Perjanjian Mengikat

1363 Words
Hazira membeku di tempat. Tubuhnya terasa mati rasa, bahkan cepat detak jantungnya tidak bisa lagi dia rasakan. Perkataan wanita asing yang saat ini membalas pelukan Rayyan sama mesranya, telah membuatnya kehilangan arah. Apa maksud wanita itu sebenarnya? “Masuklah. Mari bicarakan hal ini di dalam.” Rayyan dan wanita asing itu berbalik arah. Bersama melangkah kompak—masuk ke dalam rumah. Duduk di ruang tamu dengan posisi teramat dekat seolah hadirnya Zira tidak berpengaruh apa-apa untuk keduanya. Zira menarik napas sesak. Rasa ingin tahu akan arti dari perkataan wanita itu, jelas membuatnya mengambil langkah. Masuk ke dalam rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya namun, atmosfer yang menyambutnya saja sudah membuatnya tidak betah. Lantas, apakah dia akan bertahan dalam setiap kondisi yang menerjang? Zira membatin seiring langkahnya yang berhenti berpijak. Sekali lagi menatap pasangan di depannya dengan perasaan kecewa yang menampar. Niat hati ingin mengubah situasi, agar Rayyan bisa menerima hubungan ini walau perlahan. Justru ada jurang pemisah teramat dalam yang membuatnya mundur seketika. "Dia Indah Yudharsa, kekasihku." Tiada rasa terkejut lagi karena Hazira sudah bisa menebak jika Rayyan akan mengatakan hal ini. Panggilan tadi, sudah cukup menjadi bukti bahwa keduanya adalah pasangan kekasih. Lalu ... kenapa Rayyan tidak menikahi wanita itu saja? "Dan sebentar lagi, Indah akan menjadi istriku.” Lanjut Rayyan terang-terangan. Membuat Hazira semakin tidak mengerti dengan ini semua. “Apa—“ "Kamu tidak perlu terkejut seperti itu, Hazira. Sebelumnya aku dan Indah memang sudah merencanakan ini semua dan biar aku katakan sekarang.” Rayyan memotong perkataan Hazira sebelum melempar beberapa lembar kertas putih ke atas meja. "akan ada hubungan timbal balik setelah 250 juta yang kamu dapatkan karena tentu saja, aku tidak akan memberikan uang sebanyak itu secara cuma-cuma." "Hubungan timbal balik seperti apa? Saya mengira, tuan mau melakukan pernikahan ini karena menuruti kemauan nenek Ratna.” Kali ini Hazira bersuara. Mencoba memperjelas karena sebelumnya, hanya hal itu yang Rayyan katakan. Tiada hal lain, dan dia bebas meminta apa pun sebagai ganti persetujuannya, "Sebenarnya tidak seperti itu. Kamu saja yang terlalu percaya diri dalam memahami ajakanku." Rayyan membalas. Sebelumnya dia mengira jika Hazira itu adalah gadis baik-baik karena nenek Ratna selalu memujinya. Namun, setelah dia mengajukan tawaran bernama pernikahan dengan menjadikan nenek Ratna sebagai alasan, wanita itu mulai menunjukkan jati dirinya. Hazira meminta maskawin dalam jumlah besar dan rencana indah untuk memberinya keturunan di tengah keterbatasannya pun, dia setujul begitu saja. "Yang sebenarnya adalah, aku tidak pernah mau menjadikanmu sebagai istriku, Hazira. Hubungan kita berdua bukanlah suami istri yang sah karena aku hanya menganggapmu sebagai seseorang yang bersedia untuk meminjamkan rahimmu untuk Indah selama 1 tahun ke depan atau sampai kami memiliki keturunan. Bisa dikatakan ... aku menikahimu karena ingin menjadikanmu sebagai kantung bayi saja. Untuk mengandung anak kami berdua dan aku rasa, uang sejumlah 250 juta yang kamu terima sangatlah sepadan.” Sakit. Sekuat tenaga Zira berusaha untuk tidak menjatuhkan air mata atas apa yang dia dengar. Demi Tuhan, dia sama sekali tidak menyangka jika sejahat ini Rayyan menjebaknya. Apa yang dia bayangkan sebelumnya, sama saja fatamorgana belaka. Rayyan bukanlah pria se baik yang dia kira. Ingin menertawakan dirinya yang begitu naif, Hazira justru menatap Indah Yudharsa yang tertawa begitu lepas di atas penderitaannya. Tidak bisa dipungkiri jika Indah memiliki paras begitu cantik. Penampilan wanita itu berkelas dan modis. Sangat menunjukkan jika Indah adalah kalangan wanita elit yang pantas bersanding dengan Rayyan sang pewaris. Hanya ... mengapa harus dirinya yang mereka permainkan? Apa yang menjadi alasan keduanya sehingga memperlakukan dirinya seperti bukan manusia? Apakah Indah itu mandul? Tidak bisa memberikan Rayyan keturunan, sehingga membuat Rayyan tega menyakiti hati wanita lain demi mewujudkan impiannya bersama Indah yang begitu Rayyan cintai? "Kamu tidak perlu melihatku seperti itu, Hazira. Sebagai sesama perempuan tentu saja kamu mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Aku dan Rayyan saling mencintai. Hanya saja, aku tidak bisa memberinya keturunan. Aku tidak lengkap, sedang Rayyan harus memiliki penerus untuk keluarganya. "Oleh karena itu, kami sepakat untuk mencari ibu pengganti dan kebetulan sekali, ada kamu yang bersedia untuk menjadi kantung bayi. Lagi pula, tidak ada pihak yang dirugikan di sini. Kami mendapatkan anak dan kamu mendapatkan uang dalam jumlah fantastis untuk rahim yang kamu sewakan. Setelah tugas kamu selesai, kamu akan kembali ke kehidupanmu seperti biasa. Bukankah tidak memberatkan?" Tidak memberatkan kamu bilang? Coba kamu jadi aku Indah. Di hari pertama kamu merayakan statusmu menjadi seorang istri, kamu justru dihadapkan pada kenyataan seperti ini. Yang mana, kamu menandatangani buku nikah itu sebagai bukti persetujuanmu akan sebuah syarat-syarat di dalam kertas itu. Selain itu, bisakah kamu membayangkan bagaimana perasaanku sekarang? Anugerah Tuhan yang paling luar biasa untuk seorang perempuan justru dihargai dengan uang. Jika tahu akan begini akhirnya, lebih baik aku bekerja siang malam bahkan sampai aku mati untuk pengobatan Dirgantara. Zira membatin tanpa bisa dikata. Lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan isi hatinya yang teramat menyedihkan. Lantas, dia mengambil lembaran kertas yang Rayyan lemparkan kemudian melihatnya kilas. "Apa perjanjian ini bisa dibatalkan?" "Bisa." "Rayyan—“ Indah hendak menyela. Tidak setuju dengan jawaban Rayyan tadi tetapi, kata-kata Rayyan selanjutnya sontak membuatnya tertawa puas untuk yang kedua kali. "Kamu bisa membatalkan perjanjian yang berarti menuntut penceraian atas pernikahan ini. Namun, ada denda yang harus kamu bayar, Hazira. Silakan kamu lihat sendiri, apa kamu mampu membayarnya dalam tempo waktu 1 bulan dari sekarang? Hazira terkesiap. Pundak kokohnya yang telah terbiasa menghadapi badai kehidupan dengan kuat, justru mengendur seolah semua semangat dalam dirinya telah lenyap. Dalam satu hari, begitu banyak tekanan yang dia dapatkan sampai-sampai, ia tak kuasa mengangkat kepala dan mengatakan pada dirinya sendiri jika dia baik-baik saja. Telapak tangannya yang basah oleh keringat dingin pun membuka lembaran kertas itu dengan seksama. Seorang Rayyan yang telah terjun di dunia bisnis pastilah tahu, bagaimana caranya mempermainkan lawan sampai kalah telak. Harusnya dia memikirkan hal itu dan memasang sikap waspada karena nenek Ratna hannyalah umpan yang Rayyan gunakan untuk menjebaknya. Sekarang semuanya sudah terlambat. Angka 5 yang diikuti delapan angka nol di belakangnya, benar membuatnya terlempar ke dasar jurang yang Rayyan ciptakan. "Bukankah uang yang saya dapatkan hanya 250 juta?” “Benar. Tapi jumlahnya sudah berubah dua kali lipat dan jika kamu mampu mengembalikan uang itu sekarang, maka tidak masalah. Sekarang juga, aku akan menuntut perceraian sesuai kesepakatan.” Sekali lagi perkataan Rayyan menciptakan sebuah luka yang teramat dalam. Pria itu tidak hanya menghina harga dirinya. Akan tetapi, menunjukkan seberapa menyedihkannya hidup orang miskin sepertinya di dunia ini. Mungkin bagi Rayyan uang adalah segalanya sehingga pria itu merasa bebas untuk menindas kaum yang lemah. Dan Indah? Besarnya cinta Rayyan kepada Indah membuat Rayyan melakukan segala cara untuk menutupi kekurangannya sebagai wanita. Lantas, bukankah wanita itu bisa memilih program lain untuk bisa hamil di zaman yang sudah canggih? Program bayi tabung misalnya dan tidak harus menjadikannya sebagai alat percobaan. "Cukup, Zira. Jangan membuang-buang waktu hanya demi pembicaraan tidak penting ini. Terima saja posisimu sekarang. Tidak perlu banyak membantah ataupun berpura-pura seolah kamu terluka.” Indah kembali bersuara. Namun, tetap saja kalimatnya merendahkan. “sekarang kamu tidak perlu bekerja dan bisa hidup dengan damai. Tanpa harus memikirkan kebutuhanmu ataupun yang lainnya hanya dengan memperjual belikan rahimmu kepada kami berdua. Sangat menyenangkan bukan?” Zira kehabisan kata-kata. Sadar diri jika sepenuhnya dia sudah terjebak di dalam hubungan yang rumit ini dan tidak bisa kembali sebelum percobaan mereka berhasil. Selain itu, Uang yang Rayyan berikan sudah dia serahkan kepada dokter Adam semua. Hanya menyisakan beberapa juta saja untuk biaya hidup sehari-hari, juga membayar jasa bibi Sumi yang bersedia merawat Dirga selama dirinya bekerja atau berada di rumah ini. Jadi, mengembalikan uang itu sekarang adalah hal yang teramat mustahil dan akhirnya, dia tidak memiliki pilihan selain menyepakati perjanjian. "Baiklah. Terima kasih banyak untuk semuanya. Semoga pernikahan kalian segera dilangsungkan dan saya bisa hamil secepatnya.” "Jangan lupa. Tidak ada seorang pun yang boleh mengetahui kesepakatan ini selain kita bertiga. Termasuk ayah dan nenekku. Paham, Hazira?" “Tentu saja.” Senyum Rayyan dan Indah mengembang sempurna. “Kamarmu berada di lantai bawah. Tepatnya di dekat tangga dan berdekatan dengan dapur.” Lanjut Rayyan dan Hazira pun mengambil langkah meninggalkan ruangan. Tidak lagi tahan berada di sana dan terus menyaksikan kebahagiaan mereka, sedang ada harga dirinya yang semakin direndahkan. Untuk menjadikannya sebagai kantung bayi berjalan, Rayyan bahkan sudah mempersiapkan semuanya dengan sempurna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD