Bab 7. Resah

1055 Words
"Berapa lama, William?" Ucapan Cecil itu terus terngiang di telinga William bahkan hingga saat ini, setelah 30 menit yang lalu Cecil pergi dari rumahnya. William telah membersihkan tubuhnya, sangat bersih, tanpa ingin menyisakan aroma Cecil di kulitnya. Kini ia hanya termangu di dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk dengan tatapan lurus ke langit-langit kamar. "Bagaimana jika suatu hari nanti Hanna dilamar oleh seseorang? Saat itu terjadi, apa yang akan kau lakukan?" Lagi dan lagi pertanyaan sialan itu kembali mengusik ketenangannya. Ya, apa yang akan ia lakukan jika Hanna dilamar oleh pria lain selain dirinya? Haruskah ia menghajar pria itu, atau ... menuruti keinginan kedua orang tua angkatnya? "Suatu hari nanti, Ayah harap kau bisa mencarikan seorang pria yang baik untuk Hanna. Kau harus menjaganya, William. Karena sampai kapanpun Ayah ingin kalian tetap bersaudara, kau mengerti, 'kan?" Pesan itu, William mendecih pelan mengingat pesan yang selalu dilontarkan oleh almarhum ayah angkatnya padanya. Viscount Aroon Rosendale. Pesan itu tidak memberi kesempatan padanya untuk memiliki Hanna ataupun mencintai adiknya itu. Tapi William melakukannya, ia jatuh cinta pada Hanna. Dan menyimpan perasaan itu dengan sangat rapat di salah satu sudut hatinya. Terkadang, William rasanya ingin mengalami amnesia. Namun itu sudah pernah terjadi padanya, 21 tahun yang lalu ia tidak mengingat apapun saat pertama kali ia dibawa ke Rosendale House. Ia tidak ingat siapa dirinya sebelumnya, dan juga tidak tahu di mana kedua orang tua kandungnya berada. Bahkan hingga hari ini semuanya masih sama. Dokter yang telah dipanggil oleh kedua orang tua angkatnya untuk memeriksa keadaannya pernah mendiagnosa bahwa seseorang telah memukul kepalanya dengan sangat keras. William ditemukan oleh kedua orang tua angkatnya sedang berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah Kota Nottingham. Pakaiannya kotor, keningnya berdarah, dan semua penduduk Kota Nottingham yang melihatnya— mencemooh dirinya. Hanya kedua orang tua Hanna yang bersedia membawanya pulang ke Rosendale House. Aroon Rosendale merupakan Penguasa Kota Nottingham yang sangat baik, William merasa senang bisa menjadi putra angkat pria itu. "Apa yang harus kulakukan, Hanna?" lirih William. Kelopak matanya yang mulai terasa berat turun perlahan hingga menutup, William tertidur sambil menahan kesedihan yang menggerogoti jiwanya. *** "Doris, aku membutuhkan gaun baru," tukas Hanna, di pagi hari setelah ia mandi sambil memperhatikan gaun yang telah dipersiapkan Doris untuknya. Gaun itu indah, semua gaun yang ia miliki sangat indah seperti gaun para Putri Disney. Tapi tak satu pun dari gaun itu menarik perhatiannya sekarang. Hampir sebagian besar gaun miliknya memiliki kerah Sabrina dengan design mewah dan panjang melewati lututnya. Menutupi betisnya yang ramping dan lurus. Betis indahnya yang selalu diperhatikan oleh William selama ini. Gaun-gaun ini tidak akan menarik jika ia pergunakan untuk memancing reaksi William nanti malam. Ia butuh sesuatu yang lebih berani, ia butuh gaun yang bisa membuat William tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. "Nona ingin membeli gaun baru?" Doris membantu Hanna memasang resleting gaunnya. Lalu memperhatikan penampilan Hanna selama beberapa saat, anak Majikannya ini sangat cantik seperti boneka bahkan tanpa riasan di wajahnya. Hanna memiliki mata biru dengan bulu mata yang panjang dan lentik, hidungnya ramping dan tinggi, serta bibir tipis yang berwarna merah semerah ceri. Hanna juga memiliki d**a yang indah dengan pinggang yang kecil juga b****g yang menawan, membuat wanita muda ini seharusnya pantas mendapat gelar Duchess. Tapi tidak, Lady Hanna Rosendale hanya seorang Viscountess. Setidaknya dia bisa menarik hati seorang Duke. Jika saja wanita cantik ini tidak tergila-gila pada saudaranya sendiri, anak angkat yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya. "Aku tidak ingin pergi ke toko langganan Ibu, toko itu selalu membuat gaun panjang yang tidak menarik setiap tahunnya," dengus Hanna. Ia membiarkan Doris mengeringkan rambutnya dan menatanya dengan sebuah jepit mutiara. "Lalu ke mana Nona ingin pergi?" celetuk Doris dari belakang Hanna. "Ke sebuah toko yang menjual pakaian yang lebih modern. Aku ingin dress yang seksi dan lebih pendek." "Seksi? Pendek?" Doris sontak terbatuk dan menghentikan pekerjaannya. "Tidak, Nona Rosendale. Anda tidak boleh memakai pakaian itu, Anda putri seorang penguasa wilayah. Anda tidak bisa menunjukkan kepribadian yang akan membuat Anda dicap sebagai w************n!" protesnya, sambil menatap Hanna. Hanna menoleh ke kiri dan melirik Doris melalui pundaknya, "Apa penampilan itu terlihat murahan?" "Tentu saja!" tegas Doris cepat, tanpa jeda. "Anda akan membuat Tuan dan Nyonya menangis di dalam kuburan mereka jika Anda sampai mempermalukan diri Anda sendiri," imbuhnya lagi. Doris kemudian menghela napas sesaat, lalu melangkah memutari tubuh Hanna dan berhenti tepat di hadapan putri Majikannya itu. Ia menatap Hanna dengan penuh kasih layaknya seorang ibu. Doris menyayangi wanita cantik ini seperti putrinya sendiri, seorang putri yang tidak akan pernah ia miliki karena Doris telah memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada keluarga Hanna sebagai balas budi atas kebaikan Eleanor Rosendale, ibu Hanna, padanya. Seharusnya William juga seperti dirinya. Alih-alih pergi meninggalkan Rosendale House, seharusnya pria itu mencarikan seorang pria yang pantas untuk menjadi suami Hanna dan selalu menemani Hanna dengan baik hingga wanita cantik ini menikah nantinya. Tapi William melupakan tugasnya, pria memalukan itu terlalu merasa nyaman menjadi putra pertama Lord Aroon. Bahkan dengan sikapnya yang m***m, William sebenarnya tidak pantas berada di Istana ini dan tidak pantas menyandang gelar Lord di depan namanya. Karena yang bisa pria itu lakukan hanyalah mempermalukan Rosendale House dengan ulahnya bersama kekasihnya. Para pelayan sudah mengeluh, Hanna juga terluka akan sikap kakak angkatnya itu. Doris sendiri hanya bisa menelan semua kemarahannya di dalam hati tanpa berani menegur William sama sekali. "Tuan dan Nyonya pasti akan merasa sangat sedih jika mereka mengetahui tingkah Putra mereka yang telah dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh mereka selama ini," gerutunya dengan suara pelan, seolah Doris sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Dan kini, William juga memberi pengaruh buruk pada Hanna. Gara-gara kegilaan pria itu yang tidak bisa menahan nafsunya, sekarang Hanna juga ingin mengikuti jejaknya. Doris tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia akan bertindak, ia akan mengambil tugas William untuk mencarikan seorang lelaki yang baik untuk Hanna. Lelaki yang pantas untuk menjadi Majikannya berikutnya. "Begini saja, saya tahu sebuah toko yang bagus, Nona. Nyonya Eleanor pernah membawa saya ke sana beberapa bulan yang lalu sebelum kecelakaan itu terjadi." Doris diam sejenak, kelopak matanya memanas saat ia mengingat tentang Eleanor. Sang Nyonya yang lembut bak seorang Putri Raja. Doris sangat mencintai Nyonyanya itu, begitu juga dengan Tuannya, Lord Aroon. "Nyonya pernah ingin membelikan beberapa gaun di sana untuk Nona, gaun-gaun yang mereka miliki designnya sangat modern. Bagaimana jika Nona mengunjungi tempat itu terlebih dahulu bersamaku?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD