When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
[HAGIA] . Sepertinya, aku harus mengacungkan jempol atas bagaimana Sophia bisa bertahan dengan kehidupannya hingga saat ini. Semakin lama aku mengenal gadis itu, semakin aku salut dan menghargainya. Dia telah tumbuh dengan baik, menghadapi bermacam cobaan kehidupan di usia belia, dan sanggup bertahan meski tanpa kedua orang tua. Baru saja satu drama yang melibatkan teman rasa saudara (aku masih bertahan dengan pendapat bahwa teman Sophia itu memiliki perasaan juga harapan untuk bisa lebih dari sekadar teman), sekarang muncul drama baru yang jauh lebih mengganggu. Paman dan bibinya datang. Mereka bersikap seakan Sophia membutuhkan banyak bantuan dan perhatian. Aku yakin, keluarga Yildirim jarang menengok tiga anak yatim piatu ini. Sophia, paman, dan bibinya berbicara dalam bahasa Tur