When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kiara menatap bibik Sarinah dengan pandangan nanar. Orang yang selama ini ia anggap sebagi ibunya sendiri, yang selalu ia hormati dan patuhi setiap perintahnya, tega sekali mengatakan hal itu. Selama ini Kiara selalu menutup mata tas perlakuan kasar bibik Sarinah dan keluarganya karena dia bergantung hidup padanya. Ia menganggap sikap mereka sebagai bentuk perhatian untuk mendidiknya menjadi anak yang berbakti. Namun kenyataan menghempaskan harapannya selama ini. Mereka masih memberinya makan dan tempat tinggal karena terpaksa. "Bibik, tolong izinkan Kiara masuk sebentar saja, Bik. Kiara tidak akan mengambil apapun dari rumah ini. Hanya dokumen pribadi Kiara yang Kiara butuhkan, Bik," mohon Kiara. Tangannya berusaha untuk menggapai tanggan bibiknya tapi langsung ditepis kasar. "Bik,