When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kiara merenung di dalam kamarnya seorang diri. Setelah makan siang tadi, Aksa memaksa Melani untuk mengajak pulang Kiara karena sudah tidak tahan dengan sikap Alan yang mencoba untuk mendekati adiknya. Ia tahu betul track record pria itu dulu dan ia khawatir Kiara akan masuk dalam perangkapnya. Terlebih Kiara memiliki trauma yang harus disembuhkan. Bayangan saat Kiara dihujat dan diarak keliling kampung dengan dihujani umpatan-umpatan kasar melintas di kepalanya. Ia belum bisa menghapus sepenuhnya memori tentang kejadian itu dari kepalanya. Entah dia siap atau tidak kembali ke desa itu untuk saat ini. Sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunan Kiara. Seseorang yang selalu ada dan mendukungnya saat ini masuk dengan membawa sebuah nampan berisi dua minuman dingin dan camilan kue kering