Lira terkejut setengah mati saat menyadari aku berdiri di belakangnya. Terlihat gadis itu buru-buru mengakhiri panggilan dengan seorang yang kuperkirakan adalah Alia. "Kenapa ditutup?" Sambil menyilangkan tangan di depan d**a, aku bertanya dengan tatapan menyelidik pada adikku yang terlihat begitu salah tingkah kala tatapan kami beradu. "Ng-nggak apa-apa, Mbak," balas adikku terbata-bata. Membuatku gemas setengah mati. Bagaimana tidak, bukankah adikku yang satu ini suka sekali menguji kesabaran melalui sikapnya yang tak terbuka selama ini? Ya, semenjak hari itu, dia memang menjadi sosok yang berbeda dari sosok Lira yang selama ini kukenal. Namun, sayangnya, hanya dia satu-satunya saudara yang kumiliki. "Apa yang salah dengan Galang?" Aku yang memang penasaran dengan maksud ucapannya saa