SEMBILAN

1545 Words
Sky baru saja keluar dari ruangan tempat ia mengurus beasiswa permanennya. Claude pergi begitu saja setelah mengantarkannya ke dalam, tak memperdulikan dirinya yang menjadi pembicaraan orang-orang. Sky yang beruntung karena mendapat kabar jika dosen yang mengajar kelasnya setelah ini tidak masuk. Mendapat kesempatan seperti itu, Sky pun memutuskan untuk cepat-cepat kembali pulang. Ditengah perjalanannya menuju keluar kampus, Sky bertemu dengan Juna. Gadis itu mengingat sesuatu. “Juna!” Sky berteriak memanggil Juna yang tengah mengendarai motor matic-nya. Mendengar teriakan dari Sky, lantas saja Juna menghentikan lajunya. “Gue mau ngomong,” ujar Sky saat ia sudah berdiri di hadapan Juna. “Naik. Gue enggak mau ngomong disini.” Mendapat perintah dari Juna seperti itu, Sky langsung menuruti apa yang juna katakan. Ia tak juga harus cepat-cepat pergi dari kampusnya. Tak jauh dari kampus, ada sebuah tempat yang dipenuhi oleh penjual makanan. Juna menepikan motornya dan mengajak Sky kesana. “Lo enggak apa-apa, kan, gue ajak makan dipinggir jalan kayak gini?” tanya Juna setelah mereka turun dari atas motornya. “Gue bisa makan dimana aja.” “Gue kira lo cuma mau makan di tempat mahal.” Juna tertawa mengejek. Sky hanya diam dan mengikuti Juna duduk disebuah meja kosong. “Lo mau mesen apaan?” tanya Juna pada Sky yang sedari tadi mengedarkan pandangannya. “Soto Ayam.” Sky menjawab setelah melihat seseorang memakan Soto Ayam yang ada disana dengan lahap. Juna pun memanggil penjual makanan dan memesan makanan untuk mereka. “Lo mau ngomong apaan?” tanya Juna. “Lo kan yang nyebarin gosip tentang gue dan Claude?” tanya Sky langsung pada intinya. “Ya, enggak lah. Menurut lo buat apa gue belaga culun? Buat nyebarin berita enggak penting?” Juna tertawa. “Terus? Kenapa mereka semua bisa tau?” “Yaaaa, mana gue tau. Itu bukan urusan gue kali. Sekali pun gue yang ngomong, lo pikir orang kayak lo dan gue gini bisa dipercaya omongannya sama mereka? Yang ada gue digebukin sama kacung-kacungnya Claudius.” Juna berujar dengan serius. “Kalo bukan lo, terus siapa?” Sky tampak berpikir. Pikiran gadis itu kembali pada saat kemarin ia pulang ke apartemen Gabe. Tak lama mereka bertemu dan Gabe mengatakan sesuatu tentang dirinya dan Claude. Artinya, Gabe sudah tau tentang hubungan mereka saat itu. “Apa mungkin Claude yang nyebarin?” tanya Sky lebih kepada dirinya sendiri. “Heh, muka dua. Lo pikir lo cewek yang bisa dibanggain begitu aja, apa? Ngapain juga dia nyebarin kalo pacaran sama lo.” Juna lagi-lagi tertawa mengejek. “Lo bisa enggak, sih, kalo ngomong sama gue itu yang sopan sedikit?!” Sky berujar kesal. “Gue emang blak-blakan. Jadi, lo aja yang berusaha ngerti.” Tak lama pesanan mereka pun datang. “Juna, kan lo udah terlalu banyak tau tentang gue. Gue juga mau tau lah tentang lo sebagai jaminan,” ujar Sky disela-sela makannya. “Apaan?” “Lo kenapa pura-pura culun?” “Males gue. Ntar kalo pada tau gue kaya, pada nempel di gue kayak lintah lagi.” “Jadi ... Lo kaya aslinya?” tanya Sky. “Yaaaa sebelas dua belas deh sama si Claudius.” Sky hanya mengangguk-anggukan kepalanya setelah itu dan melanjutkan makannya. ***** “Makasih,” ujar Sky saat Juna menurunkannya di halte. Juna hanya pergi begitu saja. Pemuda itu sama sekali tak mengindahkan ucapan dari Sky. “Gue enggak suka kalo cewek gue main di belakang. Apa lagi sama cowok cupu.” Tiba-tiba saja suara dingin milik Claude terdengar. Sky memang tidak menyadari jika Claude menunggunya disana. Beruntung gadis itu belum berjalan ke apartemen Gabe. “Kak Claude?” Sky berbicara dengan nada terkejutnya. “Kaget?” Claude bangkit dari duduknya dan menghampiri Sky. “Gue pikir lo cewek baik-baik. Ternyata lebih buruk dari yang lain.” “Maksud Kakak apa?” tanya Sky yang tidak terima dengan perkaraan Claude. “Maksud gue, ternyata bisa juga cewek kayak lo main belakang.” Claude tersenyum mengejek. “Aku ... Aku bukan cew—” “Enggak penting. Pertama, gue enggak terima penjelasan. Kedua, lo juga enggak penting-penting banget sebenernya. Ketiga, gue enggak suka kalo lo main belakang, itu bikin gue malu. Keempat, harusnya lo lebih tau diri.” Claude menepuk-nepuk bahu Sky. Sky menundukan kepalanya. Ia menahan emosi. Bisa-bisanya ia diperlakukan seperti ini? “Sabar. Ini semua demi Abang.” Gadis batin Sky berusaha mengingatkan. “Mulai besok, pake baju yang lebih layak dikit. Modis dikit. Baju lo kayak gitu banget, astaga. Gue baru sadar.” Claude berdecak tidak percaya. “Cowok gila!” batin Sky berteriak marah. “Lo denger gue, kan?” tanya Claude. “Kak.” Sky menarik napasnya dalam sebelum akhirnya berbicara. “Waktu itu, kayaknya Kakak enggak kayak gini perlakuin aku?” “Pura-pura. Lo tau pura-pura, enggak? Cuma mau ngambil hati lo aja. Tapi setelah gue pikir-pikir, banyak jalan buat jadiin lo cewek gue. Jadi ... ya, ngapain gue repot-repot?” Claude mengangkat alisnya. “Lebih baik lo jangan terlalu percaya diri.” “Oh, begitu.” Sky tersenyum. “Kurang ajar! Ngapain dia cium-cium gue waktu itu?!” Sky kembali membatin. “Inget. Pake baju yang layak mulai besok. Gue sebenernya malu jalan sama cewek yang enggak bisa mantesin dandanannya.” Claude membalikan tubuhnya hendak meninggalkan Sky. Sky yang mendengarkan penuturan Claude jelas saja mengepalkan tangannya kesal. Dalam hati ia bertanya, berapa banyak lagi penghinaan yang harus ia dapatkan? “Satu lagi. Gue suka cewek yang rada manja. Lo harus bisa kaya gitu.” Claude berujar tanpa membalikan tubuhnya dan pemuda itu mengangkat tangan kirinya sebagai tanda ia pergi. Dada Sky sudah naik turun sedari tadi karena menahan amarahnya. Bisa-bisanya ia mendapat penghinaan yang begitu dalam sedari tadi. ***** Sky yang baru saja selesai mandi itu pun duduk didepan televisi. Tak lama, Gabe baru pulang ke apartemennya. “Udah pulang?” ”Bang” “Gue bukannya udah bilang? Jangan ngajak gue ngomong!” Bukan jawaban yang ia dapat, lagi-lagi perkataan seperti itu yang keluar dari mulut Gabe. “Maaf.” Braakk. Suara pintu yang dibanting terdengar. Itu adalah Gabe yang masuk ke dalam kamarnya. “Kenapa sih, Bang? Abang enggak bisa kasih tau aja semuanya? Kenapa Abang berubah sama aku?” Sky bertanya-tanya dalam hatinya. ***** Sky membongkar lemari bajunya. Ia sedang memeriksa pakaiannya. Apakah ia memiliki pakaian yang pantas menurut Claude atau tidak. Tapi tak ada satu pun pakaian yang menurutnya pantas untuk pemuda seperti Claude. “Pake baju apaan, nih, besok?” Sky bertanya pada dirinya sendiri. Karena sama sekali tak menemukan pakaian yang menurutnya pas, akhirnya Sky memutuskan untuk pergi membeli pakaian. “Kemana?” tanya Gabe saat Sky keluar dari kamarnya. “Mau pergi sebentar,” jawab Sky tanpa berani mengangkat kepalanya melihat wajah Gabe. “Jangan ngerepotin gue. Gue enggak mau tiba-tiba ada telpon kayak kemaren. Dari rumah sakit, lah. Apa, lah. Gue sibuk!” ujar Gabe dengan suara lantang saat Sky berjalan melewatinya. “Iya. Enggak akan keulang lagi. Maaf.” Sky menundukan kepalanya semakin dalam sebelum akhirnya ia melanjutkan langkah kakinya. ***** Di sebuah pusat perbelanjaan, Sky keluar masuk ke toko pakaian. Ia memebeli beberapa stel pakaian dan beberapa pasang sepatu baru meski pelayan toko yang melayaninya sempat tak mempercayai Sky untuk membelinya. “Enggak sangka gue ketemu lo disini.” Suara seseorang terdengar ketika Sky tengah memilih-milih pakaian. “Jane?” “Dikasih duit berapa lo sama Claude sampe bisa masuk ke toko kayak gini?” Jane mendengus kesal karena menurutnya, Sky sudah memanfaatkan Claude. “Ini ... bukan pake uang Claude. Ini ....” “Lo pikir gue percaya? Lo aja masuk pake beasiswa. C'mon. Kita semua udah tau lo siapa.” Jane tersenyum miring. “Jane, kamu sal—” “Sky?” Tiba-tiba seorang pria paruh baya datang menghampiri mereka. “Om?” Tentu Sky kaget bukan main saat mendapati Alex, Kakak laki-laki dari ibunya, ada disana. “Oh. Ternyata selain godain Claude, lo juga simpenan Om-om.” Jane berjalan pergi meninggalkan Sky yang tak bisa mengatakan apa-apa. “Kamu sendirian?” tanya Alex. “Iya, Om. Om sama siapa?” Sky tersenyum. Gadis itu lagi-lagi memasang senyum palsunya. “Tadi nganterin Tania. Tuh, dia lagi bayar.” Alex menunjuk ke arah kasir, ke arah seorang gadis yang berdiri membelakangi mereka. Tania adalah anak dari Alex dan istrinya. Usia Tania berada satu tahun dibawah Sky. Kadang Sky bertanya-tanya, kenapa kakak laki-lakinya dan dirinya bisa lebih tua dari pada Tania yang merupakan anak dari kakak ibunya. Tapi Sky tak pernah mempertanyakannya sama sekali. “Kalo udah, kamu ke kasir aja sana. Biar sekalian Tania yang bayar.” Ucapan Alex membuyarkan lamunan Sky. “Enggak, Om. Sky belum selesai.” Sky tersenyum tidak enak karena telah menolak tawaran dari Alex. “Mami kamu udah pulang?” Alex yang teringat akan Lea pun menanyakan kabar adiknya itu. “Belum, Om. Kakek masih sakit. Jadi, Mami sama Papi tinggal masih nemenim Kakek,” jelas Sky. “Kamu enggak kerumah Nenek Miranda? Dia kangen lho, sama kamu.” Alex mengusap puncak kepala Sky. “Nanti Sky kesana sama Abang, Om.” Mendengar kalimat itu, gerakan tangan Alex terhenti. “Kenapa, Om?” Sky menyadarinya. “Enggak.” Alex tersenyum. “Om duluan, ya? Tania kayaknya udah selesai.” Setelah pamit pada Sky, Alex pun pergi meninggalkan gadis itu yang tengah bertanya-tanya tentang Alex yang terburu-buru meninggalkannya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD