Hana meletakkan buku menu lalu menatap pria dewasa di depannya. "Apa nggak sebaiknya kita nunggu Rea dulu, om." ucap Hana pelan. Pasalnya ia diminta memilih menu tapi Rea belum datang. Dan lagi, bukankah katanya Rea sudah menunggu di restoran lalu kenapa tidak ada.
"Terserah saja." ucap Andrew lalu menutup buku menu.
Sedang Hana kembali memeriksa ponselnya. Kenapa Rea tidak membalas pesannya? Apa mungkin terjadi sesuatu.
"Om."Panggil Hana memberanikan diri.
"Ada apa?" tanya Andrew membuat Hana menahan napas karena lagi-lagi ia harus bertatapan langsung dengan pria dewasa di depannya.
"Apa nggak sebaiknya kita cari Rea, om. Takutnya terjadi sesuatu dan__"
"Kamu mengkhawatir Rea?" sela Andrew membuat Hana melotot.
"Tentu saja, om. Rea kan sahabat Hana. Dan bukannya tadi om bilang Rea udah nunggu kita ya? Tapi kenapa Rea nggak ada di sini." tanya Hana membuat Andrew diam.
Diamnya Andrew membuat Hana habis kesabaran. Bisa-bisanya om Andrew tidak khawatir pada putrinya sendiri. Bagaimana jika Rea kecelakaan atau mungkin diculik.
"Ya sudah. Biar Hana yang cari Rea, om tunggu dis__"
"Duh_maaf ya dad, Han. Kalian pasti nunggu lama ya?" ucap Rea yang baru saja datang dan langsung duduk di kursi samping Hana.
Hana segera mencubit paha sahabatnya. "Lo ke mana? Kata om Andrew lo udah nunggu di sini." bisik Hana membuat Rea membeo. Ia saja baru diberi tahu untuk menyusul ke restoran.
"Hah?" Rea menatap daddy nya seolah bertanya namun sang daddy malah diam tak mengatakan apapun.
"Re?" tanya Hana meminta penjelasan.
Rea hanya bisa tersenyum canggung. "Oh itu_ iya gue tadi udah nunggu di sini. Tapi kalian lama jadi gue keluar nyari e.. buku, iya buku." ucap Rea terbata-bata. Berkat daddy nya, sekarang ia jadi banyak bohong.
"Terus buku yang lo beli mana?"tanya Hana membuat Rea gelagapan.
"Itu_ gue nggak jadi beli." sahut Rea lalu melirik sang daddy minta bantuan.
"Ehem_ Kalian mau pesan apa?" tanya Andrew membuat Hana mengalihkan perhatiannya dari Rea.
Rea sendiri sudah mengambil buku menu dan mengajak Hana memilih makanan untuk mereka pesan.
"Kita pesan yang ini aja ya?"tunjuk Rea asal pada salah satu menu.
Hana berpikir sejenak dan ingin mengangguk, namun__
"Jangan!" cegah Andrew membuat Hana dan Rea menatap pria dewasa di depan mereka.
"Kenapa dad? ini kelihatan enak loh." tanya Rea.
"Itu daging ayam. Bukannya Hana alergi daging ayam." ucap Andrew datar.
Eh?
Hana langsung memajukan tubuhnya. "Dari mana om tahu kalau saya alergi daging ayam?" tanya Hana. Bukannya sangat aneh jika daddy sahabatnya mengetahui hal seperti itu.
Sedang Rea langsung menatap tajam daddy nya lalu segera membuat alasan. "Gue yang kasih tahu daddy, Han." ucap Rea membuat Hana menatap sahabatnya. Mungkin jika Rea cerita tentang persahabatan mereka itu tidak aneh, tapi masa iya sampai kealergi yang ia punya.
"Lo cerita apa aja ke daddy lo?" tanya Hana. Jangan-jangan semua rahasia yang ia ceritakan pada Rea juga gadis itu ceritakan pada daddynya.
Rea segera tertawa lalu menggeleng tanda ia tak menceritakan banyak hal."Cuma itu aja sih. Nggak tahu juga kenapa gue malah cerita tentang alergi lo ke daddy. Tapi ada untungnya kan? Kalau dulu gue nggak cerita ke daddy mungkin sekarang tubuh lo udah merah gara-gara alergi." ucap Rea panjang lebar membuat Hana diam lalu mengangguk. Benar juga. Lagipula setahu Hana, daddy nya Rea memang sangat cerdas makanya mungkin bisa mengingat banyak hal dengan baik termasuk cerita Rea tentang alergi yang ia punya.
Selesai makan, Hana langsung saja pamit.
"Biar gue sama daddy anter ya." tawar Rea yang diangguki oleh Andrew.
Hana segera menggeleng. "Nggak usah. Lagian gue harus ke toko, nggak langsung pulang." ucap Hana membuat Rea menatap sang daddy.
Andrew hanya mengangguk tanda bahwa ia mengijinkan Hana pergi. Lagipula di luar ada pak Rahmat yang Andrew minta untuk mengantar Hana.
"Ya udah. Hati-hati ya. Sampai ketemu besok." ucap Rea yang dibalas anggukan oleh Hana.
"Duluan, om. Dan makasih untuk makanannya." ucap Hana lalu tersenyum manis kemudian melangkah pergi.
"Hahh" Setelah Hana pergi, Rea langsung saja bernapas lega. Sumpah ia begitu dibuat ketar ketir, takut jika daddy nya tiba-tiba saja menyatakan cinta pada Hana.
"Hana masih kerja di toko? Bukannya daddy udah kasih uang ke kamu untuk bayar kontrakan Hana." tanya Andrew membuat Rea menghela napas kembali.
"Daddy tahu Hana kan? Dia anaknya pekerja keras dan gampang curigaan. Rea nggak mungkin langsung kasih uang banyak, yang ada dia malah marah." ucap Rea membuat Andrew mengangguk lalu berdiri.
"Yuk! Daddy anter kamu pulang." ucap Andrew membuat Rea tersenyum lalu segera merangkul lengan sang daddy.
Rea tersenyum lalu mendongak menatap wajah tampan daddy nya. "Sebenarnya Rea punya satu cara supaya daddy sama Hana bisa dekat." ucap Rea membuat Andrew menatap sang putri.
"Apa?"
Rea tersenyum lalu menepuk perut daddy nya. "Ada deh. Pokoknya daddy tunggu aja." ucap Rea lalu berlari meninggalkan daddy nya.
Sedang Andrew hanya tersenyun tipis melihat kelakuan putri kesayangannya itu.