Chapter 02 - Shining Winter

688 Words
Kremlin Moskow Romanov Pallace   Entah sudah untuk yang ke berapa kalinya Ana membolak balikan tubuhnya diatas tempat tidur, berharap agar dapat segera terlelap. Ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi, tidak biasanya ia terbangun pada dini hari, sekalipun terbangun pasti dengan cepat akan kembali tertidur. Puncaknnya ketika ia tidak juga menemukan posisi tidur yang dapat membuatnya terlelap hingga bangun dengan frustasi,ia menyerah. "Aaaaarrrghhh!"teriaknya yang lebih mirip seperti lolongan serigala ditengah malam dan dalam sekejap ia sudah bersandar pada tempat tidur berukuran queen size sambil mengacak rambut coklatnya dengan gemas. "Ada apa dengan dirimu Lubicana?"tanyanya bermonolog. Entahlah sudah beberapa hari terakhir ini hatinya sering tidak tenang dan merasa was-was tanpa alasan yang jelas. Mata biru zamrud miliknya menelusur apa saja yang terdapat didalam kamar mewah miliknya hingga akhirnya manik indah tersebut berhenti dan tertuju pada sebuah figura foto berukuran besar yang tergantung dengan anggun didinding kamarnya, foto seorang wanita muda yang tampak sempurna dengan kehidupan yang dijalaninya, sontak bibir mungil miliknya terangkat dan menbentuk satu garis lengkung yang indah. "Kak dela madre."lirihnya bersamaan dengan terbitnya matahari pertama di musim salju, nampak bersinar terang dengan cahaya emasnya. Pukul 07.00 pagi Tepat setelah keluar dari kamar mandi guna menyelesaikan rutinitas paginya,pintu kamarpun dibuka dari luar dan memperlihatkan sosok maid pribadinya bernama Amy Parlova,putri tunggal dari pasanagan bibi Krupina dan Jacob Parlova yang menjabat sebagai kepala mansion di Romanov Pallace. "Bagaimana menurutmu Amy?"tanya Ana sambil mematut penampilanya didepan cermin hias berukuran raksasa. "Kau selalu jadi yang tercantik yang mulia."komentarnya jujur dan setelahnya mereka sibuk menatap refleksi dari tubuhnya sendiri. Sempurna, satu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok gadis mungil yang mewarisi kecantikan dewi mitologi Yunani, Aphrotide. Pagi itu dirinya tampil dengan pakaian sederhana seperti yang biasa ia kenakan, yakni sweater motif bungan berwarna tputih yang dipadukan dengan skiny jeans berwarna abu-abu lengkap dengan flat shoes berwarna hitam buatan dari brand Christian Loubuiton,salah satu merek sepatu klasik yang diproduksi oleh desainer kelas atas dari France.    "Sudah aku katakan berapa kali padamu Amy, berhenti memanggilku dengan sebutan mylady atau yang mulia, kau tahu julukan itu benar-benar membuatku mual." ucap Ana dengan nada kesal. Dan perintah tersebut hanya dibalas dengan senyum dari sang empu. "Apa kau tidak ingin bertanya kemana aku akan pergi?" "Baiklah, akan pergi kemana sepagi ini Ana?" tanyanya dengan nada sedikit kikuk. "Coba kau tebak." ucap Ana antusias dengan pandangan mata berbinar. "Aku tidak tahu ana." jawab Amy dibuat penuh penyesalan. "Ahhhh, ya sudah aku beri tahu saja jika pagi ini aku akan pergi ke panti asuhan milik Sazuzzy di pusat kota." jelasnya sedikit memekik. "Pasti sangat menyenangkan." komentar Amy menanggapi majikanya yang konyol. "Jadi Amy, bagaimana jika kita bergegas makan sekarang,perutku sudah sangat lapar." rajuknya sebelum menyambar handbag miliknya diatas nakas dan pergi menuju meja makan dilantai dasar. Setelah menuruni anak tangga melingkarAna dan Amy tiba di ruang makan yang tampak sepi selain lalu lalang para maid, seperti halnya setiap hari, Ana akan duduk dikursi sebelah kiri sebelum dirinya menyadari ketidak hadiran padrenya.         "Bibi Krupina, apa kau tahu dimana padreku?" tanyanya pada bibi Krupina, sebelum akhirnya menjawab. "Senor Napoleon baru saja pergi meningalkan pallace bersama Leonardo mylady, beliau juga berpesan agar anda sarapan seperti biasa sebelum pergi ke pusat kota." dan Anapun hanya dapat tersenyum kecut, bukan hal baru jika ia slalu kehilangan saat berharga bersama padrenya lantaran profesinya yang menuntut Napoleon slalu siap kapan saja, dan seharusnya ia sadar akan hal tersebut, bukanya malah cemburu tidak jelas. Tidak mendapat respon dari orang yang diajak bicara, Krupinapun memutuskan untuk berlalu pergi menuju dapur setelah memberi tanda anggukan pada putrinya, namun belum sempat mereka melangkah intruksi dingin dari Ana kembali terdengar "Duduklah denganku disini dan temanai aku makan." ucapnya tanpa menoleh kearah Amy yang diam membatu. "Apa yang kau tunggu Amy, cepat ambil sarapanmu." "Si"ini bukanlah kali pertama ia duduk sejajar dengan keluarga kerajaan tersebut, bahkan saat nyonya mereka masih hidup, para maid akan mendapat giliran untuk merasakan makan satu meja denhan mereka, keluarga yang dihormati lantaran sikap menghargai yang mereka tunjukan pada setiap manusia tanpa membedakan status sosial.            *kak dela adalah bahasa Rusia untuk menanyakan kabar,atau dapat diartikan "apa kabar" *Sedangkan kata si merupakan kata untuk iya dalam bahasa Rusia  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD