When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Kenapa, Kak? Kak Alan nanyain aku, ya? Pasti dia mau nanya besok aku bisa masuk atau nggak, ya 'kan?" Melani mendengus. Entah mengapa ia tak suka adiknya dekat dengan Alan. Lelaki itu memang secara fisik lebih tampan dari abangnya. Namun sifatnya itu membuatnya tak suka. Terlebih diantara keduanya ada masalah yang belum selesai. Wajar jika mereka tampak seperti perang dingin. "Kiara, ku kasih tahu, ya. Kamu jangan terlalu dekat sama manusia kutub itu!" peringat Melani pada adiknya. Niat mereka untuk tidur jadi urung kembali gara-gara telpon dari Alan. "Emangnya kenapa, Kak? Dia baik kok sama Kiara." Melani menggertakkan giginya. Mencoba menahan emosi agar tidak meledak di hadapan sang adik. Bagaimanapun Kiara orang baru yang tidak tahu masalah mereka sebelumnya. Ia tak mau Kiara men