"Baiklah," sahut Hanna, dengan terpaksa menyetujui usulan Doris. Usai sarapan pagi, bersama Doris akhirnya ia pergi ke Pusat Kota. Mengunjungi toko yang telah Doris katakan pagi ini padanya.
Doris benar, di toko tersebut Hanna menemukan banyak sekali gaun yang sangat indah sekaligus terkesan mewah. Gaun yang pasti akan sangat disukai oleh almarhum ibunya. Meski designnya lebih modern dari gaun-gaun miliknya, namun gaun-gaun itu tidak tampak seksi melainkan elegan.
"Saya tahu Nona masih muda dan ingin mencoba banyak hal baru, tapi ingatlah, My Lady. Nona juga harus menjaga martabat Nona sebagai seorang Viscountess," nasehat Doris, sambil membantu Hanna yang tengah mencoba sebuah gaun berwarna peach tua di dalam ruang ganti pakaian. Kulit Hanna sangat putih dan halus, jadi warna apapun yang dikenakan oleh putri Majikannya ini semua akan terlihat sangat cocok di tubuh Hanna.
"Bagaimana menurutmu dengan gaun ini, Doris?" tanya Hanna seraya mengamati penampilan barunya di cermin. Gaun yang sedang ia kenakan memperlihatkan pundaknya yang bersih. Walaupun masih menutupi kedua betisnya tetapi gaun itu membuat ia terlihat jauh lebih segar karena warnanya.
"Gaun ini sangat indah, Nona. Nyonya Eleanor pasti juga akan berpendapat sama jika beliau melihat Anda sekarang."
Hanna sontak terdiam, matanya berkabut. Wajah ibunya yang cantik dan lembut seketika berkelebat di dalam benaknya.
Lady Eleanor Rosendale, ibunya itu merupakan cerminan wanita bangsawan yang sangat terhormat. Itu karena ia juga memiliki seorang ayah yang baik, yang selalu memperlakukan ibunya dengan penuh kasih sayang. Kedua orang tuanya adalah sepasang kekasih yang luar biasa, pasangan yang begitu menjaga pernikahan mereka.
Hanna juga menginginkan hal yang sama untuk dirinya. Ia berharap ia dan William bisa terus hidup bersama hingga mereka menua.
"Doris, aku ingin mencari calon suami, bagaimana menurutmu?" celetuk Hanna kemudian dengan tatapan lurus ke arah cermin yang terdapat di hadapannya. Seolah ia sedang mengamati dirinya yang terpantul di kaca cermin itu, namun sebenarnya pikiran Hanna justru tidak berada di tempat ini. Ia tidak bisa mengatakannya pada Doris bahwa ia ingin memiliki penampilan baru demi membawa William kembali ke Rosendale House. Karena itu ia mengatakan apa yang ingin wanita itu dengar.
Doris menanggapi ucapan Hanna itu dengan tersenyum tipis. Bukan berarti ia mempercayai kata-kata Hanna tadi. Apalagi, selama ini ia sudah terlalu banyak melihat apa yang putri Majikannya ini lakukan demi menarik perhatian William. Jadi kata-kata Hanna tadi justru terdengar seperti sebuah penyangkalan baginya.
"Saya akan merasa sangat senang sekali jika Nona benar-benar ingin mencoba mengenal seseorang, Nona. Bagaimana jika saya membantu Nona untuk mengaturkan sebuah kencan dengan seorang pria yang pantas untuk Nona?" ucapan Doris ini bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Doris telah memiliki sebuah list yang berisi nama-nama pria muda yang pantas untuk bersanding dengan Hanna. Semua nama pria itu telah ia kumpulkan selama satu tahun belakangan ini, sejak William mulai melakukan hal memalukan di Rosendale House. Dan Doris mendapatkan nama-nama itu berdasarkan referensi Eleanor.
Suatu hari, ia pernah melihat almarhum Nyonyanya itu menggumamkan beberapa nama pria muda saat membuat sebuah daftar. Ketika Doris bertanya pada Majikannya itu, sembari tersenyum lembut Eleanor menjawab, "Hanna telah dewasa, Doris. Setelah William menikah, aku ingin dia juga memiliki sebuah keluarga. Aku telah berdiskusi dengan suamiku, menurut Aroon— Hanna tidak bisa mencari seorang pria yang kedudukannya berada di bawah Viscount. Putriku itu hanya bisa mencari seorang pria dari kalangan atas untuk melanjutkan keluarga ini."
Dari percakapan itu, Doris akhirnya mengerti apa yang diinginkan oleh Majikannya. Jadi ia pun mulai mengumpulkan nama-nama putra Marquess dan Duke yang ia pikir sangat pantas untuk Hanna. Doris pernah mendengar kalau putra Duke Of Nottinghamshire sangat tampan dan lembut. Ia meletakkan nama pria itu di urutan pertama untuk menjadi calon suami Hanna. Gerald Windsor, Doris akan mengirimkan sepucuk surat pada pria itu nanti, proposal pernikahan dari keluarga Rosendale.
Tetapi untuk sementara ini, ia akan membiarkan Hanna mencari calon untuk dirinya sendiri, selama putri Majikannya ini bisa menjauh dari William.
"Kau tidak perlu melakukannya, Doris. Nanti malam aku ingin pergi keluar untuk melihat-lihat beberapa pria dari kalangan bangsawan. Aku harap aku bisa menemukan satu yang baik untuk diriku," ujar Hanna, menarik Doris dari lamunannya.
"Baik, Nona Rosendale." Doris mengangguk patuh.
***
Malam hari, alunan suara musik yang lembut menyambut kedatangan Hanna di RC Klub. Doris sempat bersikeras ingin menemaninya satu jam yang lalu, namun dengan mudahnya Hanna bisa mematahkan keinginan Kepala Pelayan Rosendale House itu.
Hanna melihat ke sekeliling lounge yang dipenuhi oleh para pria dan wanita yang berpakaian indah, kebetulan RC Klub sendiri memang hanya diperuntukkan untuk golongan menengah ke atas. Ia sengaja memakai topeng setengah wajah untuk menyamarkan keberadaannya. Sebab ini pertama kalinya ia meninggalkan Rosendale House seorang diri.
Di salah satu sofa, Hanna melihat William sedang duduk dan minum-minum bersama seorang pria yang tampak seusia saudara lelakinya itu. Ia mengenal pria itu, dia Dereck. Sahabat William satu-satunya sejak saudaranya itu menginjak remaja.
Setelah ia menemukan William, dengan dagu terangkat dan kepercayaan diri yang tinggi, Hanna maju ke depan menyebrangi lantai dansa.
"Selamat malam, semuanya!" teriaknya lantang, menginterupsi gerakan para pasangan yang sedang melantai.
Beberapa orang berbalik, menatapnya dengan wajah penasaran. Ia bahkan mendapatkan perhatian William dan juga Dereck yang tampak tersenyum nakal. Hanna melepas topengnya, beberapa pria terlihat menahan napas saat melihat wajahnya.
Namun tidak dengan William, rahang saudara lelakinya itu justru tampak semakin tegas. Membuat raut wajah William yang dingin menjadi semakin tampak menakutkan. Hanna mengabaikannya, bukankah beberapa hari yang lalu William sendiri yang telah memintanya untuk mencari calon suami? Jadi, di sinilah ia berada, di antara para putra dan putri bangsawan Nottingham.
"Aku Lady Hanna Rosendale, aku di sini untuk menemukan seseorang yang bersedia menikahiku!"
Seketika suasana berubah menjadi senyap. Beberapa pria menatap Hanna dengan penuh minat, sedangkan para wanita mencibir gelisah. Tidak ingin jika pamor mereka sampai direbut oleh Hanna.
Di sofa, dengan mulut menganga, Dereck melemparkan pandangannya ke arah William. Sahabatnya itu tampak sedang memperhatikan Hanna dengan penuh kemarahan. Bibir William membentuk garis lurus bahkan lebih lurus dari garis yang bisa ia gambar di atas kertas, sementara salah satu alis sahabatnya itu kini terangkat naik. William terlihat tidak senang, pria tampan itu juga terlihat sangat marah atas ulah adiknya.
"Apa ini, Will? Apa Hanna telah kehabisan pilihan hingga harus mencari calon suami di sini?" desis Dereck.
William tidak menggubris ucapan sahabatnya itu. Ia hanya merogoh saku celananya dan melemparkan beberapa lembar ratusan pound ke atas meja kemudian dengan cepat beranjak dari sofa. Setelah itu, ia melangkah tergesa-gesa ke arah Hanna dan menarik tangan adiknya itu.
Senyum Hanna seketika memudar merasakan tarikan sang kakak, topeng yang ia pegang bahkan terlepas dari tangannya. Jatuh tak jauh dari kaki seorang pria yang menatapnya sembari tersenyum smirk. Pria itu memungut topeng Hanna lalu melemparkan pandangannya ke tempat di mana wanita cantik itu telah menghilang bersama seorang pria. Ia mengenal siapa pria itu, William Rosendale, putra pertama Viscount Aroon. William cukup terkenal, namun ia baru pertama kali ini melihat Hanna yang merupakan adik William. Menurut rumor yang beredar di Nottingham, wanita cantik itu lebih banyak menghabiskan waktunya di Rosendale House.
"Lady Hanna, hmm," bisik pria ini sambil mendekatkan topeng Hanna ke bawah hidungnya. Menghirup aroma parfum wanita itu yang masih tertinggal di sana. "Kita pasti akan bertemu lagi."