Rarendra menyeringai tegang, tak berani membuka kedua matanya. Sementara Giani yang menyaksikannya, sampai menahan napas. Jantung Giani berdetak lebih kencang, Giani merasa sangat tegang. Giani sampai menahan napas. “Ayah, jangan bikin takut,” keluh Giani. Rarendra menyipitkan matanya, mendapati Giani yang berangsur jongkok di hadapannya. Kemudian istrinya itu menyodorkan sebuah cermin rias. Setumpuk rambut menghiasi lantai sekitar kursi Rarendra duduk. Giani baru saja membantu Rarendra memotong rambut. Rarendra sangat sibuk dengan pekerjaan sekaligus Gio dan Gia hingga Rarendra tak memiliki waktu untuk ke salon meski hanya untuk sebentar. Karena kalau tidak untuk bekerja termasuk ketika membawa pekerjaan ke rumah, Gio dan Gia pasti sibuk menempel pada Rarendra. Rarendra menahan napas.