Identity 8 - Hari Minggu Yang Indah

1081 Words
Identity 8 - Hari Minggu Yang Indah Hari Minggu yang indah pada pagi hari ini. Dengan alunan musik piano yang berdenting. Membuat suasana pagi hari lebih hangat lagi. Ditambah hati yang penuh cinta menyelimuti hati Amelia. Tidak henti hentinya ia tersenyum mengingat kejadian semalam. Rasanya seperti mimpi. Kalau memang itu mimpi, Amelia tidak mau terbangun. Ia ingin terus bersama Remon di dalam mimpinya. Amelia kembali ke kamarnya kemudian ia mematut dirinya di depan cermin. Amelia mulai mengambil alat make upnya. "Aku siap buat dandan. Semoga aja dengan mempercantik diri, Remon semakin jatuh cinta sama aku," cetus Amelia dengan senyum mekar di bibirnya. Amelia siap merasa segar dan percaya diri untuk memulai hari ini. Meskipun memang tompel besar di wajahnya akan sulit ditutupi oleh make up, tapi akan mencoba menutupinya. Makeup sehari-hari yang digunakan haruslah mampu menutup noda, mempertegas struktur tulang wajah, dan menonjolkan mata cantik kita tanpa membuat kita terlihat berlebihan atau menor. Menggunakan sedikit alas bedak dan bedak, riasan mata ringan, dan lipstik netral akan menghasilkan tampilan wajah yang alami. Amelia mengambil kapas, kemudian ia menghapus riasan yang tadi ia aplikasikan pada wajahnya. Make up yang tadi ia buat ternyata belum cukup menutupi tompel di wajahnya. Setelah ia menghapus riasannya. Kemudian ia mencoba mengulangnya lagi. Amelia mengaplikasikan lagi beberapa alat make up yang ada dihadapannya. Amelia tersenyum melihat wajahnya di depan cermin. Tompel hitam besar di wajahnya sedikit memudar oleh make up yang tadi ia aplikasikan. Hari ini ia harus pergi. Sepertinya Amelia harus menceritakan kejadian bahagia ini pada Najla. Sunggu hari Minggu yang indah bagi Amelia. Amelia bersiap-siap untuk pergi ke rumah Najla. Ia sudah tidak sabar melihat reaksi sahabatnya mengenai kabar baik tentang Remon dan dirinya. "Najla, elo harus tahu cerita besar ini. Gue bahagia sekarang," ucap Amelia dalam sambungan teleponnya bersama Najla. "Cerita besar apa sih? Gue jadi penasaran," Najla semakin kepo. "Gue ke rumah elo sekarang ya. Gue bakalan curhat semuanya ke elo." Setelah itu Amelia menutup teleponnya. Rasanya sudah sabar menceritakan semuanya tentang Remon pada Najla. Amelia benar-benar sedang dimabuk asmara. Sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Kalau Amelia bisa menemukan cintanya. Hidupnya selalu sepi, tanpa ada lelaki dalam dunianya. Hanya ada beberapa yang singgah. Dan pergi dengan alasan yang kuat. Mereka kebanyakan hanya memanfaatkan Amelia yang lugu. Selain ketua OSIS yang Amelia taksir. Ada juga Enrico yang juga sempat dekat dengan Amelia. Enrico juga awalnya baik. Terlihat tulus ingin berteman dengan Amelia. Kalau ada tugas dari sekolah, Enrico selalu ingin satu kelompok dengan Amelia. Ya, karena semua tugas dari guru. Hanya Amelia yang mengerjakan. Enrico hanya duduk dan memberikan pendapatnya saja. Saat itu Amelia memang sangat lugu. Dia mau saja diperlakukan seperti itu oleh Enrico. "Aku pusing nih, Mel. Kamu kerjakan dulu ya tugasnya. Nanti kalau belum selesai aku bantuin," ucap Enrico saat itu. Padahal ucapanya hanya manis di bibir saja. Itu hanya alasan Enrico agar tugas sekolahnya cuma Amelia yang mengerjakan. Enrico hanya menerima beres saja.  "Ya udah kamu istirahat aja, Enrico. Cepat sembuh ya, hari ini aku akan cari bahan-bahan buat makalahnya. Besok kita susun bersama-sama ya," dengan polosnya Amelia berkata seperti itu. Tidak tahu saja Enrico selama ini hanya memanfaatkannya saja.  Tidak hanya tugas. Enrico juga selalu mencontek PRnya Amelia. Alasanya ya itu pusing jadi lupa mengerjakannya. Awalnya Amelia tidak mau memberikan contekan pada Enrico. Namun... "Aku mohon, Mel. Masa kamu tega lihat aku dihukum sama guru. Kita kan teman, apa kamu enggak mau nolong teman?" Rayu Enrico.  Kalau sudah seperti ini, mana bisa Amelia menolaknya. Amelia paling tidak tega melihat temannya di hukum. Ya, meskipun karena kesalahannya sendiri. Enrico jadi keenakan mencontek dan melimpahkan semua tugasnya pada Amelia. Saat Amelia mulai dekat dengan ketua OSIS. Enrico tidak perduli. Karena memang Enrico tidak memiliki perasaan apapaun pada Amelia. Tujuan Enrico hanya ingin memanfaatkan Amelia, itu saja.  Selama di sekolah ataupun di kampus. Tidak ada yang tahu, kalau Amelia adalah anak dari Andre dan Alika. Pemilik PT. Golden Fashion. Amelia memang tidak mau kelihatan mencolok. Amelia tidak mau memamerkan kekayaan orang tuanya. Apalagi saat kejadian pesta kejutan ulang tahun Amelia. Saat itu ada pegawai PT. Golden Fashion yang menghujatnya. Jadi cukup saja sampai di sana. Amelia tidak mau sampai ayah ibunya yang dihujat. Cukup Amelia saja yang merasakan dihujat karena kekurangannya. Karena Amelia tidak terima, kalau orang tuanya yang dijelek-jelekkan. "Jadi kamu suka sama ketua OSIS itu?" Tanya Enrico. Amelia tidak tahu, kalau Enrico dengan menahan tawanya. Enrico sebetulnya ingin mentertawakan Amelia. Pikirnya, mana mau ketua OSIS yang populer itu mau dengan Amelia yang buruk rupa. Dan setahu Enrico. Ketua OSIS itu sudah punya pacar. Ketua chiliders di sekolah. Ya, harusnya Amelia sadar diri. "Iya, Enrico. Dia kayaknya baik banget sama aku. Apa dia suka juga sama aku?" Amelia lagi-lagi berkata polos. Padahal sudah jelas jawabannya tidak. "Mel, apa kamu enggak tahu. Ketua OSIS itu udah punya pacar loh. Kamu tahu Ana kan? Ketua chiliders di sekolah kita. Nah dia pacarnya," ungkap Enrico. Amelia terkejut dengan ucapan Enrico. Pasalnya Amelia tidak tahu sama sekali tentang hubungan ketua OSIS itu dengan Ana. "Kamu serius? Aku kira ketua OSIS itu suka sama aku. Dia enggak pernah cerita soal pacarnya, tenyata cintaku bertepuk sebelah tangan." Amelia benar-benar kecewa dengan ketua OSIS itu. Seharusnya bilang saja kalau sudah punya pacar. Jadi tidak usah menyimpan harapan palsu pada Amelia. Amelia telah terjebak cinta palsunya ketua OSIS. Amelia harus mundur teratur, sebelum hatinya benar-benar hancur. Buat apa mengharapkan cinta orang, yang hatinya telah dimiliki orang lain. Seperti simalakama, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi miliknya. "Sabar ya, suatu saat pasti akan ada orang yang sayang sama kamu," ucap Enrico saat itu. Padahal dia juga tidak tulus berteman dengan Amelia. Mungkin saat lulus sekolah nanti, Enrico akan meninggalkan Amelia. Habis manis sepah di buang. Amelia begitu naif diperlakukan seperti itu berulang kali oleh orang-orang terdekatnya. Dan benar saja, saat kelulusan sekolah. Enrico benar-benar meninggalkannya. Bahkan sampai menghinanya. "Elo enggak sadar selama ini gue manfaatin. Hello, Mel! Mana ada yang mau sih sama cewek buruk rupa macam elo. Ngaca dong ngaca! Elo itu jelek. Mana gue mau sama elo, lain kali sebelum jatuh cinta. Benerin dulu deh muka elo," hina Enrico saat acara wisuda di sekolahnya. Luka di hati Amelia bertambah dalam. Setelah ditinggalkan oleh ketua OSIS. Amelia mendapat bullyan dari Ana. Amelia bahkan dihujat habis-habisan sampai di permalukan di depan teman-temannya. Lalu sekarang, Amelia mendapatkan hinaan lagi dari Enrico. Amelia benar-benar sakit hati. Sejak kejadian itu, Amelia menutup hatinya rapat-rapat. Amelia tidak mau terjebak lagi tipu muslihatnya mereka. Rasanya sangat perih. Bagaimana tidak, ketulusan dibalas dengan penghinaan. Amelia benar-benar trauma.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD