HIS WOMAN

960 Words
William Addison Charles adalah pria berumur empat puluh satu tahun yang sangat teratur, rapi, dan tahu apa yang ia inginkan di dalam hidupnya. Liam tahu bagaimana caranya berjalan di dunia ini sebab ia membangun lintasannya sendiri. Liam adalah pria hebat, bukan hanya diakui oleh dirinya sendiri–sebab itu sama saja mengidap narsisme–melainkan hampir semua orang di bidangnya tahu keahlian Liam dan setuju bahwa pria itu pantas dihormati dan disegani. Memulai karirnya menjadi produser film–tentu saja dengan bantuan ayahnya sebab Liam harus memakai privilege nama belakang keluarganya dengan baik–kini Liam sudah berhasil mendirikan rumah produksi sekaligus menjadi Presiden W.A.C Company; sebuah studio film di Los Angeles yang terkenal memproduksi film-film Dark Action yang memiliki bumbu erotic mahal. Liam adalah pria yang perfeksionis, idealis, dan senang memerintah. Satu-satunya perintah yang akan ia patuhi adalah perintahnya sendiri. Liam berkuasa. Namun, detik ini ketika seorang wanita memintanya untuk datang ke Boston–kota tempatnya lahir–Liam tidak bisa menolak. Karena ia juga ingin tahu alasan mengapa wanita itu memintanya ke Boston. Hanya Emily yang bisa meminta kepada Liam, dan pria itu akan mengabulkannya tanpa berpikir dua kali. Maka dari itu sekarang Liam menelepon sekretaris sekaligus asistennya dan merasa kesal sebab Victoria sangat lambat. Atau mungkin Liam yang menjadi pengganggu sebab ini jam dua belas malam lewat sepuluh menit. Tapi, Liam tidak peduli. Victoria harus mengangkat teleponnya. “Hallo?” Setelah menelepon sebanyak tiga kali percobaan, Victoria menjawab. Liam bisa mendengar suara sekretarisnya yang mengantuk. “Victoria, pesankan saya tiket.” “Ini siapa?” Kening Liam mengerut. “Buka mata kamu dan lihat nama kontak pada layar.” Ada keheningan yang terjadi. Entah Victoria menurut untuk melihat nama kontak, atau sekretarisnya itu kembali tidur. Sehingga Liam berkata, “Victoria, apa kamu mendengar saya?” “Bossku yang menjengkelkan?” Victoria bergumam, masih belum sadar. “Bossku yang menjengkelkan?” Liam mengulang kata-kata sekretarisnya. “Miss Whitney, karena saya sedang buru-buru, dengarkan saya baik-baik. Saya ingin kamu membelikan tiket pesawat ke Boston besok pagi.” “Kenapa aku harus membelikan tiket?” “Karena kamu adalah sekretaris saya, dan saya membayar gaji kamu. Saya boss kamu.” “Boss? Boss aku adalah William Addison Charles. Apa kau… ASTAGA, SIR! INI ANDA!” Liam harus menjauhkan ponselnya dari telinga ketika Victoria berteriak. Liam yakin wanita itu sekarang sudah sadar sedang berbicara dengan siapa. “Ya, ini saya.” “Sir, I’m sorry, tadi saya belum sepenuhnya bangun.” Victoria panik. “Tiket pesawat ke Boston? Besok pagi, Sir?” “Ya, Tori. Apa kurang jelas?” “Baik, Sir.” Victoria menjawab. "Sangat jelas, Sir." “Saya harus pergi ke Boston dan mengurus sesuatu sehingga jika ada yang harus saya kerjakan besok di kantor, kamu yang handle, Tori.” “Saya mengerti, Sir. Tapi kalau boleh tahu, berapa hari Anda akan di Boston?” Liam juga tidak tahu. “Saya akan hubungi kamu lagi.” Lalu Liam mematikan telepon begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih karena Victoria memesankannya tiket pesawat dan akan menangani pekerjaannya selama ia pergi. Liam hanya memikirkan Emily. Saat ini di otaknya hanya ada wanita itu. Emily bukan hanya wanita biasa. Emily Laurel adalah sahabat Liam sejak kuliah. Berambut coklat terang dengan wajah yang manis, Emily menjadi sahabat yang selalu tahu bagaimana membuat Liam tersenyum, merasa tenang, dan merasa jatuh cinta. Emily tidak tahu perasaan Liam yang sebenarnya sebab pria itu tidak berani mengutarakan. Itu karena selama ini Liam mendengar cara Emily menjelaskan kedekatan mereka berdua. Emily menganggap pertemanannya sangat sejati seperti dua aktor film Titanic; Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet. Membicarakan pertemanan Leo dan Kate, sedikitnya kisahnya mirip dengan Liam dan Emily. Sama seperti Kate yang menikah terlebih dahulu sedangkan Leo sampai sekarang belum menikah, Liam dan Emily juga seperti itu. Emily menikah lima tahun lalu, hari terakhir Liam bertemu wanita itu. Setelahnya, Liam tidak tertarik untuk mencari seseorang. Liam tidak pernah memikirkan pernikahan. Emily masih menjadi pemilik hatinya meski Liam tahu Emily menyayanginya bukan pada ranah romantis. Hanya sekadar sahabat. Liam tahu Emily mencintai pria lain bernama Karl Mackenzie, mantan vokalis band indie. Jenis pria yang akan dikencani para gadis saat kuliah, sebab Karl adalah pria yang sangat menyenangkan. Dan seperti para penggemarnya, Emily juga bertekuk lutut untuk pria itu. Liam juga tahu Karl mencintai Emily meski kisah cinta mereka berdua pasang surut, beberapa kali putus. Karl dan Emily selalu mempunyai alasan untuk kembali bersama apalagi setelah tahu Emily hamil. Seperti lelaki dewasa, Karl bertanggung jawab. Lima tahun lalu mereka memutuskan mengikat cinta mereka dengan sebuah pernikahan setelah Emily melahirkan. Karl dan Emily sengaja menunggu putra mereka berumur satu tahun agar putra mereka bisa menghadiri pernikahan orang tuanya. Bahagia seperti keluarga utuh. Lima tahun lalu Emily sangat cantik memakai gaun berwarna putih berdiri di altar. Dan ketika Karl mencium bibirnya di hadapan seluruh tamu undangan, Liam hancur berkeping-keping. Liam bahkan tidak punya keberanian untuk menatap anak Emily dan Karl yang saat itu duduk di pangkuan ibunya Emily. Alasan kuat Liam pindah dari Boston ke Los Angeles–termasuk memindahkan kantor utama perusahannya– karena ia merasa patah hati. Liam tahu ia tidak punya kesempatan bersama Emily, sehingga ia memilih pergi. Meskipun rasanya sakit melihat wanita yang dicintai menikah dan memiliki anak dengan pria lain, Liam bahagia untuk Emily, untuk sahabatnya. Bagaimana pun juga wanita itu pantas mendapatkan suami yang Emily cintai dan mencintainya juga. Liam ingin mengubur segala kenangan tentang Emily, dan selama lima tahun ini dirinya nyaris berhasil. Liam fokus dengan perusahaannya, sesekali menyewa beberapa wanita untuk menghangatkan ranjangnya, menjadi pria dingin yang tak tersentuh–yang tidak membutuhkan cinta. Lalu hanya karena satu panggilan, membuat usahanya gagal untuk menghapus Emily dari pikiran dan hatinya. Lima tahun proses melupakan dan penyembuhan, ternyata wanita itu, Emily-nya, masih sangat memengaruhi Liam. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD