When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aksa berubah menjadi dingin melihat nama yang sedang menghubungi Kiara tersebut. Ia pikir lelaki itu sudah menyerah dan tidak akan menggangu Kiara lagi. Ternyata dia salah. Alan yang sekarang lebih gigih dibandingkan Alan beberapa tahun yang lalu. "Dia masih sering menghubungimu?" tanya Aksa membuat gadis itu menoleh padanya. Dering panggilan itu masih terus berbunyi hingga beberapa detik lamanya. Kiara ragu-ragu mau mengangkatnya terlebih sikap Abangnya yang berubah jadi dingin. "I-iya, Bang. Tapi Kiara jarang respon." "Good. Kamu harus fokus sama kuliahmu saja. Nggak usah terpengaruh oleh cowok-cowok yang mendekatimu, baik itu Alan atau ... Satrio." Kiara menatap abangnya sekolah. Gurat kemarahan tercetak jelas di wajah Aksa yang tampan. Kiara hanya bisa mengangguk setuju karena