When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Bang Aksa, Maaf," ucap Kiara setelah posisinya aman. Ia segera menjauhkan diri dari Abang angkatnya itu setelah posisi berdirinya mampu seimbang. Pun dengan Aksa yang reflek menangkap tubuh Kiara. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Salah tingkah ketika lagi-lagi mereka tabrakan. Ah, apa memang merak ditakdirkan untuk saling bertabrakan setiap kali bertemu? Padahal mereka sudah menjadi adik kakak. "Kenapa buru-buru sekali, ada apa?" tanya Aksa tanpa memedulikan permintaan maaf Kiara. Lagi pula dirinya juga salah karena berdiri di depan pintu, jadi tidak akan menyalahkan gadis itu. "Ini, Kak. Aku harus segera ke dapur. Takut kena marah Kak Alan kalau tidak segera ke sana padahal sudah sampai cafe sejak tadi." Kiara hendak berjalan meninggalkan Aksan namun pemuda itu menghalangi