39. Tempat Baru Untuk Bersandar

1053 Words
Key menatap sebuah s**u kotak yang disodorkan padanya. Gadis itu kemudian mendongakkan kepalanya dan ia melihat Tristan. Lelaki itu kemudian mendudukkan tubuhnya di sebelah Key dan menatap beberapa murid yang sedang bermain basket di lapangan sana. "Mungkin itu gak bisa bikin masalah lo selesai. Tapi gue harap itu bisa bikin mood lo sedikit lebih baik," ujar Tristan. Key menatap s**u kotak yang berada di tangannya. "Thanks, ya." Diam-diam Tristan melirik Key yang ada di sebelahnya. "Ngomong-ngomong lo ... gak kenapa-napa, kan?" ujarnya. Tentu tidak. Tentu saja gadis itu saat ini sedang tidak baik-baik saja, Tristan. "Hm. Sori ya, mood gue bener-bener lagi gak bagus sekarang. Gue takut kalo gue tiba-tiba ngebentak lo," ujar Key pelan. Tristan kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan d**a lalu tersenyum tipis dengan pandangan yang lurus ke depan. "Emang kalo lo tiba-tiba ngebentak gue, kenapa? Kalo itu bisa bikin perasaan lo jadi lebih baik, gue gak masalah kok. Lo kalo mau mukulin gue juga gue rela asal lo seneng." Key menolehkan kepalanya ke arah Tristan. Ia terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Gue gak mungkin ngelakuin itu, Tris. Ada-ada aja. Dan lo gak usah sok-sok rela gue jadiin samsak. Badan lo kan masih sakit gara-gara beberapa waktu lalu," ujarnya. "Udah gak sakit. Gue kan anak ajaib, jadi proses penyembuhan gue juga lebih cepet dari manusia pada umumnya," ujar Tristan kemudian pemuda itu pun tertawa pelan setelahnya. Key pun ikut tertawa dan langsung memukul lengan Tristan setelahnya. Ia kemudian meminum s**u kotak yang diberikan oleh Tristan. "Apapun masalah yang lo hadapi, Key. Inget, lo tuh gak sendiri di sini. Di rumah lo ada bokap sama nyokap lo. Di sekolah lo masih punya Adel sama gue. Lo bisa cerita ke siapa aja, jadi gue harap lo gak nyimpen masalah lo sendirian. Kita semua pasti gak bakalan diem aja kok," jelas Tristan. "Gue tahu kalo hubungan lo sama Ravano sekarang ini agak rumit. Gue juga gak pengen hubungan kalian kacau kayak gini, dan gue harap semuanya cepet kembali kayak biasa lagi." Padahal Ravano sendiri sudah memberikan cincin miliknya dan juga Key kepadanya kemarin. Bahkan Ravano juga sudah memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga Keanna tapi, sekarang Ravano sendiri seolah sengaja memutar balikkan keadaannya. "Oh, iya lo ... udah makan?" tanya Tristan kemudian. "Gue gak nafsu makan sekarang, Tris. Lo bisa pergi ke kantin sendirian kalo lo mau." "Enggak, enggak. Makan sendirian itu gak enak lho, Key. Masa lo tega sih ngebiarin gue makan sendirian di sana? Minimal ya lo harus temenin gue kek." Tanpa persetujuan, Tristan langsung menarik salah satu lengan Key hingga membuat gadis itu mengimbangi langkahnya. Dan setibanya di kantin, Tristan menyuruh agar Keanna duduk di salah satu bangku yang masih kosong sementara dirinya pergi memesan makanan. "Gak ada yang perlu gue jelasin sama lo, Keanna! Lo sekarang udah bebas, kan! Lo bisa ngelakuin apapun yang lo mau dan jangan lupa sama ucapan lo dulu, buat gak ikut campur urusan masing-masing. Lo bisa pergi ke mana pun yang lo mau. Paham?" Ucapan Ravano beberapa saat yang lalu masih membekas di kepala Key. Ravano terlihat marah dan juga kesal padanya, namun di samping itu, Key juga melihat adanya titik kesedihan di dalam kedua mata milik Ravano di saat yang bersamaan. "Gue gak tahu apa sebenernya mau lo, Rav. Dulu ko nyuruh gue buat gak pergi, lalu sekarang lo sendiri yang malah nyuruh gue pergi. Apa lagi yang salah sekarang, Rav? Apa lagi yang mesti gue lakuin?" batin Key. "Makanan siap, Nona." Tristan meletakkan dua mangkuk siomay di atas meja. "Tris, tapi gue lagi gak lapar—" "Sssttt ... ini perintah. Lo harus makan sekarang, Keanna. Ini demi kebaikan lo juga. Abis ini masih ada pelajaran kimia yang menanti lo dan lo tahu apa artinya? Artinya lo harus fokus dan gak boleh ngebiarin perut lo kelaparan," ujar Tristan. Kemudian tidak lama setelahnya ia juga mengambil dua gelas es teh untuknya dan juga Key. Key menatap Tristan yang mulai makan dengan lahap selama beberapa saat, sebelum akhirnya gadis itu pun mulai memakan makanan miliknya. Kini, secara perlahan, Key mulai menemukan tempat baru untuk dirinya bersandar. *** Kinn menatap Ravano yang sedang memainkan gitar di sebelahnya. Biasanya lelaki itu akan sambil bernyanyi namun rupanya tidak dengan kali ini. Jam kosong membuat kelas menjadi agak ramai dan beberapa murid pun melakukan aktivitas lain di dalam kelas dan hanya beberapa murid saja yang benar-benar mengerjakan tugas yang diberikan. Ravano dan juga Kinn saat ini sedang duduk di bagian belakang bersama dengan beberapa murid lain yang sedang bermain game di sana. "Rav, gue gak tahu sebenernya apa yang udah terjadi di antara lo sama Key. Tapi, apapun itu, apa lo gak terlalu kasar sama dia?" ujar Kinn. "Gue lagi gak mau bahas itu, Kinn," tegas Ravano. "Iya, gue tahu. Gue cuma ngingetin lo biar lo gak sampe berbuat hal yang sama lagi kayak tadi, atau mungkin yang lebih parah lagi. Tapi inget, Rav, lo dulu udah bersusah payah ngelakuin segala cara biar Keanna kembali sama lo dan nerima keberadaan lo sebagai keluarga barunya. Dan sekarang apa yang pernah lo lakuin itu udah membuahkan hasil, kan? Lalu kenapa sekarang lo malah nyuruh Key pergi lagi, Rav?" ujar Kinn seraya membuang napasnya pelan. "Lo tahu, Key tadi kelihatan sedih pas lo pergi. Bahkan gue, yang bukan siapa-siapa ini ngerasa kasihan sama Key dan gue rasa lo emang gak seharusnya kayak gitu sama Keanna. Inget kan, kalau di sini bukan cuma salah satu di antara kalian aja yang ngerasa sakit, tapi kalian berdua juga ngerasain hal yang sama. Lo pikir gampang saat Key mutusin buat nerima semuanya? Enggak, Rav. Gue yakin kalo Key bener-bener ngalamin kesulitan saat itu dan apa? Dan dia berhasil berdamai dengan semuanya walau secara perlahan. Dan sekarang, ketika semuanya udah berjalan sesuai dengan apa yang lo harapin sejak lama udah terealisasikan, apa yang lo lakuin, Rav? Lo dengan seenaknya malah nyuruh Key buat pergi lagi, lo nyuruh dia buat jauhin lo lagi." Gerakan tangan Ravano berhenti begitu mencapai senar yang terletak paling bawah. "Lo juga udah lepasin Key buat Tristan, kan? Dan sekarang yang gue harapin adalah, semoga aja ketika Key bener-bener pergi, lo gak akan nyesel saat dia udah gak mau kembali lagi. Inget, Rav. Keanna juga terluka di sini dan bukan hanya lo," ujar Kinn. Usai mengatakan itu, Kinn kemudian beranjak dari posisinya dan lelaki itu berjalan keluar dari kelas. —tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD