Chapter 03 - DeJavu

602 Words
 CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA. KESAMAAN NAMA, ORGANISASI, PERISTIWA DAN TEMPAT BERSEJARAH TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIA NYATA. Kantor Pusat Keamanan Rusia   Duduk dikursi dengan tubuh tegap menjadikan sosok Napoleon begitu tampak berwibawa. Dihadapanya terhampar berbagai berkas yang tampak berserakan disanasini, tersebar hampir di seluruh permukaan meja kaca kerjanya, namun yang paling menarik dari sekian banyak tumpukan kertas tersebut adalah koran dengan sampul bagian depan yang hampir rusak, tanda bahwa telah disimpan pada brangkas dengan waktu yang cukup lama, tertera dengan jelas menggunakan huruf balok yang tebal sebuah judul artikel yang terletak dibagian atas depan Tewas Dalam Kecelakan Tunggal, Wanita Ini Calon Istri Seorang Mafia. Koran yang diterbitkan oleh Rusian News Paper satu jam setelah kecelakan tersebut terjadi berhasil menjadikan agensi tersebut menjadi terkenal lantara tulisan kontroversi dari salah satu jurnalis miliknya,mengabaikan judul menarik berita yang sempat hangat dua tahun yang lalu, kini fokus kembali pada isi yang disampaikan. Setelah melirik sekilas pada koran tersebut, terlihat Napoleon yang sibuk dengan ketikan diatas keyboard laptopnya sebelum suara pintu diketuk dari luar, apa ia sedang kedatangan tamu?tapi sepertinya tidak ada undangn bertemu seseorang hari ini. Tampak masuk dengan tergesa sekertaris perempuan yang bekerja untuknya "Dabro utra senor,Mr.Dostoevskaia menunggu anda diluar." lapornya pada pemimpin tertingginya. "Apa aku ada jadwal rapat hari ini?" tanya Napoleon mengabaikan topik yang disampaikan sekertarisnya. "Tidak ada, hanya meeting sektor 7 pukul dua siang nanti senor." jawabnya seolah ia begitu mendalami pekerjaan tentang menghafal jadwal aktivitas orang lain. "Biarkan dia masuk dan seharusnya kau tidak membiarkanya menunggu melainkan langsung memintanya untuk masuk." koreksi Napoleon yang dibahas tundukan kepala oleh wanita dihadapanya. "Maaf tapi saya hanya menjalankan tugas agar tidak ada yang menggangu anda pagi ini." Dan setelah tubuh sekertaris tersebut hilang dibalik pintu kayu,masuk pria bernama Dmitri Dostoevskaia. "Dabro utra saudaraku."sapanya ketika melihat Napoleon. "Dabro utra saudaraku." balas Napoleon sambil berdiri menyambut kedatangan sahabat masa kecilnya. "Duduklah pasti ada sesuatu hingga membawamu datang kemari." lanjutnya yang dibalas dengan kekehan dari lawan bicara. "Hanya bisnis yang membawaku kepadamu Napoleon." terangnya memulai percakapan, bersamaan dengan dihidangkanya satu paket white brandy. Setelah dua jam berbincang, akhirnya Dmitri pamit setelah menerima telfon dari kantor tempatnya bekerja,kantor cabang dari yang ditempatinya sekarang "Berkunjunglah kekantor cabang." ucapnya pada Napoleon. "Akan aku usahakan, sampaikan salamku pada Vladmir dan Mrs.Dostoevskaia yang terhormat." "Tentu." jawab Dmitri sebelum masuk kedalam lift bersama beberapa orang lainya. Getar telefon gengam dibalik saku jasnya memaksa Napoleon untuk mengangkatnya,dan setelah layarnya hidup muncul satu notif dari Lubicana. To:Padre Dabro utra padre, maaf karena pagi ini aku tidak dapat menerima berkat darimu,aku akan pergi kepusat kota dan jangan menghawatirkan putri kecilmu ini. Beristirahatlah dan pergi makan. From:Lubicana Dan tak lama terkirimlah pesan balasan dari Napoleon To:Lubicana Berhatihatilah,berkat Tuhan selalu menyertaimu anakku, jangan pulang terlalu larut, kita akan makan malam bersama. From:Padre Lamunan Napoleon dipaksa kembali kemasa lalu demi mengenang sosok wanita luar biasa kedua dalam hidupnya setelah sang ibu. Andaikan waktu dapat diputar lagi, maka ia akan membuat pilihan terbaik untuk tetap membuat mereka berdua tinggal tanpa ada yang harus dilepaskan. Dari tempatnya berdiri sekarang, dapat dilihat dengan jelas pemandangan sibuk dibawah, mulai dari jalanan padat khas Moskow hingga hilir mudik para manusia dalam mempertahankan kehidupan mereka. Ia tidak menyesal telah memiliki malaikat kecil seperti Lubicana, dia telah tumbuh besar sekarang, dan ia rasa seseorang sedang tersenyum kepadanya dari tempat yang jauh disana. "Kau lihat, dia telah tumbuh besar menjadi gadis cantik yang baik hati dengan sejuta kelebihanya, apa kau bangga? Aku tidak memintamu tetap disisiku untuk malaikat kecil kita,  dan aku juga tidak ingin dia tidak ada dalam kebahagian kita." lirihnya yang hanya mampu didengar oleh dirinya sendiri sebelum hilang terbawa angin dingin bulan Desember.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD