26- Di Ruang OSIS

1125 Words
Satu per satu anggota OSIS memasuki ruangan OSIS. Baru selang beberapa menit kemudian, anggota Ekskul Teater memasuki ruangan itu pula. Bayu mendongak, menatap Jena yang memasuki ruangan itu. Kali ini tidak seperti biasanya, Jena tak seceria hari sebelumnya. Bahkan hanya tersenyum ketika mereka bersitatap tadi. Biasanya Jena akan dengan segera menyapanya, lalu duduk di sampingnya, dan mengabaikan anggota OSIS lain. Namun kali ini Jena seperti memasang batasan pada siapapun. Termasuk dengan Jun. Jena juga tak duduk di sebelah cowok itu, melainkan lebih memilih untuk duduk dengan teman dalam Ekskul Teaternya. Jun dan Jena seperti tengah berselisih paham. Saling mendiamkan, tanpa sapaan seperti biasa. Hal itu membuat Bayu bertanya-tanya dalam hatinya. Ada apakah gerangan dengan gadis itu? Bayu mengerjap dan menggelengkan kepalanya. Ia mencoba kembali ke alam sadarnya dan tak terlalu memikirkan Jena lagi. Cowok itu mengedarkan tatapannya ke seluruh orang yang berada di ruangan itu. "Sudah kumpul semua?" tanyanya sembari mengumbar senyum. Ia berseru yang seolah menyuruh agar semua orang menaruh perhatian padanya. Ketika melihat semua orang mengangguk, Bayu melanjutkan kalimatnya. "Hari ini kita semua berkumpul untuk membahas terkait event perayaan ulang tahun sekolah kita serta puncak acaranya yaitu Pementasan Drama." Cowok itu mengedarkan tatapannya. Semua orang mengangguk. Bayu tersenyum lebar. "Oke, kita mulai rapat kita hari ini." Bayu mulai menjelaskan satu per satu konsep yang akan dibahas tentang puncak acaranya yaitu Pementasan Drama oleh Ekskul Teater. Setiap tahunnya, ketika Ulang Tahun sekolah, OSIS memang telah melakukan konsep acara yang berbeda-beda. Dan konsep acara yang ingin diusung kali ini yaitu tentang Pementasan Drama. Rencananya, nantinya OSIS pun akan berkolaborasi dengan ekstrakurikuler lain, seperti kesenian, musik, hingga Paduan Suara. Jena memperhatikan setiap perkataan yang Bayu lontarkan itu dalam diam. Gadis itu hanya fokus pada Bayu, meski tak seceria biasanya. Ketika sesekali tatapan mereka bertemu, Jena tersenyum meski senyumnya tak selebar biasanya. Namun tentu saja ia sangat senang ketika berada dalam satu ruangan yang sama dengan Bayu seperti ini. "Untuk konsep dari Ekskul Teater sendiri bagaimana?" Pertanyaan dari Bayu tiba-tiba itu membuyarkan lamunan Jena. Teman Ekskul Teater yang duduk di sebelahnya, mulai menyenggol lengan Jena dengan pelan. Mereka buru-buru menyuruh Jena menjelaskan tentang konsep pementasan yang akan mereka tampilkan. "Rencana kami masih belum matang. Tetapi rencananya, nanti kita akan menampilkan tentang pementasan kisah cinta dari zaman semasa kolonial dahulu. Mengangkat dari kisah nyata tentang sepasang kekasih yang terlarang." Jena mulai menjelaskan. Ia menatap teman satu ekskulnya yang ikut mengangguk saat ia menjelaskan. Mereka memberi dukungan untuk Jena saat gadis itu tengah menjelaskan. Seluruh anggota OSIS pun mengangguk. Termasuk juga sang Ketua OSIS. Selanjutnya, anggota OSIS lainnya serempak menatap Bayu untuk menetapkan keputusan. Melihat hal itu, Bayu pun mengerti. Ia yang sejak tadi mendengarkan dengan menyangga dagunya itu kini menegakkan tubuhnya. Ia berdehem kecil. "Oke, kami setuju dengan ide itu. Karena sebenarnya kami pun tak masalah dengan konsep apapun." Bayu mulai menjelaskan. Cowok itu lalu mengedarkan tatapannya. "Dari OSIS ada yang ingin mengajukan diri sebagai Penanggung Jawab acara? Nanti akan berdampingan dengan Penanggung Jawab dari anak-anak Teater juga." Bayu kembali bertanya sembari tersenyum mengedarkan tatapannya. Seluruh anggota OSIS yang ada di sana memandang satu sama lain. Mereka tampak saling menunjuk dan saling melempar. "Lo aja!" "Enggak, lo aja!" Jena dan teman-teman ekskulnya kini memandang para anggota OSIS itu dengan bingung. Bukannya bertanggungjawab karena telah mengajak Ekskul Teater berkolaborasi, namun para anggota OSIS itu malah saling melempar tanggungjawab. Tampaknya Bayu mengerti akan hal itu. Cowok itu segera menginterupsi. Kemudian dengan cepat menunjuk seseorang. "Gimana kalau Jun?" tunjuknya. Cowok itu mengangkat alisnya sembari tersenyum miring memandang Jun. Jun kini mendapatkan pusat perhatian. Ia sontak menatap balik Bayu. "Gue?" tanyanya bingung. Ia mengedarkan tatapannya pada anggota OSIS lain. Zaldi yang duduk di antara Bayu dan Jun itu mulai mengangkat tangannya. "Tapi Jun udah jadi Penanggung Jawab buat Ekskul Dance, 'kan kita juga ada penampilan dance." Cowok itu menjelaskan. Setelah Zaldi menyela, barulah seluruh anggota OSIS lainnya ikut mengangguk. Mereka kemudian baru menyadari bahwa seluruh anggota OSIS sudah memegang satu per satu acara serta jobdesk masing-masing di Kepanitiaan. Mendengar hal itu, akhirnya mau tidak mau Bayu harus turun tangan. Cowok itu mengangkat tangannya. "Oke kalau begitu gue aja yang jadi Penanggung Jawab untuk kolaborasi ini," putusnya dengan tegas. Ia menatap seluruh anggota OSIS lainnya. "Gimana?" "Lo yakin gak masalah? Secara lo ini Ketua OSIS." Zaldi mengajukan pertanyaan. Bayu mengangguk mantap. "Gak masalah. Daripada dari kita gak ada Penanggung Jawabnya sama sekali, 'kan?" Ia terkekeh. "Malu sama anak-anak Teater udah mau ikut kolaborasi sama kita." "Iya, lagian kita semua di sini udah kejatah bagian masing-masing. Memang cuma Bayu yang sama sekali belum dapat jobdesk apapun." "Bener." Baik Zaldi maupun Jun akhirnya mengangguk. Lalu diikuti oleh anggota OSIS lainnya. Kini seluruh anggota OSIS mulai menatap arah anak-anak Ekskul Teater. Mereka menanti keputusan dari pihak Ekskul Teater itu. Gilang, si Ketua Ekskul Teater pun akhirnya angkat tangan. Ia mulai mengedarkan tatapannya. Kemudian menarik napas sebelum mengucap kalimatnya. "Sebelumnya kami mau berterima kasih karena sudah diajak berkolaborasi dalam memeriahkan acara. Lalu pada Ketua OSIS, kami juga ingin berterima kasih akhirnya sudah mau menjadi Penanggung Jawab." Gilang mulai berbicara. "Kebetulan Penanggung Jawab dari Ekskul Teater ini yaitu sosok yang mungkin sudah kalian kenal." Gilang menjeda kalimatnya. Ia menatap orang yang ia maksud itu kemudian menyuruhnya mengangkat tangan. Dan semua orang di sana terkejut. Termasuk Jun, dan Bayu. Ternyata orang yang mengangkat tangannya itu adalah Jena. "Iya, Jena yang akan bertanggung jawab dalam jalannya pementasan." Gilang tersenyum lebar sembari melanjutkan. Tak disangka seluruh orang yang ada di ruang itu tercengang. Mereka baru kali ini melihat Jena akan menjadi Penanggung Jawab. Sedangkan orang yang ditatap, hanya mengedik bahunya acuh. Tak peduli ditatap aneh seperti itu. Kini Jun mulai menatap Jena dan Bayu bergantian. Hal ini tak disangka olehnya akan terjadi. Bahkan jika ia harus memilih, lebih baik ia menjadi Penanggung Jawab untuk Ekskul Dance dan Ekskul Teater sekaligus, daripada membiarkan Bayu dan Jena harus bersama. *** "Lo sakit?" Jena yang hendak ke luar dari ruang OSIS menghentikan langkahnya. Ia membalik badan lalu mendapati Bayu yang tengah mendekatinya. Ia mengangkat sebelah alisnya. Tak menyangka seorang Bayu akan menanyakan hal itu padanya. "Enggak." Jena menggeleng. "Terus?" tanya Bayu lagi. Ia jadi penasaran akan tingkah Jena hari ini. "Terus kenapa lo jadi seolah gak bersemangat gitu? Bahkan saat ketemu gue?" Jena terkekeh mendengar pertanyaan Bayu yang sangat percaya diri itu. Ia mengakui bahwa perkataan Bayu benar. Memang biasanya dirinya akan bertingkah menggebu-gebu saat ada Bayu. "Gue lagi ada sedikit hal yang bikin kurang bersemangat aja. Tapi gue gak apa-apa, kok." Gadis di depan Bayu itu tersenyum lebih lebar lagi. Ia tahu bahwa Bayu tengah mengkhawatirkannya itu. Meskipun asing, namun tetap saja Jena menyukainya. Bayu pada akhirnya menatap Jena dengan selidik. Dengan cepat ia mengucapkan kalimat tanya yang membuat Jena terkejut. Dan Bayu tak pernah melihat ekspresi gadis itu sebelumnya. "Karena Jun?" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD