"Iya, pak. Saya akan menjaga Hana dengan baik. Bapak dan keluarga tidak perlu khawatir."
Hana menahan napasnya saat mendengar suara om Andrew yang sedang meyakinkan bapaknya untuk membiarkan dirinya tetap sekolah di kota.
'Duh_ jadi makin nggak enak.' batin Hana lalu melirik Rea yang asyik dengan es cream vanilla miliknya.
"Sudah kan? Kita langsung pulang." ucap Andrew setelah menyimpan ponselnya.
Hana langsung menoel pinggang Rea. Ia ingin sahabatnya itu menanyakan hasil dari pembicaraan om Andrew dengan bapaknya.
"Eh daddy, gimana? Diijinin kan Hana tinggal di rumah kita?" tanya Rea cepat.
Andrew mengangguk. "Sudah makan?"
"Sudah, dad." sahut Rea cepat.
Andrew menggeleng. "Daddy nanya Hana." ucap Andrew dengan tatapan tak lepas dari Hana.
"Eh? Sud__" Hana terdiam. Ingin menjawab sudah tapi belum. Ingin jawab belum tapi sungkan. Pasalnya tadi ia terlalu cemas tentang nasib sekolahnya hingga ia tak begitu lapar dan berakhir tidak menyentuh makanan yang sudah dipesan.
Sedang Rea hanya diam. Ia tahu kalau sahabatnya itu tidak menyentuh makanan dan sengaja membiarkannya.
"Daddy kan juga belum makan. Bagaimana kalau kalian makan dulu baru kita pulang." ucap Rea membuat Andrew mengangguk sedang Hana hanya diam.
"Kamu mau ke mana, Re?"tanya Hana. Pasalnya Rea malah berdiri.
"Ha? Ini__ gue kan udah makan. Jadi mau ke toko depan beli boneka santet eh boneka beruang maksudnya, buat di kamar." ucap Rea membuat Hana melotot.
"Ya udah, gue ikut." ucap Hana lalu bersiap untuk berdiri.
"Eh_mau ngapain? Makan dulu! Entar gue beliin deh satu boneka doraemon."ucap Rea lalu segera berlari pergi membuat Hana akhirnya pasrah.
"Mau pesan yang baru?"
Eh?
Hana langsung menatap om Andrew lalu melirik makanan dihadapannya. "Nggak usah, om. Yang ini aja."
"Yang itu sudah dingin. Kita pesan yang baru."ucap Andrew lalu memanggil pelayan dan sekali lagi, Hana hanya bisa pasrah.
Setelah makan dan keluar dari restoran, sekarang Hana dan Rea malah rebutan duduk di kursi belakang.
"Om Andrew kan daddy lo. Ya lo lah yang duduk di depan." bisik Hana. Ia tidak mau duduk di depan bersama om Andrew.
"Aduh, Han. Kepala gue sakit banget. Mau rebahan di belakang. Kalau di depan gue nggak bisa rebahan." balas Rea sambil memegang kepalanya.
"Tapi__"
Tinn tinn
"Tuh! daddy udah klakson."ucap Rea lalu bergerak cepat memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.
Hana langsung menghela napas. Ia tidak mau duduk di depan. Tapi juga tidak mungkin duduk di belakang. Pasalnya Rea sudah berbaring dengan nyaman sambil memeluk boneka beruang yang tadi baru ia beli.
"Ada apa?"
Hana melotot saat om Andrew malah keluar dari mobil dan mendekati dirinya.
"Nggak kok om. Nggak papa." ucap Hana gelagapan.
Andrew mengangguk lalu bergerak membuka pintu mobil tepat di samping kursi kemudi. Yang artinya Hana tidak ada pilihan lain selain duduk di depan.
"Silahkan."ucap Andrew membuat Hana mengangguk lalu bergerak memasuki mobil.
"Makasih, om."ucap Hana pelan.
Andrew mengangguk lalu menutup pintu mobil kemudian berlari kecil menuju kursi kemudi.
"Kita langsung pulang? Atau ada tempat lain yang harus kita datangi." tanya Andrew namun setelah beberapa detik tidak ada yang menjawab.
Hana menoleh kebelakang. "Rea, daddy lo nanya. Jawab dong!"
"Saya nanya kamu."
Ha?
Hana membeo. Jadi tadi om Andrew bertanya padanya. Tapi kenapa?
"E_ nggak sih om." sahut Hana pelan.
Andrew masih menatap Hana. "Tidak ada yang perlu dibeli? Seperti peralatan mandi atau yang lainnya."
Hana menepuk kepalanya pelan. Benar juga. Tapi mana berani ia meminta singgah ke mini market.
"Nggak papa, om. Belinya bisa besok." ucap Hana.
Andrew menggeleng lalu melajukan mobilnya. "Sepertinya di depan ada mini market. Kita mampir di sana." ucap Andrew membuat Hana melotot. Kenapa daddy nya Rea suka sekali memutuskan segalanya sendiri.
Setelah perjalanan hampir sepuluh menit, mobil berhenti di depan sebuah mini market.
Andrew segera keluar dari mobil sedang Hana langsung menoleh ke belakang.
"Rea, ayo turun!" ajak Hana.
"Kalian aja deh. Kepala gue pusing banget." sahut Rea membuat Hana melotot. Ia tidak mungkin belanja berdua dengan om Andrew.
"Tapi__"
"Buruan, Han. Kasihan daddy gue nungguin lo." ucap Rea membuat Hana menoleh ke arah luar. Di sana bisa ia lihat om Andrew yang sedang berdiri menunggunya.
Hana mendesah pasrah lalu keluar dari mobil. Sedang Rea langsung saja membuang boneka beruang yang ada di pelukannya lalu bangun untuk mengintip.
Rea tertawa cekikikan saat melihat betapa canggungnya Hana saat melangkah bersama daddy nya.
"Tapi kalau dilihat-lihat, mereka cocok juga." gumam Rea lalu tersenyum lebar. Meski sahabatnya itu sangat muda tapi Rea tahu, bahwa tidak ada yang lebih pantas untuk daddy nya selain Hana.