[SOPHIA] . Pintu dapur tiba-tiba terbuka lebar. Suara menggelegar bagai petir siang bolong membuat aku dan Hagia saling melepaskan diri. "Amca Ahmet? Yenge Õzcan? Mengapa kalian datang kemari?" Gugup bercampur malu menggeser miring otakku beberapa derajat hingga mulut ini mengucapkan kata-kata yang tidak pantas pada waliku sendiri. "Kenapa katamu?" Mata Amca Ahmet membeliak seolah hendak menerkam aku dan Hagia bersamaan ke dalam mulutnya yang lebar. Dia lalu mengirim isyarat pada istrinya, Yenge Õzcan, yang dibalas dengan anggukan samar. Yenge Õzcan berjalan cepat mendekati kami, mendorong tubuh Hagia yang masih dalam posisi berlutut di hadapanku. Istri pamanku itu bertubuh tambun dan sangat kuat, berhasil membuat Hagia limbung nyaris terjatuh. Untunglah tanganku berhasil menangkapny