9 :: Duda Kaya Raya ::

1727 Words
"Apa aku harus melakukannya ?" "Ya jika kau ingin lulus di tes terakhir ini." Levin mulai berdiri dan mendekat kepada Anne. "Tap- tapi untuk apa ?" tanya Anne takut dan Levin sudah benar-benar ada di dekatnya, berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana yang terlihat mahal. "Untuk membuktikan jika semua ucapan mu tadi benar. Kau tidak melakukan operasi di kedua aset milik mu," ujar Levin dan lagi terlihat sangat otoriter. Menelan ludahnya berat Anne pun teringat pesan yang Leo katakan kepadanya, nilai ujiannya yang sudah semurna tapi tetap membuat dia kehilangan beasiswa juga menjadi dorongan bagi Anne untuk melakukan hal ini. Anne dengan perlahan membuka kancing blouse yang dia gunakan dan juga menurunkan rok-nya. Sementara Levin hanya diam di tempatnya menatap Anne tanpa ekspresi. "Berputar," kata Levin lagi yang masih tetap di turuti Anne kemudian Levin mendekat. Jari tangannya yang menyusuri lembut kulit bahu hingga perut rata Anne sampai berhenti di b****g Anne. "Untuk menjadi model kau harus mengencangkan bagian ini," kata Levin sambil menyentuh perut Anne dan juga bokongnya. "Selebihnya kau sempurna." Levin sedikt tersenyum dan Anne bersyukur pria tua di depannya ini tidak melakukan hal aneh kepadanya seperti menerkamnya mungkin. Anne tersenyum menanti jawaban Levin yang masih menatap foto Anne "Baiklah dengan semua ini kau bisa bergabung di L Agency. Perlu kau tahu setelah kau menandatangi ini, tubuh dan pikiran mu di kendalikan oleh L Agency demi untuk kepentingan mu juga. Kau patuh pada peraturan kami dan juga tidak di perbolehkan membantah. Kau akan kami kontrak dua tahun di awal, setelah pelatihan awal mu selesai agency akan memberikan mu seorang manager dan juga asisten untuk mengatur jadwal dan kegiatan mu sehari-hari. Apa kau mengerti ?" tanya Levin yang langsung diangguki Anne dengan senyumannya. "Terima kasih Mr.Howard terima kasih banyak." Anne buru-buru memakai pakiannya kembali dan dia tidak sadar langsung memeluk Levin karena sangat bahagia. Anne yang malang tidak tahu jika nerakanya akan segera di mulai. Sementara Levin tersenyum licik kepada kelinci kecilnya itu. Saat Anne keluar dari ruangan Levin, Liam sang sekertarisnya bingung kenapa urusan perekrutan model harus Levin yang melakukannya, tapi setelah mleihat lebih jelas wajah wanita yang akan menjadi model Liam hanya bisa menggelengkan kepala. "Jangan bingung begitu uncle," ujar Leo kepada Liam yang sudah dia kenal dekat juga. "Uncle Levin hanya mengabulkan sedikit permintaan ku. Jadi dia ingin melihat siapa model yang aku tawarkan ini." Liam hanya mengangguk dan menepuk pundak Anne. Anne tersenyum sopan kepada Liam lalu dia dan Leo pergi dari lorong ruangan Levin itu. "Leo aku berhasil !" "Aku tahu kau pasti berhasil sayang," ujar Leo kemudian mengecup bibir Anne. "Besok kau harus datang ke sini untuk menandatangi semuanya, selama pelatihan kau juga akan di berikan fasilitas tempat tinggal serta trainer. Nanti akan ada yang menjelaskan kepadamu." "Leo terima kasih," kata Anne saat mereka sudah sampai di dalam mobil Leo. "Apapun untuk mu Anne. Aku hanya minta kau tidak akan melupakan ku," ujar Leo kembali mencium bibir Anne. Entah mengapa rasanya Anne begitu mencintai pria yang baru sebentar dia pacari ini. "Anne, aku ada urusan foto di Sanfransisco jadi mungkin dalam waktu lama kita tidak bisa bertemu." "Berapa lama ?" tanya Anne. "Sekitar dua minggu. Pesan ku ikuti semua yang agency katakan kepada mu, karena itu satu-satunya kunci kau bisa mendapatkan satu pekerjaan awal mu menjadi model dan agency dengan senang hati membesarkan namamu." Anne mengangguk paham. "Kau tahu banyak tentang dunia model sepertinya." "Aku fotografer apa kau lupa ?" "Ehm...itu artinya kau banyak berkencan dengan para model wanita sebelum dengan ku ?" tanya Anne menggoda Leo. "Ya...bisa di bilang begitu, tapi tenang saja. Akan ku pastikan kau yang terakhir," ujar Leo dan dia menyalakan mesin mobilnya. "Kau ingin ke apartemen ku ?" tawar Leo yang masih ingin berduaan dengan Anne. "Maafkan aku Leo, tapi aku sudah ada janji terlebih dulu bersama Louise." "Ck...sayang sekali." Anne melihat wajah kekecewaan itu, dia menggigit bibir bawahnya karena merasa tidak enak dengan kekasihnya tersebut. Sebenarnya Anne berbohong dengan mengatakan jika dia ada rencana dengan Louise, dia hanya takut jika di apartemen Leo nanti pria itu melakukan hubungan yang sudah sepantasnya di lakukan antara pria dan wanita seusia mereka jika sudah menjalin kasih. Namun Anne belum siap, dia bahkan memang belum pernah melakukannya. **** Hidup di garis aman Anne kini sudah berubah, dia tinggal di sebuah apartemen bersama dua model lainnya yang dalam naungan agency yang sama. Untungnya kedua wanita itu sangat baik dan ramah kepadanya. Mereka memiliki kamar masing-masing dengan kamar mandi yang hanya satu dan juga dapur yang tidak terlalu luas. Salah seorang temannya bernama Lynn berkata mereka akan segera pindah ke apartmen yang lebih bagus dan luas jika mereka bisa mendapatkan pemotretan untuk satu majalah ternama dan juga bisa melayani Mr.Howard tentunya. Anne terbatuk mendengar hal tersebut, dia masih tabu dengan dunia ini ternyata. "Apakah Mr.Howard pernah meniduri salah satu modelnya ?" tanya Anne begitu penasaran. "Tidak pernah saat mereka masih kelas bawah seperti kita ini, tapi untuk yang sudah mega bintang sepertinya pernah. Entahlah, banyak gosip tentang pria kaya tapi sudah tua itu." Lynn mengomentari. "Meski tua tapi masih segar dan bugar, lihat saja otot-otot tubuhnya." Ashley yang juga teman satu unit Anne ikut berkomentar dan Anne hanya tertawa saja. Dia baru satu minggu di agency ini jadi belum tahu terlalu banyak. Selama satu minggu resmi menjadi bagian dari L agency Anne hanya di sibukkan dengan olahraga dan pembelajaran tentang berjalan di atas panggung juga tentang pemotretan. Sejauh ini dia di nilai baik oleh semua tutornya. "Oh ya Anne, kau sudah memiliki gaun untuk nanti malam ?" tanya Lynn. "Nanti malam ada apa ?" tanya Anne lagi. "Ada pesta yang Mr.Howard lakukan di salah satu Bar mewah. Semua model di L agency yang tidak memiliki kesibukan di minta untuk hadir. Apa kau tidak tahu ?" Ashley merasa bingung dengan jawaban Anne tadi. "Astaga iya aku lupa ! Bagaimana ini, aku tidak memiliki gaun pesta sama sekali." Lynn dan Ashley turut prihatin dengan Anne, tapi mereka juga tidak bisa membantu banyak. Sehingga Anne meminta bantuan dari sahabatnya Louise meminjamkan dia dress pesta untuk nanti malam. Anne turun ke lobby gedung apartemen yang berada di kawasan Long Beach itu, Louise yang baik hati menempuh lebih dari tiga puluh menit dari Beverlly ke tempat di mana Anne tinggal saat ini. "Louise terima kasih, aku tidak tahu bagaimana jika tidak ada dirimu." Louise tersenyum tapi tidak seperti biasanya. "Anne," panggil Louise dan dia terdiam sejenak. "Ada apa ?" tanya Anne terlihat khawatir kemudian Louise mengajak Anne untuk duduk di bangku sofa yang ada di lobby tersebut. "Aku semalam baru dari Sanfransisco bersama Dave dan teman-temannya," ujar Louise dan Anne masih mendengarkan dengan baik "Dan aku melihat Leo ada di sana," katanya melanjutkan kemudian memperlihatkan satu foto dari ponselnya kepada Anne. Louise tahu Anne baru kali ini jatuh cinta dan dia harus patah hati sangat cepat. Anne tidak percaya dia melihat Leo duduk memangku seorang wanita dan di slide selanjutnya ada foto pria itu berciuman dengan wanita tersebut. "Setelah aku cari tahu ternyata wanita itu adalah model yang Leo foto, aku mengikuti mereka malamnya dan kau sudah tahu jawaban selanjutnya." Anne menarik napas dalam dia tidak menyangka Leo akan menghianatinya. "Aku tidak meminta mu mengambil keputusan apapun, tapi sebagai sahabat mu aku hanya ingin kau tahu kebenarannya." "Apa menurut mu dia mencintai ku ?" tanya Anne kepada Louise terdengar sangat sedih. "Aku tidak tahu Anne. Tapi jika dia mencintai mu, dia tidak akan menyakiti mu seperti ini." Louise mengusap bahu Anne dan masih di sana menemani sahabatnya itu menenangkan diri "Saran ku, kau tidak membuang jalan yang sudah dia beri. Buat dirimu sukses dan kau bisa membalas menyakitinya jika kau mau." Anne mengangguk paham, Louise benar dia tidak boleh membuang percuma jalan yang sudah Leo buka untuknya. Dia harus berhasil dan untuk menyakiti Leo, dia memiliki caranya tersendiri. **** Pesta malam di salah satu Bar mewah yang ada di Long beach membuat semua orang bahagia, tapi sepertinya tidak dengan Anne. Di saat Lynn dan Ashley sudah berbaur dengan yang lainnya, Anne hanya seorang diri duduk di meja paling pojok dengan segelas wishkey yang masih sedikit dia minum. Namun, itu tidak bertahan lama. Setelah Anne mengingat semua foto dan fakta yang Louise berikan kepadanya tentang Leo dia kembali menenggak gelas yang berisi cairan alkohol itu. Ini pertama kalinya Anne berani minum seperti ini, dan dia merasa sedikit pusing. Dress merah maroon dengan tali sphagetti dan bagian belakang tubuh yang terbuka yang ia kenakan menarik perhatian seseorang untuk mendekatinya. Anne melihat seorang pria duduk di depannya dan pria tampan itu adalah pemilik agency tempat dia bernaung saat ini. "Mr.Howard," ujarnya dan pria itu tersenyum simpul pada Anne. "Aku penasaran apakah kau ingat jika kita pernah bertemu sebelumnya ?" Levin bertanya dan Anne tentu saja mengingatnya. "Aku ingat, dan saat itu saya menilai anda adalah pria yang aneh. Ehm...sebenarnya hingga saat ini," ujar Anne kemudian dia tertawa kecil dan Levin melepaskan senyumnya. Pertama kali Levin melakukan hal itu di hadapan Anne membuat wanita itu terpesona akan kadar ketampanan duda kaya raya ini. "Mau berdansa dengan ku di sana ?" tanya Levin dan menunjuk arah lantai dansa yang sudah penuh manusia yang sibuk bergoyang kesana-kemari mengikuti irama musik yang berdentum cukup kuat. "Tentu saja," jawab Anne percaya diri. Tanpa Anne duga Levin meraih lengannya untuk dia bawa ke sana. Banyak mata yang melihat itu dan sebagian mengabadikannya. Levin memegang pinggang Anne yang tersenyum tanpa rasa takut kepadanya, tapi tetap dengan hati-hati Anne meletakkan kedua tangannya di bahu Levin. "Lakukan saja, aku milik mu malam ini." Anne tertawa karena hal itu sungguh lucu untuknya. Dari tempatnya Liam menggelengkan kepala melihat cara Levin menaklukan wanita kali ini. Wanita muda yang sungguh beruntung, pikir Liam. Tangan Levin yang perlahan semakin mendekatkan tubuh Anne memberikan sensasi yang berbeda untuknya, Anne masih belum mabuk meski sedikit alkohol sudah mempengaruhi pikirannya. Menjadikan dia lebih percaya diri dan mudah tersenyum. "Kau sangat cantik Anne," puji Levin sambil menyapu wajah Anne lembut "Mau ke tempat indah bersama ku ?" tanya Levin. "Indah seperti apa." Tatapan keduanya masih sama-sama tidak bisa di lepaskan. "Indah karena kau bisa melakukan apa saja di sana sambil melihat semua keindahan kota ini." Anne tersenyum dan dia kemudian mengangguk setuju. Sial ! pria berumur di hadapannya ini sungguh membuat dia terpesona dengan rahang kokoh dan di tumbuhi bulu-bulu halus. Sambil masih merangkul pinggang Anne, Levin membawa wanita yang di pandang beruntung bagi semua orang di sana pergi bersamanya. Bersambung.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD