju untuk menuju foodcourt. Hampir pukul dua siang, semuanya bergegas untuk pulang apalagi Alena dan Aluna yang sudah di telpon orangtuanya untuk segera pulang. "Thank's for to day.  Aku akan pulang sekarang. Ngomong-ngomong Adel kamu ikut saja dengan kami, nanti Alfin akan mengantarmu" Kata Aluna "Tidak, terimakasih. Aku masih ada acara" "Mau kemana nih?" kata Alfin "Tidak perlu tahu" "Yasudah aku sama Angrum akan pergi sekarang. semuanya hati-hati pokonya kalau udah sampe kabar-kabar di group" saran Arfan "Oke yasudah ayo berangkat" kata Alfin "Kamu hati-hati Del, masih nunggu jemputan kan?" Tanya Angrum "Iya aku akan hati-hati. Tidak akan dikejar-kejar preman sepertimu" kata Adelia tersenyum dan semuanya pergi menyisakan Adel yang menunggu seseorang. Cukup lama Adelia berdiri sampai akhirnya sosok laki-laki itu datang. "Sorry nunggu lama" kata Arsya "Udah biasa nunggu." Jawab Adelia "Jangan marah, ayo cepat sudah mau malam" Adelia setuju dan naik motor Arsya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD