Jerman

2428 Words
        Ela menyelusuri jalanan sambil menggeret koper dan ranselnya. Ia sangat kesal dengan pria yang bernama Kenzo karena meninggalkannya. Ia melihat hamparan rumput nan hijau yang bersinar diterpa matahari membuatnya tersenyum. Sungguh indah ciptaanmu Tuhan, aku bersyukur bisa menikmati keindahan yang engkau berikan baik itu tercipta oleh alam ataupun buatan manusia sekalipun itu semua karena nikmatmu.         Ela menuju sebuah Flat yang berlantai 20, ia menatap flat itu dengan wajah berbinar. Ia melihat seorang wanita dan dua orang lelaki menyambutnya dengan senyuman. "Permisi bisa saya bantu nona?" ucap seorang perempuan tersenyum ramah. Ela memperhatikan wanita itu, wanita itu terlihat sangat cantik dan wajahnya pun terlihat ramah.         Ela menyambut tangan wanita tersebut dengan senyuman "Maaf nona, nama saya Reladigta saya berasal dari Indonesia, dan ini surat penempatan flatnya!"         Ela menyerahkan surat yang menyatakan penempatan Flat yang akan ia tinggalin. "Salam kenal, saya Anita kebetulan saya orang Indonesia juga, biasanya kita diletakkan satu lantai untuk orang Indonesia dan setelah saya baca kita bersebelahan kamar" ucapnya antusias.         "Wah...aku senang banget...!"  ucap Ela segera memeluk Anita. Ia senang karena ia menemuka orang senegara dengannya. Apa lagi Anita sangat baik padanya berbeda dengan Kenzo yang ia temui tadi.         Ela juga berkenalan dengan kedua orang lelaki yang merupakan sahabat Anita. Robert dan Justin yang merupakan teman Anita. Anita mengantar Ela menuju kamarnya. Dalam perjalanan menuju lantai 10 banyak hal yang diceritakan Anita, seperti peraturan di lantai 10 dan kelompok piket kebersihan serta perkumpulan mahasiswa Indonesia yang berada di Berlin. "Kamu Jurusan apa La?" Tanya Anita saat mereka berada di dalam lift.         "Aku mengambil jurusan kedokteran Mbak, dan rencananya aku ingin jadi dokter umum dan spesialis alih dalam!" "Wah...kamu hebat. Kalau aku ambil jurusan Arsitek!" ucap Anita sambil merangkul Ela.         Anita merupakan wanita mandiri yang sangat cantik. Penampilanya terlihat modis dengan rambut pirangnya dan warna mata hitam pekat. Ela pastikan  pasti banyak pria bule yang menyukai Anita. Mereka sampai di lantai 10, Ela melihat sekelompok laki-laki dan perempuan sedang berkumpul bahkan ada yang sedang berciuman mesra. Ela menutup matanya saat ia melihat lelaki dan permpuan itu b******u. Kikikan Anita membuat Ela mengkerucutkan bibirnya. "Kamu polos banget La, hati-hati lo disini jangan asal bergaul disni s**s bebas sudah biasa!" Ela melototkan matanya karena terkejut. Ya Tuhan selamatkan hamba dari godaan setan yang terkutuk. Batin Ela "Hihihi lucu kamu La!" ucap Anita menepuk bahu Ela. "Wah...aku takut mbak aku nggak pernah kayak gituan!" Ucap Ela. "Jangan sampe la kita orang Asia dan kamu masih kecil karena kamu jurusan kedokteran Mbak akan mengenalkanmu pada seseorang yang bermulut s***s yang bisa membantumu, tapi kalau kamu nggak takut sama dia ya. Soalnya tatapannya mengerikan La hehehe..." Jelas Anita sambil menujuk lelaki yang fokus pada bukunya. Anita berbisik kepada Ela. "Namanya Kenzo dia salah satu dosen muda disini,  denger-denger sih dia itu  seorang prof dan ia kembali ke Jerman karena diminta secara khusus untuk meneliti pengobatan baru, dia masih muda tapi dia hebat lo La!". "Mbak kenal? Akrab?" Tanya Ela karena ia sangat terkejut dengan laki-laki yang ditunjuk Anita yaitu Kenzo. Lelaki yang sangat menyebalkan yang baru saja ia temui tadi. "Lumayan, aku dan dia sudah bersahabat sejak kecil. Dia itu jarang ngomong jadi mudah deh mendekatinya paling buatin dia  makanan dan itu nggak gratis.  Dia akan membayar semua makanan yang aku buat. Dia sebenarnya baik loh La" Jelas Anita sambil menatap Kenzo si anti sosial. "Yuk aku kenalin kamu sama dia!" ucap Anita ia menyeret Ela kehadapan Kenzo. "Kak Ken...dia orang Indonesia pengen berteman sama lo lagian kalian berada pada satu fakultas yang sama!" Ucap Anita sambil mendorong Ela. Kenzo menutup bukunya dan melihat kearah Ela. "Saya sudah mengenalnya!" "Wah...kemajuan lo Kak ini berita baik buat Nyokap Lo!" ucap Anita tersenyum setan. Anita mendudukkan Ela dihadapan Kenzo. "Kak Ken, Ela ini wanita polos, ia butuh bantuan lo buat jagain dia disini!" Ucap Anita.  Ela menatap Anita dengan gelengan kepalanya menolak keinginan Anita yang menginginkan Kenzo membantunya. "Jika penampilan dia seperti ini laki-laki disini pun, tak akan ada yang mau menyetuhnya!" Ucap Kenzo datar namun membuat Ela kesal. Dasar so kecakepan eee...tapi emang cakep sih. Tapi mulutnya pedas banget.... "Nggak perlu Mbak, Ela bisa jaga diri!" Ucap Ela menatap Kenzo sinis. Anita menggelengkan kepalanya. "Asal kamu tahu Ela disini paling sulit menjaga s**********n, maksud Mbak walaupun kamu berpenampilan culun seperti sekarang tetap saja  mereka dengan muda bisa memperdaya kamu!" jelas Anita. Kenzo menatap Anita dan Ela dengan serius. "Jangan pernah mendekati laki-laki manapun disini!" Ucap Kenzo berjalan ke dalam kamarnya. Anita tersenyum mendengar ucapan Kenzo. Anita membantu Ela membereskan barang-barangnya. Satu kasur bed single, lemari pakaian dan lemari buku beserta meja belajar. "Kamu nggak tertarik dengan Kenzo?" Tanya Anita. Ela menghentikan kegiatannya yang sedari tadi membereskan buku-bukunya. "Mbak sendiri?" tanya Ela. "Hahahaha...La aku dan dia itu sudah seperti saudara dan tidak ada rasa cinta  sepasang kekasih. Tapi kami saling menyayangi sebagai keluarga dan hmmm... sebenarnya ini rahasia" ucap Anita menghela napasnya "Aku anak pembantu dirumahnya dan dibesarkan di rumah yang sama. Emmm tidak serumah sih tapi kami ditempatkan difavilium rumahnya!" "Wah...baik sekali orang tuanya Mbak" ucap Ela. "Hahaha dari yang aku lihat kamu tertarikkan sama dia ya?" Tanya Anita. Ela tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Tapi kamu harus bekerja keras La, Ken itu tipe lelaki yang susah didekati dan kamu harus sabar jangan pantang menyerah!" Jelas Anita. "Mbak aku sudah memutuskan akan membuatnya jatuh cinta" Ucap Ela penuh semangat. Anita menepuk kedua bahu Ela dan tersenyum manis. "La keluargamu tinggal dimana?" Tanya Anita. "Di Jakarta juga Mbak, dan aku juga keturunan pembantu Mbak!" Ucap Ela penuh luka. Ia kembali mengingat semua prilaku Gendis dan Dini padanya. Mereka duduk di ranjang Ela,  Anita menatap wajah Ela yang menunduk "Walau keluarga kita miskin tapi kita harus tetap berusaha bisa membanggakan mereka La" ucap Anita. "Tapi aku tidak tahu siapa yang akan menyambutku penuh kasih sayang saat aku berhasil Mbak. Aku disini karena sebenarnya aku dibuang keluargaku yang tidak menginginkan kehadiranku disana" ucap Ela menatap Anita dengan tatapan sendu. "Kamu bisa menceritakan semuanya. Anggaplah aku  sebagai keluargamu La!" ucap Anita menatap Ela dengan tatapan tulus. "Iya Mbak, terima kasih!" ucap Ela memeluk Anita dengan erat. ***   Pagi yang cerah menyambut  Ela dengan semangatnya yang menggebu-gebu. Ia tidak mengikuti orientasi mahasiswa baru dengan alasan sakit. Sebenarnya bukan karena sakit, tapi Ela memiliki trauma saat orientasi di SMAnya. Ia pernah dikurung didalam gudang sekolah semalaman dan kejadian itu berdampak pada psikologisnya yang takut akan kegelapan. Ela melihat Kenzo yang sedang menyantap sarapanya. ia mendudukkan tubuhnya disebelah Kenzo. Tanpa aba-aba Ela mengambil roti panggang milik Kenzo dan meminum s**u yang ada dihadapan Kenzo. Kenzo menatap  Ela datar dan dengan cepat ia menahan tangan Ela yang ingin menyedok  nasi goreng miliknya. "Kamu tau makanan siapa yang kamu makan?" Kesal Kenzo. "Punya kakak yang paling ganteng seantero kampus!" Senyum Ela "Hehehe aku belum sempat belanja kak...jadi boleh ya!" pinta Ela. Kenzo menghempaskan tangan Ela yang tadi ia tahan, lalu ia menggeser piring yang berisi sisa nasi goreng yang ia santap tadi. Dalam diam Kenzo meninggalkan Ela yang sedang menyatap nasi gorengnya. Ela melihat kesamping namuN ia tidak melihat keberadaan Kenzo. "Pada hal gue mau nebeng. Hu...dasar pelit" Ela mengambil tasnya dan membawa beberapa buku yang cukup tebal. Ia menyelusuri jalanan dan  ia melihat aktivitas beberapa mahasiswa yang sedang duduk berkelompok. Beberapa kali ia diganggu oleh orang yang coba mendekatinya. "Hai culun...boleh kenalan?" ucap mereka. Ela mengacuhkan laki-laki yang mencoba menganggunya. "Widih....sombongnya" ucap salah satu mereka yang saat ini mencolek dagu Ela. "Maaf saya bisa terlambat!" Ucap Ela sopan namun, ketiga laki-laki itu menyingkap rok Ela yang cukup panjang membuat Ela terkejut. Ela menyingkirkan tangan lelaki itu dan memukul mereka dengan buku yang ada ditangannya. "Widih...pahanya menggiurkan!" Ucap salah satu lelaki itu. Ela berlari terengah-engah namun ketiga laki-laki itu berhasil menarik tangannya dan menarik kaca mata Ela. "Ternyata kamu sangat cantik tanpa menggunakan kaca mata!" Ucapnya dengan seringai nakalnya. Ia menjatuhkan kaca mata yang Ela gunakan dan menginjaknya. Ia lalu menarik kemeja yang dipakai Ela sehingga dua kancing atas baju Ela terbuka. Ela menangis dan meronta namun tubuhnya ditarik seseorang sehingga terlepas dari pelukan laki-laki itu. "Kalian tidak pernah kapok apa?" ucap Laki-laki yang menolong Ela. Ia menatap ketiga lelaki itu dengan tatapan keamarahnya. Mereka bertiga ketakutan dan menunduk "Maafkan kami bos, kami hanya iseng!". "Iseng? Kalian membuatnya menangis dan saya paling benci jika kalian menggangu wanita polos seperti dia!" Laki-laki itu menampar ketiga orang yang menggagu Ela. "Pergi dari sini!" Ucapnya kesal.  Ela menahan kedua air matanya agar tidak menetes lagi "Nama kamu siapa!" Tanyanya mengangkat dagu Ela dengan jarinya. "Ela" lirh Ela. "Nama yang cantik". Pujinya sambil tersenyum menatap Ela. "Namaku Brayen tapi cukup panggil aku Bian dan sepertinya kamu orang Asia?". Bian menatap wajah Ela. Wah...bule ini cakep banget! Batin Ela. "Tak usah mengagumi wajahku!"  ucap Brayen tersenyum jahil. Wajah Ela memerah karena malu ketahuan mengagumi wajah Bian. "Kamu fakultas kedokteran ya?" Tanya Bian. "Iya kak, kok kakak tahu?"  tanya Ela bingung. "Terlihat dari buku yang kamu bawa, Ayo aku antar ke kampus!" ucap Bian. Ia merangkul bahu Ela dan mengajaknya menuju motor sportnya. Ela menatap motor yang dihadapanya, seumur hidup Ela belum pernah mengendarai motor atau di bonceng karena ia selalu jalan kaki atau naik angkutan umum. "Kenapa kamu takut?" tanya Bian. Ia melihat Ela yang ragu menaiki motornya. "Nggak usah takut saya akan menjagamu!" ucap Bia tersenyum membuat jantung Ela berdetak kencang. Ela menatap kedua mata biru yang memandangnya dengan tulus dan tidak ada kebohongan yang terlihat dari ekspresi wajah Bian. Ia menaiki motor dan memegang pinggiran motor namun Bian menarik tangan Ela dan meletakan di pinggangnya. "Biar kamu nggak jatuh cantik!" Ucapanya sambill menghidupkan motornya dan melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan banyak mata yang menatap kearah mereka. Mereka berhenti tepat di depan gedung belajar Kedokteran. "Ini gedungnya, hati-hati cantik...hmmm oya soal kaca matamu bagaimana nanti aku mengajakmu membelinya yang baru, tapi menurutku kamu jauh lebih cantik tanpa kaca mata!" ucap Bian mengedipkan sebelah matanya. Mendengar ucapan Bian membuat muka Ela memerah. “Sampai jumpa cantik!" Bian melempar sebuah ponsel kepada Ela. Ela yang terkejut melihat ponsel yang ada ditangannya, namun kemudian ia tersenyum saat melihat Bian melambaykan tangannya. Ela membalas lambayan tangan Bian. Ia sangat bersyukur karena telah bertemu Bian dan menyelamatkannya . Ela memasukkan ponsel yang diberikan Bian kedalam tasnya lalu ia melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Ela terkejut saat melihat  Kenzo yang saat ini  sedang menyusun bahan pembelajaran di depan podium. Mati aku kak Kenzo yang jadi dosenku..ya Tuhan cobaaan apa lagi ini. Bagaimana mau fokus jika melihatnya saja jantungku dag dig dug. Ela memutuskan untuk tidak melihat Kenzo yang sibuk dengan penjelasanya, karena kegaguman Ela bisa membuatnya menghayal yang tidak- tidak seperti saat ini. "Sayang ini baju kamu udah aku siapkan!" Ucap Ela dikamar mereka dalam hayalan Ela. "Terima kasih" ucap Kenzo mencium kening Ela. Ela mengelus perutnya yang membuncit karena sedang hamil. "Hmmm sayang nanti aku mampir ke rumah sakit ya sekalian mau check up dan juga ada pasien tetap yang meminta aku untuk memeriksanya!" Senyum Ela sambil merapikan jas Putih Kenzo. "Iya sayang, tapi kamu hati-hati!" Ucap Kenzo mencium kedua pipi Ela Sebuah buku mendarat tepat dikening Ela membuat ia terkejut. "Iya sayang!" Teriak Ela sambil berdiri. Hahahaahahahaha... Gelak tawa seisi kelas membuat Ela menahan malu. Dengan muka memerah ia kembali duduk  dan menundukan kepalanya. "Hihihi kamu lucu juga siapa namamu?" Tanya wanita yang duduk disebelah Ela. Ia mengulurkan tanganya dan menyambut uluran tangan wanita itu. "Reladigta panggil saja saya Ela!" ucap Ela. "Demilovato panggil saya Demi!" Ucap Demi dengan senyumanya. Demi wanita yang cantik namun penampilannya sangat cuek dia memakai kaos oblong yang kebesaran dan jeans robek di kedua lututnya dan penampilannya itu tidak mencerminkan mahasiswa kedokteran. Banyak hal yang diperbincangkan mereka dengan berbisik-bisik karena Kenzo  bisa saja mengusir mereka berdua jika mengetahui mereka tidak meperhatikan apa yang dijelaskan Kenzo. Namun tiba-tuba suara berat yang menegurnya membuat Ela menelan ludahnya "Kamu yang disana, coba jelaskan susunan saraf manusia!" ucap Kenzo menunjuk Ela. Ela mengangkat wajahnya. Ia menghirup napasnya mencoba menenangkan dirinya. Ia kemudian berdir dan  menjawab pertanyaan Kenzo dengan mudah dan benar membuat beberapa orang menatap kagum pada sosok Ela. *** Kenzo menghabiskan harinya diruang penelitian namun ia segera bergegas ke perpustakaan  saat melihat jam ditangannya menujukan pukul tiga sore. Ada buku yang harus ia dapatkan segera. Kenzo masuk kedalam perpustakaan dan mulai mencari buku-buku yang ia butuhkan. Kenzo mendapatkan beberapa buku dan ia memutuskan untuk membacanya diperpustkaan. Ia melihat Ela yang sedang serius membaca Buku, Kenzo mengabaikan Ela dan ingin duduk dibangku sebelah kiri. Tapi Ela melihat kedatangan Kenzo dan memanggilnya dengan isyarat tanganya. Kenzo mendekati Ela dan duduk berhadapan. Matanya fokus dengan apa yang ia baca namun Ela sesekali melirik ke arah Kenzo. Suara desahan membuat Ela merasa merinding. "baby....". Muka Ela memerah ia mencoba memanggil kenzo dengan menggerakan kakinya untuk menyenggol kaki Kenzo. Kenzo melihat Ela sekilas dan kembali melanjutkan bacaannya. Suara itu semakin terdengar jelas membuat wajah Ela memerah. Ia terganggu dengan suara-suara itu hingga ia tidak bisa fokus dengan buku yang ia baca. Keringat dingin Ela bercucuran akibat suara desahan yang ada di belakangnya tepat dibalik rak buku. Ela berdiri dan memilih duduk disebelah Kenzo namun ternyata pindah disebelah Kenzo merupakan kesalahan, karena ia dapat melihat dengan jelas adegan panas yang dilakukan sepasang laki-laki dan perempuan. "Kak..." Ela mengamit lengan Kenzo dan menyembunyikan wajahnya. "Sudah selesai adeganya?" Tanya Kenzo membuka suaranya. Ia  dengan menatap jijik pada kedua pasangan m***m itu. Wanita itu bernama Sandra, ia merupakan salah satu fans panatik Kenzo. Tiap hari yang ia lakukan hanya menggoda Kenzo dengan hal-hal menjijikan. Wanita itu bahkan pernah memeluk Kenzo tanpa menggunakan pakaian sehelai pun. Bahkan ia juga pernah mengaku-ngaku diperkosa oleh Kenzo namun Kenzo saat itu juga mengancam akan mempidanakan Sandra jika ia terbukti tidak bersalah. Karena ketakutan keluarga Sandra memohon maaf kepada Kenzo. "Belum sayang lebih asyik jika kamu yang menjadi prianya!" ucapnya. Ia mendekati Kenzo dan la menarik rambut Ela dengan kasar. "Aduh.." ucap Ela  merintih kesakitan. Kenzo mencengkram tangan Sandra. "Apa yang kau lakukan!" ucap Kenzo  dingin, ia mencengkram lengan Sandra yang menjambak rambut Ela. "Seharusnya kamu menolak didekati wanita jelek seperti dia!" ucap  Sandra menghentakkan kakinya. Laki-laki pasangan m***m Sandra mendekati Sandra. "Sudalah Sandra ayo kita ke Apartemenmu melanjutkannya yang tadi!" ucapnya  mencium  pipi Sandra. "Jack alasan aku melakukan ini untuk membuatnya cemburu, tapi sekarang kamu boleh pergi!" Ucap Sandra Kesal. Jack melihat wajah Ela dengan tatapan penuh kekaguman. "Kamu sangat cantik sayang, bahkan saya rela membayarmu dengan mahal untuk memuaskanku di ranjang!" ucapnya memeberikan kartu namanya ketelapak tangan Ela. Kenzo menatap tajam Jack "Jangan pernah kamu menganggunya karena kau akan menerima akibatnya!" Ucap Kenzo dingin lalu menarik Ela meninggalkan Sandra yang kesal dan Jack tersenyum namun menatap tubuh Ela penuh nafsu.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD