When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Matahari belum muncul saat Kiara siap untuk pergi. Dadanya berdegup kencang membayangkan akan pulang ke kampungnya. Wajah bibik Sarinah yang mengusirnya terbayang di pelupuk mata. Seketika tubuhnya gemetar mengingat setiap detil kejadian yang menimpanya. "Kiara!" panggil, Melani dari luar pintu. "Masuk, Kak!" ucap Kiara setelah mencoba menetralkan perasaan takutnya. "Sudah siap? Pesawatnya berangkat dua lagi. Yuk, kita berangkat," ajak Melani. Kiara mengangguk lalu meraih ransel berisi pakaian ganti di pojok kamar dan mengikuti Melani. Di ruang tengah, Aksa sudah siap dengan pakaian kasualnya. Ia berdiri ketika melihat Melani dan Kiara mendekat. Sesuai hasil musyawarah keluarga, hari ini Kiara diantar Melani dan Aksa akan pulang ke kampungnya untuk mengambil dokumen penting milik K