Ayra mengusap puncak kepala lelaki berusia lima tahun tersebut penuh kelembutan. Ia menatap Vano yang memiliki wajah hampir mirip seperti suaminya. Selimut bermotif mobil-mobilan itu ia bungkuskan pada tubuh Vano hingga separuh d**a. “Besok Ibu nganterin aku, kan?” Vano bertanya dengan nada yang sedikit pelan. “Iya, Sayang. Kan, memang biasanya begitu.” “Kata temen-temen aku Ibu cantik!” Kalimat itu membuat sepasang sudut bibir Ayra terangkat, membentuk huruf U. “Oh, ya. Aku mau dibacakan dongeng sama Ibu!” Ia kembali berseru. “Dongeng? Kamu mau dongeng apa, Sayang?” “Ehm, apa ya?” Vano menjeda kalimatnya sejenak berpikir. “Kisah kancil dan buaya, Bu!” Lalu, ia berseru lantang. Vano sering mendengar rekan-rekan sekolahnya bercerita tentang dua hewan tersebut, tetapi ia kur