BAB 4

1430 Words
Selamat membaca!  *********** Arfan masuk ke sebuah ruangan dengan ukuran yang tidak terlalu besar seperti apartemen kecil dan semuanya berwarna putih. Seorang wanita paruh baya berbadan kurus dengan garis wajah yang cantik terlihat sedang duduk di kursi dan membaca majalah. "Hai" sapanya, "Hai Mah, sedang apa?" Tanya Arfan. "Sedang santai bersama majalah, apakah kamu sudah makan?" "Sudah. Mamah sudah makan?" "Sudah, Mamah sudah makan. Kenapa kamu pulang lebih cepat?" "Ada rapat guru, jadi semuanya pulang lebih cepat" "Oh begitu." "Mamah ingin sesuatu? Arfan akan membelikannya untuk Mamah" "Tidak. Mamah tidak ingin apa pun. Kamu di sini saja itu sudah cukup" "Iya Mah, Arfan tidak akan pulang cepat ko. Tenang saja" "Oh yah? Baiklah, Mamah akan tidur sekarang." Ibunya beranjak dari kursi menuju tempat tidur. Arfan duduk di samping tempat tidur, melihat yang  sudah terlelap. Hp Arfan bergetar tanda pesan masuk Alfin Nugraha 'kamu dimana?' AryoArfanG 'aku sedang menemani ibuku, kenapa? " AlfinNugraha 'Angrum' Hanya itu membalas dari Alfin selanjutnya dia sedang mengetik pesan yang lainnya. AryoArfanG 'Apa yang terjadi dengan Angrum?' Alfin Nugraha 'Angrum masuk Rumah sakit, kepalanya terbentur saat sedang berjalan, karena di kejar kumpulan preman' AlfinNugraha 'Aku tidak sedang bercanda. Ini serius. Aku dan Alena yang menemukan Angrum di jalan sedang berada di tengah kerumunan orang-orang yang menunggu ambulans datang' AryoArfanG 'kamu di Rumah Sakit?' AlfinNugraha 'aku akan kesana setelah urusanku selesai. Ada Alena di rumah sakit ' Tanpa membalas pesan Alfin, Arfan segera keluar dari kamar setelah sebelumnya dia menitipkan pesan kepada suster untuk ibunya bahwa dia pergi.  Arfan berjalan cepat melewati koridor dengan pintu-pintu ruangan di sepanjang koridor. Arfan langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Yang ada di pikiran Arfan saat ini hanya Angrum dan masa lalu kelam nya. "Gimana Angrum?" Tanya Arfan kepada Alena saat Arfan sudah sampai di rumah sakit. "Kita semua belum mengetahuinya, dia masih di tangani dokter," jawab Alena. Semuanya diam sampai bu Angrum datang. "Ibu" kata Alena menyapa dan langsung bersalaman. Begitupun dengan Aluna dan Adelia. "Mana Angrum?" "Masih di dalam. Jangan cemas Angrum sedang di tangani dokter. Dia pasti akan baik-baik saja." Jawab Adelia Arfan ikut bersalaman namun tidak dihiaraukan oleh ibunya Angrum bahwa Arfan adalah laki-laki yang telah beberapa kali mengantarkan Angrum pulang. Dokter keluar mengatakan bahwa Angrum tidak apa-apa dia hanya syok dan luka di hanya  luka kecil. Dan akan segera sadar. "Gimana Angrum?" Tanya Alfin yang baru sampai "Dia baik" jawab Arfann yang sudah berada di luar tanpa menunggu Angrum sadar. "Terus kamu akan pergi?" "Tentu saja, aku sudah tahu dia baik-baik saja. Di dalam banyak yang menjaganya" Jawab Arfan dingin. "Aku akan pergi sekarang" kata Arfan tanpa persetujuan Alfin Arfan sudah melaju dengan motornya membelah langit senja hari itu. Alfin hanya diam melihat Arfan pergi. Dia faham keresahan sahabatnya sekarang. "Bodoh! Kenapa kamu tidak mau saat ku ajak pulang!" Kata Arfan di atas motornya yang melaju. ** "Dari mana?" Tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah ayah Arfan "Bukan urusan ayah" jawabnya singkat dingin dan langsung pergi ke kamar. "Jika ada yang berbicara dengan kamu, kamu harus menjawabnya dengan sopan. Apakah kamu tidak tahu sopan itu apa?" Makinya dan Arfan hanya bisa dijalankan tanpa menghiraukan apa yang dilakukan. "Sial" ucapnya melempar jaketnya dan menjatuhkannya ke tempat tidur. Arfan Sejenak memejamkan mata. Fikir Arfan melayang. "Cewek bodoh" ucap Arfan. Yang di maksud Arfan adalah Angrum yang tidak mau dia ajak pulang tanpa alasan. kembali ke satu Minggu yang lalu setelah 3 hari pertengkaran Aluna dan Anita di kantin. "Rum?" Tanya Arfan siang itu di koridor sekolah saat Angrum lewat itu sendiri "Iya? Angrum menjawab " Duduk "kata Arfan dingin " Mau apa? "Tanya Angrum " Duduk saja temani aku "kata Arfan yang membuatmu Angrum melebar " Hah? " " Iya temani aku "Sekarang dan menarik tangan Angrum sampai duduk di sebelahnya. " Aku ini aku duduk "kata Angrum ketus " Sekarang aku tau! " "Tau apa?" "Tau itu kamu adalah wanita" "Tidak lucu!" "Aku tidak sedang membuat kelucuan" "Terserah!" Dengus Angrum kesal "Masih panas?" "Apa?" "Pipi kamu" "Oh tidak, aku sudah baik-baik saja" "Syukurlah. Aku akan pergi sekarang" kata Arfan dan pergi meninggalkan Angrum "Astaga. Dia sangat menyebalkan" kata Angrum ** Angrum berdiri di depan gerbang menunggu jemputannya. "Hai" sapa seseorang di belakang. Itu Alwi diatas motornya "Hai" jawab Angrum tersenyum "Belum pulang?" "Belum" "Mau bareng?" Tawarnya "Oh tidak, aku menunggu jemputan ku" kata Angrum "Serius? Ini sudah sore" Kata Alwi "Iya aku serius. Kalau aku bersamamu nanti bagaimana nasib yang menjemputku dia akan bingung." Jelas Angrum "Oh begitu. Siapa yang menjemputmu? Pacarmu?" Tanya Alwi "Bukan. Ibuku yang menjemputku" jawab Angrum "Oh haha aku fikir pacar, yasudah aku akan pergi sekarang. Kamu hati-hati di sini" katanya dan pergi setelah Angrum mengangguk. "Ayo naik" sesaat setelah Alwi pergi. Itu adalah Arfan "Tidak. Ibuku akan menjemputku" kata Angrum "Yakin?" Tanya Arfan. Belum sempat Angrum menjawab hp-nya sudah bergetar "Hallo Bu?" "............." "Iya, aku udah keluar dari tadi" "............." "Oh begitu, tidak apa-apa aku akan naik taksi. ".............." "Iya Bu, ibu hati-hati" Arfan hanya diam. Arfan memperhatikan setiap hal dari wajah Angrum sejak pertama Angrum mulai menelpon.  "Ayo naik" kata Arfan lagi "Terimakasih. Tapi aku akan naik Taksi" jawab Angrum. Dan Arfan langsung turun dari motornya dan memakaikan helm ke Angrum. "Cepat" kata Arfann lagi. Angrum diam. Merasa tidak nyaman dengan apa yang di lakukan Arfan. "Harus ku gendong?" Dan seketika Angrum langsung naik. Angrum seperti tersengat putaran volt listrik saat Arfan yang memakaikan helm untuknya dan berakhir setelah Angrum duduk di motor Arfan.  Satu pasang mata melihat kejadian itu dan terlihat sangat marah. Sepanjang perjalanan tidak saling berbicara. Sampai akhirnya mereka sampai. "Ini rumahmu bukan?" Tanya Arfan berhenti di rumah berpagar putih dengan halaman yang luas. "Eh iya, kamu tahu rumahku?" Tanya Angrum dan turun. "Aku akan pergi sekarang!" "Eh, oke makasih sudah mengantarkanku pulang. Hati-hati di jalan" kata Angrum lagi dan Arfan pergi setelah mengangguk di balik helmnya. Hari-hari berjalan dengan cepat Arfan dan Angrum semakin dekat. Hampir setiap pulang sekolah Angrum selalu pulang bersama Arfan dikirim setelah ke tiga sahabatnya paham tentang arti kedekatan mereka. Di tambahkan jawaban dari Alfin yang mengatakan Arfan kembali menjadi Arfan yang sebenarnya setelah dekat dengan Angrum. ** Pagi-pagi Alfin sudah tertawa lepas melihat isi pesan Arfan untuk Angrum. Rum AryoArfanG '? ' KenAngrum 'iya? Ini Alfin atau Arfam ? ' AryoArfanG 'Arfan' KenAngrum 'oh ada apa ?' AryoArfanG  'tidak ada' KenAngrum 'Aneh! ' "Obrolan mu dengan Angrum hanya seperti itu?" Tanya Alfin dan tertawa "Terus harus bagaimana?" "Haha kamu terlihat sangat canggung" "Aku fikir juga begitu. Kenapa aku suka itu?" "Mungkin karena orang baru mulai mengingat hatimu lagi. Kamu harus pindah tidak boleh mengingat dan menerima orang yang sudah menjadi milik orang lain" Alfin Berhenti tertawa dan berbicara serius. "Ah" "Kenapa? Aku mengatakan hal yang salah? Bukankah itu fakta?" "Iya" "Dengarkan aku Arfan! Saat ini sudah saat ini untuk kamu sudah dibuka hati untuk orang yang baru. Kamu tidak pernah menunggu dia yang sudah punya. Kamu harus sadar, setelah dia menuduh kamu dengan pengkhianatan itu harusnya kamu sudah bisa dilihat sudah dulu. dia. Waaaahhh kamu sangat bodoh! " "Aku tau, tapi tidak semudah itu!" Jawab Arfan "Perlahan" "Iya iya, aku akan menyetujui" jawab Arfan "Anak baik!" Kata Alfin ** Pagi ini berjalan melintasi koridor menuju kelas. Langkahnya terhenti saat seseorang menarik banding. "Hei lepaskan!" " Kata Angrum " Diam "jawabnya. Dia adalah seorang wanita yang tak seorangpun untuk Angrum karna beberapa kali lebih sering Angrum dan tiga teman yang bertemu. Itu adalah teman yang sering dibagikan bersama Anita. " Mungil Angrum. "Heh kamu!" bentak Seorang cewek "kamu tidak harus jadi wanita paling cantik, kamu tidak perlu mencari perhatian lebih, itu sangat menjijikkan. Dari awal aku sudah memberikan kamu perubahan. Jangan dekati Arfan!" Bentaknya. Itu Anita "Ma-maaf. Tapi aku dan Arfan hanya berteman. Memangnya kamu dan Arfan ada hubungan ??" "Oooh menantang kamu yah minta itu" kata Anita dan "plaaak" satu tamparan mendarat di pipi kanan Angrum "aku peringatkan kamu lagi, jangan dekati Arfan!" Katanya dan pergi Angrum hanya bisa menangis tanpa tau salahnya apa. Ketiga sahabatnya tidak tahu apa yang terjadi pagi itu. ** "Ayo pulang" Arfan sudah disamping Angrum yang sudah menunggu jemputan seperti biasa. "Aku menunggu jemputan" jawab Angrum ketus dan untuk pertamakalinya Arfan melihat Angrum yang begitu dingin diterima. "Kenapa?" Tanya Arfan heran, "Kenapa? Apa?" "Ayo, aku akan mengantarmu ini sudah sakit" "Tidak mau! Jangan perbarui! Aku mohon" kata Angrum nadanya bergetar seperti orang akan berteriak Arfan yang melihat Angrum seperti itu akan menjadi kejutan saat kesal. Tanpa berkata apapun lagi Arfan langsung menjalankan motornya. Sampai akhirnya Angrum yang pulang berjalan kaki mencari Angkot yang memang sudah tidak ada lagi, kemudian di cegat preman di sebuah jalan sepi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD