When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Alan terdiam. Lalu memandang sebelahnya yang dua hari ini ditempati oleh Kiara. Pria itu menggelengkan kepala mengusir bayangan Kiara yang terus menjajah pikirannya. Ia tahu kalau Kiara sedang sakit dan Tak mungkin memaksakan diri untuk bekerja. Untuk mengusir semua bayangan gadis manis itu, ia memilih untuk menyibukkan diri dengan memasak pesanan pelanggan tanpa berbicara. Bahkan saat ia membutuhkan sesuatu hanya memintanya pada dua anak buahnya dengan kode. Aura dapur begitu menyeramkan saat ini. Tak ada yang berani bersuara karena sang bos yang sedang kurang bersahabat. Kebetulan sekali hari ini weekend sehingga kafe sangat ramai. Tiara dan Eksan saling pandang melihat bosnya yang seperti meromusha mereka. Bahkan sekadar untuk minum saja mereka hampir tak ada kesempatan. Waktu sud